Perajin Tahu Cibuntu Menjerit Imbas Tarif Trump, Ukuran Diperkecil karena Harga Kedelai Meroket

Perajin tahu Cibuntu di Kota Bandung, turut terdampak kebijakan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, atas tarif timbal balik (resiprokal).

Penulis: Hilman Kamaludin | Editor: Giri
Tribun Jabar/Hilman Kamaludin
JAJAKAN TAHU - Pedagang di Pasar Kosambi, Bandung, saat menjajakan tahu Cibuntu, Kamis (17/4/2025). Perajin tahu menjerit karena harga kedelai naik terus setiap hari.   

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Hilman Kamaludin

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Perajin tahu Cibuntu di Kota Bandung, turut terdampak kebijakan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, atas tarif timbal balik (resiprokal) kepada Indonesia sebesar 32 persen.

Pasalnya, kebijakan tersebut membuat harga kedelai menjadi mahal sehingga para perajin tahu Cibuntu harus memutar otak agar tidak sampai merugi dan usahanya tidak gulung tikar atau bangkrut.

Seorang perajin tahu di kawasan Cibuntu, Kota Bandung, Zamaludin (40), mengatakan, harga kedelai naik Rp 2.000 dari harga biasanya, di kisaran Rp 7.000 hingga Rp 8.000 per kilogram, setelah ada kebijakan Trump.

"Jadi sekarang harga kedelai yang jadi bahan baku tahu ini naik menjadi Rp 9.800 sampai Rp 9.900, mungkin yang Rp 10 ribu juga ada," ujar Zamaludin, Kamis (17/4/2025).

Atas hal tersebut, perajin tahu Cibuntu tentunya harus memperkecil ukuran produk agar tetap bisa laku dijual. Sebab, kedelai yang digunakan oleh para perajin tahu di Kota Bandung masih bergantung pada impor Amerika Serikat.

Baca juga: Perajin Tahu di Purwakarta Pangkas Produksi Hingga 50 Persen, Imbas Lonjakan Harga Kedelai

"Ya mungkin karena kebijakan dari Presiden Amerika Serikat, (jadi mahal ke Indonesia) karena dolar terus naik. Keuntungan kami berkurang sekitar 20 sampai 30 persen," katanya.

Kata Zamaludin, kebijakan tersebut bisa saja membuat harga tahu naik kalau harga kedelai terus naik dalam beberapa pekan ke depan.

"Kalau naik terus, dampak negatifnya bisa besar. Dulu pernah ada yang tutup, ada yang gulung tikar juga," ucap Zamaludin.

Ia mengatakan, untuk saat ini, paguyuban perajin tahu akan melakukan koordinasi terhadap harga kedelai yang tidak kunjung turun. Dia berharap pemerintah harus turun tangan memberikan subsidi atau kebijakan lain agar para perajin tahu tetap bisa produksi secara normal.

Baca juga: Ekspor Rotan Cirebon Goyang Gegara Kebijakan Trump, HIMKI: Ada yang Sampai Tunda Pengiriman

"Kalau enggak subsidi ya stabilkan harganya saja. Biar kami bisa tenang produksi. Sekarang naiknya tiap hari dan kami enggak tahu sampai kapan," katanya.

Penjual tahu Pasar Kosambi, Endang (43), mengatakan, setelah adanya kebijakan tersebut harga jual untuk satu bungkus plastik berisi 10 tahu menjadi Rp 20 ribu. Harga normalnya Rp 18 ribu.

"Tapi pembeli sangat menurun, omzet juga sama hampir 30 hingga 40 persen menurun. Perajin juga memperkecil ukuran lantaran harga bahan baku kedelai naik," ujar Endang. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved