Hikmah Ramadhan

Hikmah Puasa Ramadhan, Menebar Energi Positif: Hadirnya Kebahagiaan, Perginya Adalah Kehilangan

Menebarkan energi positif bagian dari misi suci Ramadan. Orang baik, kehadirannya adalah kebahagiaan dan perginya adalah kehilangan. Hikmah ramadhan.

Editor: Kisdiantoro
TRIBUN JABAR/Nappisah
Suasana Masjid Raya Al Jabbar, Gedebage, Kota Bandung. Tribun Jabar/Nappisah 

Oleh Menteri Agama Prof. Dr. KH Nasaruddin Umar, MA

TRIBUNJABAR.ID - Menebarkan energi positif bagian dari misi suci Ramadan.

Perbuatan yang menyedot energi orang seperti riya dan ambsi berlebihan termasuk contoh menyedot energi orang lain sekaligus berarti menebarkan energi negatif.

Kemampuan seseorang untuk meraih simpati, respek, cinta, dan empati orang lain adalah salah satu cara untuk mendapatkan kebahagiaan.

Inti silaturrahim sesungguhnya tidak lain adalah untuk saling membahagiakan satau sama lain.

Penampilan yang ceria, tutur kata yang indah, dan akhlak yang santun akan menumbuhkan simpati orang lain.

Baca juga: 40 Ide Tema Acara Buka Puasa Bersama Ramadhan 2025 Bareng Teman, Bukber Jadi Meriah dan Kreatif

Begitu pentingnya kelemah-lembutan itu maka Rasulullah SAWpernah bersabda: “Barangsiapa tidak diberi kelemahlembutan, maka dia telah terhalang dari semua kebaikan.”

Seorang bijak pernah mengatakan: “Kelemahlembutan itu mampu menarik ular keluar dari liangnya.”

Orang bijak lain mengatakan: “Ambillah madunya, tapi jangan merusak sarangnya.”

Jika seseorang secara konsisten mampu menjalani kehidupannya penuh dengan kelemahlembutan maka bukan saja mendatangkan kebahagiaan permanen di dalam diri dan keluarganya tetapi segenap lingkungan masyarakat tempat ia berdomisili juga merasakan kebahagiaan itu.

Orang-orang seperti ini mampu mengalirkan energy positif ke dalam lingkungan komunitasnya.

Entah itu di kantor, di lingkugan perumahan, atau di pusat-pusat ibadah setempat. Orang-orang seperti ini sering dikatakan: Kepergiannya adalah kehilangan dan kehadirannya adalah kebahagiaan. 

Berbeda dengan orang-orang kebalikannya, yang karakternya selalu menebar energy negative di lingkungannya, sering dikatakan: Datang tidak menguntungkan  prgi tak mengurangi. Bahkan ada orang yang: “Kepergiannya Alhamdulillah dan kedatangannya inna lillah”.

Dalam era masyarakat modern, kepemimpinan masyarakat sudah meninggalkan era kepemimpinan tradisional, dimana pimpinan lebih ditentukan oleh tokoh dan figur tradisional, yang secara turun temurun diakui ketokohannya di dalam masyarakat.

Pola regenerasi dan suksesinya juga dengan cara tradisional, yaitu diwariskan secara turun temurun kepada keturunan mereka atau pemilik ‘darah biru’. 

Halaman
12
Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved