Efek Domino Efisiensi Anggaran, ASITA Jabar: Bisa Berdampak Pada Sektor Pariwisata

Pelaku usaha travel berharap program pemerintah yakni efisiensi anggaran, untuk dikaji kembali.

Editor: Siti Fatimah
istimewa
MUSDA ASITA JABAR- Pj Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin ssaat menghjadiri Musda ASITA Jawa Barat 2025 di Bandung. 

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Pelaku usaha travel berharap program pemerintah yakni efisiensi anggaran, untuk dikaji kembali. Karena program ini dinilai bisa berdampak serius pada industri pariwisata.

"Tentu saja efisiensi anggaran sangat berdampak pada industri pariwisata, seperti travel ini. Karena travel tak hanya terkait perjalanan, tapi didalamnya ada ticketing, hotel, dan sebagainya," kata Anggota ASITA Jabar Budijanto Ardiansjah.

Menurutnya, akibat efisiensi anggaran sudah dirasakan oleh para pelaku usaha di sektor pariwisata.

'Hilangkanya sebagian dana di pemerintah bisa membuat sektor ini juga kehilangan setengah dari pendapatannya. Mulai batuk-batuk nih, kami resah. PHRI ini juga teriak-teriak, makanya harus segera mengambil sikap (terkait pemangkasan anggaran)," kata Budijanto.

Menurutnya, saat perekonomian belum stabil, seharusnya pemerintah lebih rajin berbelanja sehingga para pekerja seperti di sektor pariwisata ini tetap hidup.

"Jangan sampai ketika swasta menahan pembelanjaan, pemerintah juga melakukan hal serupa. Jelas ini akan berdampak buruk pada perekonomian secara luas, terlebih selama ini banyak daerah yang pemasukannya itu besar dari sektor wisata," katanya.

Ia berharap, pemerintah belanja sampai semua stabil, barulah kalau memang ada efisiensi.

"Efisiensi ini beda sama pemangkasan ya, efisien ini bisa dilakukan tanpa harus ada pemangkasan," katanya.

Dikutip dari siaran pers Biro Humas Pemprov Jabar, Penjabat Gubernur Bey Machmudin bersama stakeholders akan mencari solusi agar sektor pariwisata Jabar tidak terlalu terdampak akibat efisensi anggaran pemerintah yang saat ini sedang berjalan.

"Ya nanti kami duduk bersama dengan Asita (Asosiasi Pariwisata Indonesia) dengan PHRI (Perkumpulan Hotel Restoran Indonesia) mencari solusi seperti apa,” ujar Bey Machmudin usai menghadiri Musda XII Asita Jawa Barat di Hotel Aryaduta, Kota Bandung, Jumat (14/2/2025).

Efisiensi anggaran pemerintah tidak dipungkiri mempengaruhi pendapatan dari hotel dan restoran yang selama ini mengandalkan wisatawan dari acara – acara MICE (meeting, insentif, conference, exhibition) yang dilakukan lembaga pelat merah.

Dengan efisiensi pada perjalanan dinas, FGD, seminar, dan acara seremonial di hotel atau restoran, pendapatan pelaku pariwisata dipastikan menurun. Retribusi pariwisata yang disetorkan ke pemda pun berpotensi menurun.

Namun Bey berkeyakinan, dengan infrastruktur yang ada, pariwisata masih bisa digenjot terutama menyasar wisatawan asing.

“Masih ada potensi dari pariwisata, masih ada dari wisatawan asing ke Jawa Barat. Whoosh (kereta cepat) ini masih daya tarik buat warga di Asia Tenggara," katanya.

Bey mengajak seluruh stakeholders termasuk Asita dan pelaku pariwisata lain seperti Perkumpulan Hotel Restoran Indonesia (PHRI), tetap yakin dan percaya diri pariwisata bakal tetap tumbuh.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved