Ibadah Haji 2025

Menuju Tanah Suci dengan Hati yang Melihat: Perjalanan Haji Seorang Tuna Netra dari Majalengka

Tak sedikit yang menatap iba kepada Adin. Tapi siapa pun yang mendekat akan segera tahu, bahwa lelaki tua ini tak butuh kasihan.

Tribuncirebon.com / Adhim Mubaroq
Adin Solehudin (69), warga Kecamatan Sindang, Majalengka saat menunggu pemberangkatan ke Tanah Suci di BIJB Kertajati, Majalengka, Kamis (8/5/2025). 

TRIBUNJABAR.ID, MAJALENGKA - Langit biru menyelimuti Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati, Majalengka. Siang itu, cuaca teduh di luar bandara, dan terasa sejuk di ruang tunggu bandara. Di balik deru koper yang diseret, serta lantunan doa-doa yang lirih terdengar dari berbagai sudut, ada aura haru yang sulit dijelaskan.

Kloter 6 calon jamaah haji asal Majalengka, sebanyak 439 orang, sedang bersiap berangkat ke Tanah Suci. Sebagian besar dari mereka adalah lansia. Di antara mereka, tampak berjejer di kursi roda, ada 11 sosok yang menyentuh hati banyak mata yang memandang.

Satu di antaranya ialah lansia bernama Adin Solehudin. Usianya 69 tahun, warga Kecamatan Sindang, Majalengka. Ia nampak duduk tenang di kursi roda, mengenakan peci berwarna hijau dan berbalut kain biru bertuliskan jamaah haji Majalengka.

Ia adalah salah satu dari jamaah dengan disabilitas berkursi roda yang ikut berangkat hari itu. Matanya kosong. Sudah 20 tahun gelap, ia kehilangan penglihatannya akibat penyakit yang dialaminya. Tapi hari itu, wajahnya memancarkan cahaya yang tak bisa dibeli oleh siapa pun—cahaya keyakinan.

“Matanya saya udah blank, udah enggak melihat. Udah 20 tahun yang lalu. Sebelum niat berangkat, mata saya udah begini ,” ucapnya pelan, saat ditemui di ruang tunggu keberangkatan BIJB Kertajati, Majalengka, Kamis (8/9/2025).

Adin berangkat tak seorang diri, ia diantar istri, keponakan dan kerabat lainnya ke bandara. Ketika di ruang tunggu, ia ditemani keikhlasan, semangat, dan bantuan para petugas yang sabar menggiring kursi rodanya. Di sebelahnya, duduk beberapa jamaah lain yang juga memiliki keterbatasan fisik.

Tak sedikit yang menatap iba kepada Adin. Tapi siapa pun yang mendekat akan segera tahu, bahwa lelaki tua ini tak butuh kasihan. Ia butuh keyakinan—dan itu telah ia punya sepenuhnya.

Ketika ditanya soal persiapan, Adin tersenyum.

"Persiapannya niat. Kita niat udah memang mau beribadah kesana, mau haji, insyaallah, Allah SWT mudahkan," tuturnya.

Meski dengan keterbatasan penglihatan, ia sama sekali tidak khawatir dengan keadannya tersebut.

“Insyaallah enggak (khawatir),” ucap Adin.

Ia juga merasa tak ada kendala dalam perjalanan spiritualnya itu. Adin pun menyampaikan harapannya.

“Insyaallah enggak ada (Kendala). "Harapannya, mudah-mudahan saya bisa ibadah maksimal disanalah.
 
Itu aja," jawabnya.

Di sekitarnya, para jamaah lain—baik yang sehat maupun yang memiliki keterbatasan—saling menyemangati. Ada yang saling memijit bahu, ada yang membacakan doa bersama, dan beberapa sesekali menyeka air mata yang tak bisa ditahan.

Tak sedikit yang menghampiri Adin untuk menyalaminya, sekadar memberi pelukan hangat, atau menunduk dalam takzim.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved