Longsor Tambang Pasir di Cirebon

Tak Ada Kapoknya: Truk-Truk Masuk Galian C Lagi, Warga Argasunya Cirebon Nekat Bongkar Portal Paksa

Akses masuk tambang pasir galian C di Kelurahan Argasunya, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon, dibongkar paksa oleh sejumlah warga, Selasa (24/6/2025)

tangkapan layar video warga
MEMBUKA PORTAL - Akses masuk tambang pasir galian C di Kelurahan Argasunya, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon, dibongkar paksa oleh sejumlah warga, Selasa (24/6/2025). Aksi tersebut terekam dalam video berdurasi 2 menit 45 detik yang beredar luas di sejumlah grup WhatsApp. 

TRIBUNJABAR.ID, CIREBON - Akses masuk tambang pasir galian C di Kelurahan Argasunya, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon, dibongkar paksa oleh sejumlah warga, Selasa (24/6/2025).

Aksi tersebut terekam dalam video berdurasi 2 menit 45 detik yang beredar luas di sejumlah grup WhatsApp.

Dalam video tersebut, tampak sekelompok warga, mayoritas pria dewasa, membuka portal kayu yang selama ini menutup akses menuju lokasi tambang.

Setelah plang kayu dibuka, beberapa truk pengangkut pasir langsung masuk ke area galian.

Truk-truk itu diduga milik warga yang terlibat dalam aksi pembongkaran paksa.

“Dilaporkan, galian C Argasunya jalan yang sudah diportal, tapi mereka maksa dibuka."

"Mohon ada tindakan, mohon izin, mobil masuk semua,” ujar perekam video dalam rekaman tersebut seperti dikutip Tribun, Selasa (24/6/2025). 

RESMI DIHENTIKAN - Proses pencarian dua korban longsor di tambang pasir kawasan galian C, Blok RT 2 RW 10, Kedung Jumbleng, Kelurahan Argasunya, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon, resmi dihentikan. Kedua korban yakni Dani Danara (29) dan Riyan Adriani Pamungkas (23) telah ditemukan, meski salah satunya dalam kondisi tidak utuh.
RESMI DIHENTIKAN - Proses pencarian dua korban longsor di tambang pasir kawasan galian C, Blok RT 2 RW 10, Kedung Jumbleng, Kelurahan Argasunya, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon, resmi dihentikan. Kedua korban yakni Dani Danara (29) dan Riyan Adriani Pamungkas (23) telah ditemukan, meski salah satunya dalam kondisi tidak utuh. (Tribuncirebon.com/Eki Yulianto)

Menanggapi hal itu, Wali Kota Cirebon Effendi Edo menegaskan, bahwa pemerintah daerah sebenarnya sudah berupaya menutup aktivitas tambang ilegal demi keselamatan warga.

“Ya soal video viral akses masuk tambang galian C dirusak oleh warga, sebenarnya kan kalau kita pemerintah daerah sudah melakukan upaya apapun supaya tidak terjadi lagi kecelakaan kerja yang berakibat hilangnya nyawa,” ucap Edo. 

Edo menambahkan, tindakan warga membongkar akses masuk tambang menjadi tanggung jawab pribadi masing-masing.

“Namun, kalau mereka juga membongkar secara paksa untuk bisa menambang lagi, ya itu sih hak mereka."

"Tapi dari pemerintah sudah melarang sebenarnya, untuk tidak lagi melakukan itu,” jelas dia.

Terkait upaya hukum, Edo menyebut masih dikaji lebih lanjut, termasuk status kepemilikan lahan yang belum jelas.

“Soal upaya hukum, ya ini lagi dikaji karena kan kepemilikannya juga kita belum jelas, apakah itu pribadi atau penggarap."

"Karena ada juga waktu saya kunjungan dua minggu sebelum terjadi longsor, itu ada seorang warga yang awalnya dikira pemilik, ternyata hanya penggarap,” katanya.

Edo juga menanggapi wacana alih fungsi kawasan bekas galian menjadi destinasi wisata. 

Menurutnya, hal itu masih jauh dari realisasi.

LONGSOR ARGASUNYA - Proses evakuasi terhadap dua pekerja tambang pasir yang diduga tertimbun longsor di lokasi galian C, Blok RT 2 RW 10, Kedung Jumbleng, Kelurahan Argasunya, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon, akhirnya dilakukan pada Rabu (18/6/2025) sore.
LONGSOR ARGASUNYA - Proses evakuasi terhadap dua pekerja tambang pasir yang diduga tertimbun longsor di lokasi galian C, Blok RT 2 RW 10, Kedung Jumbleng, Kelurahan Argasunya, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon, akhirnya dilakukan pada Rabu (18/6/2025) sore. (eki yulianto/tribun jabar)

“Kalau soal galian C mau dijadikan destinasi wisata, saya rasa masih jauh karena perlu kepastian soal lahan itu punya siapa, lalu soal pembiayaan dan sebagainya masih perlu dikaji lebih dalam."

"Apa yang ingin dimunculkan di sana kita juga belum tahu,” ujarnya.

Seperti diketahui, Pemkot Cirebon resmi menutup aktivitas tambang pasir di Kelurahan Argasunya pasca insiden longsor di Blok Kedung Jumbleng, RT 2 RW 10, pada Rabu (18/6/2025) yang menewaskan dua pekerja bernama Riyan dan Dani.

Wali Kota Cirebon, Effendi Edo, yang turun langsung ke lokasi menegaskan, bahwa aktivitas tambang tersebut sudah lama dilarang karena membahayakan keselamatan warga.

"Kita sudah berulang kali melarang karena berbahaya."

"Tapi warga masih curi-curi. Ke depan, kita sepakat ini aktivitas ilegal dan harus ada tindakan tegas. Akses masuk ke lokasi juga akan ditutup," ujar Edo.

Sementara itu, penutupan tambang galian C memicu reaksi ratusan pekerja yang mendatangi Kantor Kelurahan Argasunya, Senin (23/6/2025). 

Mereka menuntut kejelasan dan solusi konkret atas hilangnya sumber mata pencaharian mereka.

Pantauan di lapangan, para pekerja mulai berdatangan sejak pagi hari dan memadati halaman kantor kelurahan.

Audiensi pun dilakukan di salah satu ruangan, dipimpin langsung oleh Lurah Argasunya, Mardiansyah, bersama Ketua LPM, Bhabinkamtibmas, Babinsa dan perangkat kelurahan.

LONGSOR TAMBANG - Bencana longsor terjadi di lokasi tambang pasir Blok RT 2 RW 10, Kedung Jumbleng, Kelurahan Argasunya, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon, Selasa (18/6/2025) pagi sekitar pukul 07.30 WIB.
LONGSOR TAMBANG - Bencana longsor terjadi di lokasi tambang pasir Blok RT 2 RW 10, Kedung Jumbleng, Kelurahan Argasunya, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon, Selasa (18/6/2025) pagi sekitar pukul 07.30 WIB. (eki yulianto/tribun jabar)

Salah satu perwakilan pekerja, Suhedi menyampaikan, keberatan atas penutupan tambang dan meminta pemerintah memikirkan nasib mereka.

"Kami datang ke kantor Kelurahan Argasunya ini merasa keberatan jika galian C ditutup."

"Saya mohon kepada pemerintah, khususnya kelurahan, untuk menyampaikan aspirasi kami agar aktivitas galian dibuka kembali," kata Suhedi.

Ia mengaku sudah 35 tahun menggantungkan hidup dari menggali pasir secara manual dan kini menganggur hampir sepekan tanpa penghasilan.

"Ekonomi sekarang susah. Anak-anak mau masuk sekolah, butuh biaya."

"Sekolah memang gratis, tapi uang jajan? Kalau anak gak dikasih uang jajan, mereka gak mau sekolah. Ini PR pemerintah juga," ujarnya.

Menanggapi wacana alih profesi, Suhedi berharap pemerintah bisa menghadirkan solusi yang realistis.

"Kami kebanyakan tamat SD saja jarang. Ini bukan soal kami saja, kami perjuangkan juga untuk masa depan anak-anak kami," ucap Suhedi.

Sementara itu, Lurah Argasunya, Mardiansyah menjelaskan, bahwa pihaknya hanya bisa menampung dan meneruskan aspirasi warga kepada pemerintah kota.

"Perihal penutupan galian, memang sudah ada spanduk larangan sejak kejadian longsor yang menewaskan dua orang dan bahkan jauh sebelumnya," jelas Mardiansyah.

Ia membenarkan, bahwa aksi pada hari itu diikuti sekitar 150 pekerja sebagai perwakilan dari sekitar 500 warga yang menggantungkan hidup dari tambang.

"Mereka juga menanyakan, kalau alih profesi, ke mana arah profesinya."

"Karena pekerja galian ini beragam, dari tukang gali, tukang angkut, calo pasir, sampai yang punya mobil," katanya.

(Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Eki Yulianto)
 

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved