Cimol Goang Meler, Awalnya Seni Jualan Pakai Plastik 2 Ribuan, Kini Sukses Jual 500 Porsi Sehari

Seni Nurhaeni (28), owner Cimol Goang Meler, yang viral ini ternyata sudah berjualan sejak duduk di bangku SMA.

Tribun Jabar/Putri Puspita
OWNER CIMOL GOANG - Owner Cimol Goang Meler Seni Nurhaeni (28) di Jalan Citarum, Kota Bandung, Senin (2/6/2025). 

Seni Nurhaeni (28), owner Cimol Goang Meler, yang viral ini ternyata sudah berjualan sejak duduk di bangku SMA.

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Putri Puspita

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG – Setiap usaha yang dijalankan dengan sungguh-sungguh, konsisten dan penuh kesabaran tentu akan membuahkan hasil.

Seperti yang dilakukan oleh Seni Nurhaeni (28), owner Cimol Goang Meler, yang viral ini ternyata sudah berjualan sejak duduk di bangku SMA.

Bermula dari berjualan kecil-kecilan di sekolah dengan kemasan plastik Rp2.000, kini Seni justru bisa menjual 500 porsi cimol setiap harinya.

Cimol buatan Seni bukan sekadar gorengan tepung biasa. Ia memadukannya dengan sambal goang pedas yang menggigit.

Setiap porsi cimol goang meler ini memberikan sensasi tersendiri bagi penikmat rasa pedas ekstrem.

Cimol goang meler ini tersedia dalam kemasan plastik seharga Rp10.000 dan kemasan cup seharga Rp15.000. Tak sedikit pelanggan rela antre hanya demi mencicipi kenyal-pedasnya cimol yang disiram sambal racikan khas.

“Awalnya tuh dari zaman SMA, jualan di sekolah aja. Plastik kecil gitu, teman-teman sekolah aja yang beli. Tapi satu sekolah tahu aku jualan,” kata Seni saat ditemui di tempat kedainya yang tepat berada di depan SMA 20, Jalan Citarum, Senin (2/6/2025).

Seni mengatakan selepas lulus SMA, ia tidak melanjutkan kuliah. Ia memilih untuk bekerja dan berjualan cimol.

Sampai akhirnya, Seni memutuskan untuk resign dan fokus menekuni usaha kuliner, terutama camilan berbahan dasar aci yang memang jadi ciri khas dari kampung halamannya di Garut.

“Sempat jualan bakso aci juga, bahkan sempat bikin versi frozen dan open reseller di Shopee dan TikTok pas pandemi. Tapi waktu itu makin banyak yang jual, dan udah nggak se-hype dulu. Akhirnya mikir, apa yang masih bisa dimodifikasi dan khas Sunda. Nah, dari situlah muncul ide Cimol sambal goang,” tuturnya.

Seni menjelaskan sambal goang  memang jadi ciri khas masyarakat Sunda, pedas, segar, dan berbumbu bawang yang menggoda.

Tak hanya sambal goang, kini tersedia pula varian lain seperti sambal matah, sambal misdaceum, hingga sambal taichan.

Ia bahkan tengah menyiapkan sambal-sambal unik lainnya seperti sambal dabu-dabu dan saus bolognaise pedas.

“Memang fokus utama tetap di sambal goang karena itu identitasnya. Tapi kami juga ingin merangkul pembeli yang enggak terlalu suka pedas, makanya ada varian-varian sambal yang lebih ringan,” ujarnya.

Setiap harinya, ia memulai aktivitas sejak pukul 3 pagi untuk produksi adonan cimol dan sambal. Lalu di pagi harinya, Seni pun mempersiapkan diri untuk berjualan di Jalan Citarum.

"Semuanya aku bikin sendiri dan nggak pernah menyimpan stok. Supaya rasanya tetap kenyal dan fresh, kalau menyimpan di kulkas, teksturnya beda banget,” katanya.

Meskipun lelah harus berdiri cukup lama saat melayani pembeli, namun Seni begitu menikmati apa yang dikerjakannya.

Menurutnya bertemu pelanggan dan menyiapkan cimol secara langsung memberikan semangat untuk terus mengembangkan usahanya ini.

Melalui kerja keras dan inovasi yang konsisten, Seni pun ingin membuktikan bahwa dari warung kaki lima pun bisa lahir usaha kuliner yang kuat, punya karakter, dan terus berkembang. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved