Pelemahan Rupiah dan Perang Dagang Berdampak pada Harga Properti?

Hingga saat ini, kebijakan dagang Amerika maupun pelemahan rupiah belum memberikan dampak signifikan terhadap harga jual rumah atau properti.

Facebook The White House
TARIF DAGANG - Foto ini diambil dari Facebook The White House pada Kamis (3/4/2025). Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, berbicara selama konferensi pers setelah menandatangani kenaikan tarif dagang baru antara AS dan negara lain di dunia, di Gedung Putih di Washington, DC, AS pada Rabu (2/4/2025). 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Putri Puspita

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG – Di tengah gejolak ekonomi global dan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, sektor properti di dalam negeri masih menunjukkan ketahanan.

Hingga saat ini, kebijakan dagang Amerika maupun pelemahan rupiah belum memberikan dampak signifikan terhadap harga jual rumah atau properti di Indonesia.

Direktur PT Generasi Sinergi Prima (GSP) Properti, Agri, mengatakan bahwa sebagai pengembang properti dengan target pasar kelas menengah, pihaknya belum merasakan dampak langsung dari kebijakan dagang Amerika Serikat.

“Kalau dari sisi produksi atau biaya material, dalam industri perumahan itu sekitar 70 persen materialnya impor dari Cina. Tapi karena antara Indonesia dan Cina sudah menggunakan skema direct foreign exchange, jadi pembelian bisa langsung dengan Yuan, tidak perlu dikonversi dulu ke dolar,” kata Agri saat dihubungi, Jumat (25/4/2025).

Meski begitu, menurut Agri, yang lebih dikhawatirkan oleh para pengembang bukanlah perang dagang, melainkan potensi kenaikan suku bunga.

“Kalau suku bunga naik, dampaknya langsung terasa. Baik oleh perbankan maupun pelaku usaha yang memiliki pinjaman. Bahkan bisa ikut memicu kenaikan harga bahan pangan,” ujarnya.

GSP Properti yang berdiri sejak 2017 dan berbasis di Jawa Barat, terus menghadirkan berbagai proyek perumahan untuk masyarakat. Salah satu proyek terbesarnya adalah Bentang Artha Residence yang hingga kini masih memiliki stok penjualan dan terus dikembangkan.

“Ada juga proyek lain di Tanjungsari, meskipun skala kecil hanya 30 hingga 50 unit,” tambahnya.

Agri mengakui bahwa ketidakpastian ekonomi memang berdampak pada penurunan tren pasar properti.

“Sejak 2023 sampai 2025, grafik year-on-year penjualan menurun cukup signifikan, bahkan mencapai 30 persen,” ungkapnya.

Meski demikian, minat masyarakat terhadap kepemilikan rumah tetap ada. Penjualan di GSP Properti pun masih terus berjalan, meskipun tidak sekuat tahun-tahun sebelumnya.

“Kalau dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, memang tidak sebagus dulu, tapi pasar masih bergerak,” tutupnya.

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved