Kearifan Lokal, Sumber Inovasi untuk Menjawab Tantangan Sosial dan Ekonomi

Kurniawan menekankan pentingnya mengintegrasikan indigenous knowledge atau pengetahuan lokal ke dalam riset dan praktik manajemen modern.

Editor: Siti Fatimah
Dok Kurniawan Saefullah
KULIAH UMUM - Dr. Kurniawan Saefullah, Dosen dan Peneliti dari Universitas Padjadjaran saat pemaparan pada acara kuliah umum bertema "Kearifan Lokal Sunda sebagai Inspirasi Riset dan Inovasi Manajemen Berkelanjutan" yang digelar Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pasundan (Unpas), Rabu (21/5/2025). 

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pasundan (Unpas) menggelar kuliah umum bertema "Kearifan Lokal Sunda sebagai Inspirasi Riset dan Inovasi Manajemen Berkelanjutan". Acara ini menghadirkan narasumber utama Dr. Kurniawan Saefullah, dosen dan peneliti dari Universitas Padjadjaran, yang focus dalam kajian pengembangan berbasis komunitas dan kearifan lokal.

Dalam paparannya, Kurniawan menekankan pentingnya mengintegrasikan indigenous knowledge atau pengetahuan lokal ke dalam riset dan praktik manajemen modern.

Ia mengatakan kearifan lokal bukan sekadar warisan budaya, melainkan sumber inovasi yang relevan untuk menjawab tantangan sosial, ekonomi, dan lingkungan masa kini.

Baca juga: Bangga Kearifan Lokal, Artotel Wanderlust Luncurkan Kampanye "Like A Local" Di De Braga By Artotel

“Kearifan lokal seperti kosmologi Tri Tangtu dalam budaya Sunda tidak hanya mengajarkan keharmonisan manusia dengan alam dan sesama, tetapi juga dapat menjadi dasar teori manajemen dan tata kelola komunitas yang berkelanjutan,” katanya, di Bandung, Rabu (21/5/2025).

Ia memaparkan beberapa contoh pengetahuan lokal yang masih sangat relevan dengan kondisi saat ini, antara lain Tradisi Gintingan di Subang, sebagai bentuk sistem keuangan sosial berbasis kepercayaan masyarakat tanpa bunga.

Pengetahuan tersebut serupa dengan seperti konsep "pay forward system" pada saat ini, yang tanpa batas waktu dan berbasis kepercayaan. 

Kemudian, sistem irigasi Subak di Bali, contoh tata kelola air berbasis filosofi Tri Hita Karana yang telah diakui UNESCO sebagai world's heritage.

Pada saat ini, studi yang dilakukan oleh Lansing (1987) tentang subak menunjukkan sistem lokal tersebut secara implisit memecahkan problematika manajemen sistem kompleks (kompleksitas jaringan irigasi) yang bahkan mengalahkan rancangan insinyur modern kala itu. 

“Kini para system analyst dan pakar sustainability sering mengambil subak sebagai inspirasi desain sustainable agriculture management,” katanya. 

Baca juga: Spirit of Bandung 2024 Angkat Isu Kearifan Lokal di Tengah Transformasi Digital

Contoh lain adalah konsep food security berbasis budaya lokal "Leuit Ciptagelar" yang merupakan lumbung pangan tradisional untuk menjaga ketahanan pangan komunitas adat Desa Ciptagelar di Gunung Halimun, Sukabumi.

Dari kacamata manajemen operasi atau supply chain, komunitas Ciptagelar memilih resilience over efficiency. 

Serta contoh lain di Indonesia adalah Tradisi "Sasi" di Maluku dan Papua sebagai sistem konservasi alam berbasis adat.

Saat ini tradisi tersebut diadopsi oleh para scholar dengan istilah "rotational harvesting" yang di negara Barat, baru belakangan dipromosikan oleh para ekolog dan diadopsi dalam kebijakan pemerintah. 

Di tingkat Internasional, Kurniawan juga memberikan contoh seperti Ubuntu di Afrika dan Tikanga Māori di Selandia Baru.

Ubuntu di Afrika memberikan inspirasi konsep manajemen modern seperti kolaborasi, inklusi, dan keadilan.  

Halaman
12
Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved