Dispora Kota Bandung Libatkan Kaum Muda dalam Program Ketahanan Pangan, Soroti Tantangan Global
Pelibatan pemuda dalam isu pangan adalah langkah baru Kota Bandung, namun dinilai penting.
Penulis: Nappisah | Editor: Muhamad Syarif Abdussalam
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Nappisah
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Kota Bandung menghadapi tantangan global seperti perubahan iklim dan ketahanan pangan, sehingga perlu membangun sistem pangan berkelanjutan yang menjamin ketersediaan pangan bergizi, memperhatikan kearifan lokal, dan mengurangi food loss serta food waste.
Ketahanan pangan bukan lagi urusan para petani semata. Di tengah ancaman krisis pangan global, generasi muda kini diharapkan mengambil peran penting dalam menjaga ketersediaan pangan, mulai dari pola konsumsi hingga produksi berkelanjutan.
Subkoordinator Pembinaan Sumber Daya Pemuda dan Pendidikan Karakter Dispora Kota Bandung, Iwan Sopha, menyebut bahwa pelibatan pemuda dalam isu pangan adalah langkah baru namun penting.
"Biasanya pemuda aktif di isu lingkungan, fotografi, atau hukum. Tapi pangan? Ini yang pertama. Kita ingin mereka sadar bahwa mereka juga bisa berperan di bidang ini,” ujarnya, dalam acara kegiatan edukatif bertajuk Peran Pemuda Menyongsong Ketahanan Pangan Menuju 2045, yang digelar di Ciumbuleuit, Kota Bandung pada Rabu (24/4/2025).
Kegiatan ini merupakan lanjutan dari program SPANGTAM Dinas Pertanian tahun lalu, namun kini difokuskan pada pendekatan kepemudaan.
Iwan menjelaskan bahwa kegiatan ini digelar sebagai langkah antisipatif menyambut Lumbung Pangan Dunia 2045 dan bonus demografi Indonesia.
“Kalau kita yang tua sudah enggak sampai ke 2045, maka anak muda harus kita siapkan dari sekarang. Ini soal kepedulian dan peran aktif mereka terhadap isu pangan, karena dunia pun sedang menghadapi ancaman krisis pangan,” katanya.
Dia menuturkan, kegiatan tersebut tidak hanya diisi dengan edukasi, tetapi juga lokakarya interaktif yang memberikan pengetahuan praktis tentang sistem pangan dan cara berkontribusi di dalamnya, meskipun tanpa lahan pertanian.
Menurut Iwan, keterbatasan lahan di Kota Bandung bukan penghalang.
“Kita ambil contoh Singapura. Mereka enggak punya lahan, tapi tetap mandiri pangan lewat teknik urban farming. Yang penting itu tekad dan ilmunya,” tambahnya.
Senada dengannya, Hari dari komunitas Sinergantara menyampaikan bahwa isu pangan adalah isu semua orang.
“Kota Bandung 96 persen dipasok dari luar. Kita ingin anak muda menjadi aktor yang sadar bahwa pangan bukan cuma soal makan, tapi sistem. Mulai dari produksi, distribusi, hingga konsumsi berkelanjutan,” katanya.
Hari menekankan pentingnya anak muda sebagai change maker untuk mengubah pola konsumsi dan membangun relasi antara pemuda kota dan pemuda desa.
“Petani muda di desa enggak bisa hidup tanpa konsumen muda di kota. Sebaliknya, pemuda kota enggak bisa makan tanpa petani muda. Kita ingin membangun kesadaran bahwa mereka saling bergantung.”
Yovie Widianto Ajak Mahasiswa ISBI Bandung Jadikan Perubahan sebagai Modal Berkarya, SInggung AI |
![]() |
---|
Kebakaran di Antapani Bandung Ludeskan Bengkel, Toko Mebeul, dan 21 Mobil, 8 Pegawai Dievakuasi |
![]() |
---|
Kementerian Agama Kota Bandung Kolaborasi dengan Wakaf Salman dalam Program Wakaf Calon Pengantin |
![]() |
---|
Detik-detik Kebakaran Hanguskan Puluhan Mobil di Antapani Bandung, Warga Dengar Ledakan |
![]() |
---|
Kebakaran di Bengkel Mobil Balap Antapani, Ini Detik-detik Kebakaran Menurut Pekerja |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.