Harga Minyak Dunia Turun Tajam, Ancaman di Selat Hormuz Masih Membayang

Ancaman terhadap jalur distribusi energi dunia, terutama Selat Hormuz, masih menjadi perhatian utama.

Penulis: Nappisah | Editor: Siti Fatimah
wikipedia commons
JALUR UTAMA - Harga minyak dunia kembali melorot tajam setelah serangan rudal Iran ke pangkalan udara AS di Qatar tak menimbulkan korban jiwa. Namun, ancaman terhadap jalur distribusi energi dunia, terutama Selat Hormuz, masih menjadi perhatian utama. 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Nappisah

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG -  Harga minyak dunia kembali melorot tajam setelah serangan rudal Iran ke pangkalan udara AS di Qatar tak menimbulkan korban jiwa. Namun, ancaman terhadap jalur distribusi energi dunia, terutama Selat Hormuz, masih menjadi perhatian utama.

Pada perdagangan Selasa (24/6/2025) pagi di pasar Asia, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 2,85 persen ke posisi USD 66,57 per barel. 

Sementara minyak Brent melemah 2,77 persen ke angka USD 69,50 per barel. Kedua harga kini berada di bawah level sebelum Israel meluncurkan serangan ke Iran pada 13 Juni lalu.

Baca juga: Wacana Kenaikan Harga BBM Nonsubsidi Mencuat, Kementerian ESDM Sebut Soal Naiknya Minyak Dunia

Menurut Ekonom Universitas Katolik Parahyangan, Aknolt Kristian Pakpahan, potensi gangguan pasokan energi global belum sepenuhnya hilang, terutama jika konflik memanas kembali dan mengancam jalur strategis seperti Selat Hormuz.

“Harus dipahami, Selat Hormuz adalah jalur utama keluar-masuk kapal tanker pembawa minyak mentah dunia,” kata dia, kepada Tribunjabar.id, Selasa (24/6/2025). 

Diketahui, data dari US Energy Information Administration menyebutkan lebih dari 20 persen pasokan minyak global sekitar 17 juta barel per hari melewati Selat Hormuz.

 Jalur ini juga menjadi pintu ekspor utama untuk gas alam cair (liquefied natural gas/LNG).

Baca juga: Minyak Dunia Naik, Harga Pertalite Mestinya Rp 17.200 per Liter, Sinyal BBM Bakal Naik?

“Gangguan di titik itu bisa menyebabkan kelumpuhan distribusi energi global. Pemerintah Indonesia perlu waspada karena dampaknya bisa terasa langsung pada harga bahan bakar dan biaya produksi energi di dalam negeri,” tambahnya.

Kondisi harga saat ini dinilai sebagai peluang untuk memperkuat cadangan energi nasional sebelum terjadi lonjakan baru. 

Sebelumnya, harga minyak sempat melonjak pada Minggu malam setelah AS ikut terlibat dalam operasi militer Israel melawan Iran.

Brent sempat menyentuh USD 81 per barel, sementara WTI menembus level tertinggi sejak Januari.

Meski situasi terlihat mereda, ia menilai pasar masih rentan terhadap gejolak geopolitik

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved