Pentingnya Deteksi Dini Fungsi Jantung untuk Tingkatkan Kesehatan
Menurut dr. Kiki, dulu serangan jantung umumnya terjadi pada usia 50 tahun ke atas, namun kini tren serangan jantung sudah merambah pada usia muda.
Penulis: Nappisah | Editor: Muhamad Syarif Abdussalam
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Nappisah
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Penyakit jantung merupakan salah satu penyebab utama kematian di dunia, termasuk di Indonesia.
Untuk itu, kesadaran masyarakat mengenai pentingnya menjaga kesehatan jantung masih perlu ditingkatkan. Sebagai langkah awal, deteksi dini sangat penting untuk menjaga kesehatan jantung.
Dr. Kiki Abdurachim Nazir, Sp.JP(K), FIHA, seorang dokter spesialis jantung dan pembuluh darah dari Santosa Hospital Bandung Central, menjelaskan bahwa jantung adalah organ vital yang berperan dalam mensuplai darah dan nutrisi ke seluruh tubuh. Jika ada gangguan pada jantung, maka suplai darah ke tubuh pun akan terpengaruh.
“Deteksi dini sangat penting untuk mengetahui apakah detak jantung tidak normal atau ada masalah lain. Dengan begitu, kita bisa mencegah perkembangan penyakit lebih lanjut,” kata dr. Kiki dalam seminar yang diselenggarakan oleh Santosa Hospital Bandung Central, Sabtu (8/2/2025).
Dr. Kiki juga menyoroti miskomunikasi masyarakat mengenai penyakit jantung. Banyak orang yang sering menganggap keluhan seperti masuk angin atau sakit maag sebagai penyebab utama gejala seperti nyeri dada atau sesak napas.
Hal ini sering membuat pasien datang terlambat untuk mendapatkan pengobatan yang tepat.
“Jangan anggap enteng gejala yang muncul, apalagi pada usia yang lebih tua. Keluhan jantung bisa sangat bervariasi, mulai dari yang ringan hingga yang berat, dan deteksi dini sangat membantu dalam pencegahan,” tambahnya.
Menurut dr. Kiki, dulu serangan jantung umumnya terjadi pada usia 50 tahun ke atas, namun kini tren serangan jantung sudah merambah pada usia yang lebih muda.
Bahkan, pasien berusia 30-an tahun juga mulai banyak ditemukan. Hal ini banyak dipengaruhi oleh gaya hidup yang tidak sehat, seperti pola makan tidak seimbang dan kurangnya aktivitas fisik.
“Gaya hidup yang instan dan kemudahan akses transportasi serta makanan cepat saji yang tinggi kandungan karbonnya menjadi faktor utama,” ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa ada faktor risiko penyakit jantung yang tidak dapat diubah, seperti usia, jenis kelamin, dan faktor genetik.
Namun, ada juga faktor yang dapat dikendalikan, seperti diabetes, merokok, hipertensi, kolesterol tinggi, stres, obesitas, dan pola makan tidak sehat.
Untuk itu, menjaga kesehatan jantung harus dimulai dengan mengurangi merokok, rutin memeriksakan tekanan darah, makan makanan sehat dan bergizi, serta olahraga secara teratur.
Sementara itu, dr. Luke Lompoliu, MM, Direktur Utama Santosa Hospital Bandung Central, mengungkapkan bahwa seminar tentang deteksi dini penyakit jantung yang diselenggarakan Santosa Hospital bertujuan untuk memberikan wawasan lebih kepada masyarakat.
Kanker Leher Rahim Ancam Perempuan Indonesia, 36.000 Kasus Baru dan 21.000 Kematian per Tahun |
![]() |
---|
Layanan Kesehatan di Sukabumi Dinilai Amburadul, Amusi Sebut Pemda Gagal Jalankan Tugas Dasar |
![]() |
---|
Era Digital dan Tekanan Sosial, Bagaimana Peran Orang Tua Mendampingi Remaja |
![]() |
---|
Orangtua dan Anak-anak Semringah Ikut Olahraga Lari di Mall Meriahkan Ulang Tahun Edelweiss |
![]() |
---|
Era Digital dan Tekanan Sosial, Bagaimana Peran Orang Tua Mendampingi Remaja? |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.