Pengidap Kanker Payudara di Jabar Cukup Tinggi, Dokter Spesialis Ungkap Pemicunya

Faktor yang memicu kanker payudara tersebut satu di antaranya yakni pola hidup karena hal itu berpengaruh terhadap faktor hormonal.

Tribun Jabar/ Hilman Kamaludin
KANKER PAYUDARA - Pengidap kanker payudara bersama dokter saat memperingati World Cancer Day di Klinik Perisai Husada, Kota Bandung, Minggu (23/2/2025). 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Hilman Kamaludin

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Jumlah perempuan pengidap kanker payudara di Jawa Barat hingga saat ini masih cukup tinggi, sehingga penyakit ini mendapat perhatian serius dari berbagai yayasan peduli kanker.

Para pengidap kanker payudara tersebut masih terus berjuang agar mereka benar-benar sembuh dengan melakukan berbagai cara pengobatan. Kemudian mereka juga menerapkan pola hidup sehat sesuai anjuran dokter.

Kepala Program Studi Spesialis Bedah Tumor dari Universitas Padjadjaran (Unpad), dr Monty P Soemitro mengatakan, dari total jumlah pengidap kanker di seluruh wilayah Jawa Barat termasuk Kota Bandung, hampir 1:8 merupakan pengidap kanker payudara.

Baca juga: Hasil Penelitian, Ini 2 Makanan yang Berkorelasi dengan Peningkatan Risiko Kanker Payudara

"Jadi tidak hanya di Bandung, tapi hampir di seluruh Jawa Barat rata-rata terbesar itu kanker payudara. Kalau 1:8 berarti kira-kira di Jawa Barat itu, 3 juta kemungkinan terkena kanker payudara," ujarnya saat acara World Cancer Day di Klinik Perisai Husada, Minggu (23/2/2025).

Monty yang juga Pembina Yayasan Priangan Cancer Care (PrCC), mengatakan, faktor yang memicu kanker payudara tersebut satu di antaranya yakni pola hidup karena hal itu berpengaruh terhadap faktor hormonal.

"Memang masyarakat sudah olahraga, sepeda, gowes, lari, dan sebagainya, tapi tetap pola hidup makan juga penting. Selama ini pola hidup makan masih buruk, sehingga kadar hormonnya tinggi," kata Monty.

Atas hal tersebut, kata dia, semua pasien kanker yang datang ke setiap rumah sakit itu mayoritas perempuan pengidap kanker payudara yang tentunya murni dipicu akibat pola hidup dan pola makan tidak baik.

"Ideal itu 150 menit bergerak dalam satu minggu. Tapi saat ini para wanita bekerja, karir mungkin ya dari pagi sampai sore, malam sudah capek harus mengurus rumah tangga, itu praktis memang enggak beraktivitas fisik," ucapnya.

Sebagai kompensasi dari kegiatannya yang padat, kata dia, perempuan itu mayoritas banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak dan junk food meski  sebenarnya itu gak terlalu sehat hingga bisa memicu kanker.

Namun jika pasien kanker berobat pada stadium dini, kata dia, sekitar 85 persen mereka tentu bisa sembuh, sedangkan jika pasien datang pada saat sudah masuk ke stadium lanjut, maka kemungkin sembuhnya hanya 40 persen.

Baca juga: Sosok Puput Novel Mantan Penyanyi Cilik yang Meninggal Dunia, 3 Tahun Berjuang Lawan Kanker Payudara

"Nah, itu sebabnya selalu kami anjurkan untuk datang lebih awal, dengan cara melakukan pencegahan. Saat ini puskesmas itu sudah banyak USG, mereka sudah bisa melakukan deteksi dini. Artinya, mendeteksi sedini mungkin," ucapnya.

Monty mengatakan, jika pencegahan dilakukan sedini mungkin, tentu akan membuat persentase keberhasilan sembuhnya semakin baik. Hanya saja, mereka seringkali datang terlambat, dengan alasan biaya untuk berobat.

"Padahal sekarang dengan adanya BPJS, seharusnya biaya tidak menjadi masalah. Jadi sekarang itu tinggal bagaimana caranya datang dini," kata Monty.

Sebagai bentuk kepedulian terhadap pengidap kanker, PrCC bersama Klinik Perisai Husada menggelar acara World Cancer Day dengan mengadakan berbagai macam kegiatan seperti zumba, singing and dancing contest, games dan lain-lain.

"Kegiatan ini dalam rangka meningkatkan semangat dari para survivor dan warrior kanker untuk menjalani masa-masa pengobatan dan masa-masa sulit yang biasa mereka hadapi dengan acara games-games seperti ini," ucapnya.

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved