Sekolah di Bekasi Patok Tarif Mahal Study Tour & Wisuda, Aturan Dedi Mulyadi Ditabrak, Ortu Menjerit

Sekolah Taman Kanak-kanak (TK) di Kota Bekasi berani menabrak aturan yang dibuat Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi soal study tour dan wisuda.

Editor: Hilda Rubiah
TribunJakarta.com/Yusuf Bachtiar
LARANGAN STUDY TOUR - Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi saat dijumpai di Stadion Patriot Candrabhaga Kota Bekasi pada Senin (17/4/2025). Pihak sekolah Taman Kanak-kanak (TK) di Kota Bekasi berani menabrak aturan yang dibuat Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi soal study tour dan wisuda.  

"Kan sudah keluar (aturan pelarangan), sudah jelas," ucap Tri Adhianto.

Larangan Keras Dedi Mulyadi

Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mengungkapkan, biaya wisuda siswa TK dan SD membebani. 

Untuk itu, beban tinggi yang tidak ada kaitannya dengan pendidikan, minta dihapuskan.

Selain itu, sambung Dedi, banyak usul study tour tingkat TK sampai SMP yang jauh dan mengeluarkan biaya tinggi untuk dihapuskan.

Namun, karena TK-SMP kewenangannya ada di kabupaten dan kota, ia meminta bupati dan wali kota menghapusnya.

Baca juga: Dedi Mulyadi Tetap Larang Study Tour, Tantang Kepsek yang Tak Setuju: Silakan Berhadapan dengan Saya

Sejak menjabat sebagai seorang gubernur, Dedi Mulyadi memang sangat memperhatikan aturan perihal study tour.

Dedi Mulyadi menegaskan bahwa kebijakan pelarangan study tour di Jawa Barat tidak akan berubah.

Ia mengatakan bahwa study tour selama ini lebih mengarah pada kegiatan wisata daripada perjalanan pendidikan.

"Study tour itu bukan urusan bus atau perjalanan, tetapi lebih kepada bisnis di baliknya. Seharusnya ini perjalanan pendidikan, tapi faktanya hari ini lebih banyak didominasi oleh travel dan bisnis pariwisata. Jika seperti itu, namanya bukan study tour, melainkan piknik," ujar Dedi Mulyadi kepada wartawan.

Menurut pria yang akrab dipanggil KDM (Kang Dedi Mulyad), keputusan ini diambil untuk menjaga stabilitas ekonomi masyarakat Jawa Barat, terutama bagi orang tua dari kalangan ekonomi menengah ke bawah.

Ia menyoroti dampak finansial yang ditanggung orangtua demi memenuhi kebutuhan anak dalam kegiatan study tour yang justru memberatkan.

"Tidak boleh anak piknik di atas rintihan orangtua. Saya tahu bagaimana kondisi ekonomi masyarakat Jawa Barat. Banyak orangtua yang terpaksa berutang atau menjual barang demi membiayai study tour anaknya. Ini bukan hal sepele. Ada orangtua yang harus mengeluarkan uang jutaan rupiah, padahal itu bukan perkara kecil bagi mereka," tegasnya.

Selain itu, Dedi juga menyoroti efek sosial dari study tour yang justru berpotensi melahirkan kesenjangan di antara siswa di sekolah.

"Posisi siswa di kelas bisa menjadi minder karena tidak ikut study tour. Ini melahirkan masalah sosial. Saya melarang study tour karena saya peduli dan sayang terhadap warga Jawa Barat, bukan karena alasan lain," jelasnya.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved