Efek Perang Dagang Global, Pengamat: Properti dan BBM Stabil, Kendaraan Bermotor Terancam Naik Harga

Pengamat Ekonomi Universitas Pasundan (Unpas), Acuviarta Kartabi, menilai bahwa ketegangan dagang internasional antara Amerika Serikat dan Tiongkok

Penulis: Nappisah | Editor: Januar Pribadi Hamel
Tribun Jabar/ Nappisah
WAWANCARA - Pengamat Ekonomi dari Universitas Pasundan Bandung, Acuviarta Kartabi saat ditemui di Cigadung, Kota Bandung, Selasa (21/4/2025). 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Nappisah

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Pengamat Ekonomi Universitas Pasundan (Unpas), Acuviarta Kartabi, menilai bahwa ketegangan dagang internasional antara Amerika Serikat dan Tiongkok saat ini tidak akan berdampak signifikan terhadap sektor properti dan bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia. 

Namun, sektor kendaraan bermotor dinilai lebih rentan terdampak akibat kompleksitas rantai pasok global.

Acuviarta menjelaskan bahwa sektor properti Indonesia relatif aman dari tekanan perang dagang. 

Hal ini dikarenakan komponen impor dalam pembangunan properti, seperti semen dan baja, masih dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri. Meski baja sebagian besar diimpor dari Tiongkok, suplai dalam negeri dinilai cukup untuk menjaga stabilitas sektor ini.

"Saya kira sektor properti tidak akan terganggu oleh efek perang dagang ini. Faktor yang lebih menentukan justru kondisi ekonomi domestik, terutama daya beli konsumen," ujar Acuviarta, saat dihubungi Tribunjabar.id, Senin (28/4/2025). 

Terkait investasi properti dari asing, dia menyebut sektor properti akan tetap tetap tumbuh. Ia menilai minat investasi, terutama dari Singapura dan Malaysia, akan tetap tumbuh meskipun ada ketegangan global. Faktor kebutuhan perumahan yang tinggi di Indonesia menjadi penopang utama.

"Kebutuhan akan rumah masih besar. Yang perlu diperhatikan adalah upaya mendorong daya beli, termasuk penurunan suku bunga KPR yang saat ini masih tinggi," ungkapnya.

Terkait BBM, ia menilai harga minyak dunia yang sedang menurun menjadi faktor utama yang menjaga kestabilan harga BBM di dalam negeri. 

Meskipun nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah, Acuviarta memperkirakan tidak akan ada perubahan kebijakan signifikan dalam waktu dekat.

"Indonesia juga sudah mengajukan proposal untuk meningkatkan impor BBM dari Amerika Serikat dan negara lain. Jadi secara pasokan dan harga, saya kira aman," katanya.

Namun, situasi berbeda terjadi di sektor kendaraan bermotor

Menurut Acuviarta, kompleksitas rantai pasok global membuat sektor ini lebih rentan terhadap efek perang dagang. Pasokan komponen kendaraan, termasuk yang berasal dari Amerika, Eropa, Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan, bisa terpengaruh tarif baru dan gangguan logistik.

"Efeknya mungkin ada kenaikan harga mobil karena rantai pasok yang kompleks. Tapi tetap, kondisi ekonomi domestik akan sangat menentukan daya beli kendaraan," jelasnya.

Sementara itu, untuk sektor kendaraan, ia mendorong adanya diversifikasi produksi di dalam negeri.

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved