Disebut Preman, Siswi SMAN 7 Cirebon yang Ungkap Dugaan Pungli PIP Kini Didampingi KPAID

Salah satu siswi SMAN 7 Cirebon, Hanifah Kaliyah Ariij, mengaku mendapat intimindasi setelah mengadukan dugaan pemotonagn PIP tersebut.

Penulis: Eki Yulianto | Editor: Ravianto
Tribun Cirebon/ Eki Yulianto
SISWA KECEWA - Hanifah (kiri), salah satu siswi kelas XII IPS 1 SMAN 7 Cirebon, Sabtu (8/2/2025). Upaya finalisasi Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS) SMAN 7 Cirebon dalam Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) berakhir tanpa hasil. Kini, sejumlah siswa SMAN 7 Cirebon mendapatkan pendampingan dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Cirebon.  

TRIBUNJABAR.ID, CIREBON - Kasus dugaan pemotongan Program Indonesia Pintar (PIP) di SMAN 7 Cirebon kini dapat perhatian.

Salah satu siswi SMAN 7 Cirebon, Hanifah Kaliyah Ariij, mengaku mendapat intimindasi setelah mengadukan dugaan pemotonagn PIP tersebut.

Hanifah mengaku intimidasi tersebut dilakukan oleh oknum guru.

Sang guru bahkan menyebut Hanifah dan teman-temannya sebagai preman, menyebarkan hoaks, hingga tidak beradab.

Kini, sejumlah siswa SMAN 7 Cirebon mendapatkan pendampingan dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Cirebon. 

Mereka diduga mengalami intimidasi setelah menyuarakan protes terkait Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) dan Program Indonesia Pintar (PIP).

Baca juga: Tak Cuma PIP yang Disunat, Siswi SMAN 7 Cirebon juga Ungkap Adanya Pungutan SPP dan Uang Gedung

Satu siswi yang mendapatkan pendampingan adalah Hanifah Kaliyah Ariij, siswa kelas XII IPS 1.

Saat berbincang dengan Tribun pada Sabtu (15/2/2025), Hanifah mengungkapkan, dia dan rekannya, Ganis, telah bertemu dengan KPAID pada Jumat (14/2/2025) untuk melaporkan pengalaman mereka.

"Awalnya, KPAI ingin tahu secara langsung bagaimana bentuk intimidasi yang kami alami. Kami menceritakan semuanya, termasuk siapa oknum gurunya," ujar Hanifah.

Ia juga menyebutkan, pihak KPAID menanyakan detail intimidasi yang mereka alami dan memberikan dukungan dengan menawarkan perlindungan serta konseling psikologis secara gratis.

"Kami cerita dari awal, dari aksi protes sampai akhirnya bertemu Kang Dedi Mulyadi. Semua kami sampaikan, termasuk kecemasan kami."

"Setelah itu, kami diminta mengisi data untuk mendapatkan perlindungan dari KPAID dan konseling gratis," ucapnya.

Hanifah merupakan salah satu siswa yang vokal dalam menyoroti dugaan pungutan liar dalam pencairan dana PIP serta kendala dalam pendaftaran SNBP.

Saat Gubernur Jawa Barat terpilih, Dedi Mulyadi, melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke SMAN 7 Cirebon, Hanifah dan Ganis sempat mengadangnya untuk menceritakan persoalan di sekolah mereka.

Setelah kejadian tersebut, Hanifah dan beberapa siswa lain diduga mendapatkan intimidasi dari oknum guru melalui sindiran di dalam kelas.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved