Ikan yang Mati Massal di Waduk Jatiluhur Purwakarta Capai 100 Ton, Diskanak Sudah Peringatkan

Kematian massal ikan tersebut sudah diprediksi sebelumnya, setelah beberapa tanda muncul pada ikan yang tampak lemas pasca-hujan

Penulis: Deanza Falevi | Editor: Seli Andina Miranti
Tribun Jabar/ Deanza Falevi
IKAN MATI - Ribuan ikan di Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, mati massal akibat cuaca buruk, Jumat (7/2/2025). Kematian massal ikan tersebut sudah diprediksi sebelumnya, setelah beberapa tanda muncul pada ikan yang tampak lemas pasca-hujan deras sejak setelah Tahun Baru Imlek. 

Laporan Wartawan Tribunjabar.id, Deanza Falevi

TRIBUNJABAR.ID, PURWAKARTA - Ribuan ikan mati massal di Keramba Jaring Apung (KJA) Waduk Jatiluhur, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat.

Kejadian tragis ini dipicu oleh hujan lebat yang mengguyur daerah tersebut selama beberapa hari terakhir, mengakibatkan fenomena yang disebut "mabuk ikan" pada awal Februari 2025.

Kepala Bidang Budidaya Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten (Diskanak) Purwakarta, Intan Riyani, mengungkapkan bahwa kematian ikan tercatat mencapai 80-100 ton dari Kamis (6/2) hingga Jumat (7/2/2025).

Baca juga: BREAKING NEWS, Ribuan Ikan di Waduk Jatiluhur Purwakarta Mati, Petani Rugi Ratusan Juta

Kematian massal ikan tersebut, kata dia, sudah diprediksi sebelumnya, setelah beberapa tanda muncul pada ikan yang tampak lemas pasca-hujan deras sejak setelah Tahun Baru Imlek.

"Fenomena ini hanya terjadi di zona 2 Citerbang, Desa Panyindangan, Kecamatan Sukatani, sementara wilayah lain di Waduk Jatiluhur tetap aman berkat langkah pencegahan yang dilakukan bersama Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi," ucap Intan kepada wartawan, Senin (10/2/2025).

Diskanak Purwakarta juga sudah memberikan peringatan kepada para pemilik KJA sejak November 2024, namun beberapa peternak tetap bertaruh untuk tetap melanjutkan budidaya mereka.

Intan juga menyayangkan sikap peternak yang mengabaikan peringatan pemerintah, mengingat peristiwa serupa sudah sering terjadi pada musim hujan. 

"Selain faktor cuaca ekstrem, pencemaran limbah pakan ikan di dasar bendungan juga turut berperan dalam memperburuk kualitas air dan memperbesar risiko kematian massal ikan," ujarnya.

Menurutnya, dengan jumlah KJA yang terus meningkat yang kini mencapai 44.000 unit padahal kapasitas ideal hanya 11.306 unit, Diskanak Purwakarta bersama Satuan Tugas Citarum Harum berusaha untuk mengurangi jumlah KJA di Waduk Jatiluhur

Bahkan, penanganan insiden ini akan melibatkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

Diketahui sebelumnya, Martina (46), salah satu pengelola KJA, mengungkapkan bahwa kematian ikan sudah berlangsung tiga hari berturut-turut. 

Baca juga: Pemancing Asal Bandung Tewas Mendadak di Rakit Waduk Jatiluhur Purwakarta, Sempat Batuk Keras

Selain hujan, kekurangan sinar matahari akibat langit yang mendung menyebabkan suhu air turun drastis, memicu fenomena upwelling, yaitu naiknya air dingin dari dasar waduk. 

Perbedaan suhu yang tajam ini membuat ikan-ikan, terutama ikan mas, yang seharusnya siap panen, tak dapat bertahan. 

Akibatnya, Martina mengalami kerugian besar hingga Rp 200 juta, dengan 13 ton ikan mati di tempatnya.(*)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved