Bursa Filateli di Bandung di Museum Pos: Ruang Bertemu Para Kolektor 

Bursa Filateli Bandung, yang digelar rutin setiap bulan pada minggu ketiga, menjadi ajang yang dinantikan oleh para penggemar filateli dan kolektor

Penulis: Nappisah | Editor: Muhamad Syarif Abdussalam
tribunjabar.id / Nappisah
Koleksi prangko di Bursa Filateli Bandung di Musium Pos Kota Bandung 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Nappisah

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Bandung, kota kreatif yang dikenal dengan berbagai komunitasnya, kembali menjadi tuan rumah kegiatan unik yang mengundang perhatian para kolektor dan pecinta barang antik, Bursa Filateli.  

Bursa Filateli Bandung, yang digelar rutin setiap bulan pada minggu ketiga, menjadi ajang yang dinantikan oleh para penggemar filateli dan kolektor barang antik. 

Acara yang telah memasuki edisi ketiga pada bulan Desember ini tidak hanya mengundang filatelis, tetapi juga komunitas-komunitas lain seperti numismatik (penggemar uang kertas dan logam), kolektor barang antik, hingga kolektor kartu telepon vintage yang kini semakin jarang ditemukan.

Menurut Albertus Dj, Ketua Komunitas Filatelis Bandung, tujuan diadakannya bursa ini adalah untuk menyediakan wadah bagi para kolektor yang ingin menjual atau bertukar koleksi mereka.

Bagi banyak orang awam, mungkin sulit untuk mengetahui tempat yang tepat untuk menjual barang koleksi mereka.

Oleh karena itu, bursa ini berfungsi sebagai tempat bertemu antara penjual dan pembeli, membuka peluang transaksi yang saling menguntungkan.

Bursa ini juga memberi kesempatan bagi para pemula yang tertarik untuk memulai koleksi. Mereka bisa bertanya, berdiskusi, bahkan melihat langsung berbagai koleksi yang dipamerkan untuk menambah wawasan. 

"Kami berharap mereka bisa menemukan koleksi yang sesuai dengan minat dan bertemu dengan komunitas yang memiliki hobi serupa," ujar Albertus, kepada Tribunjabar.id, Jumat (20/12/2024).

Selain itu, bursa ini tidak hanya menjadi ruang transaksi, tetapi juga ajang sosial bagi para penggemar koleksi untuk berinteraksi dan berbagi pengetahuan. 

Dalam kesempatan ini, pengunjung bisa berbincang dengan sesama kolektor, mendapatkan tips perawatan koleksi, atau sekadar berbagi cerita mengenai hobi mereka yang unik.

Meskipun banyak yang beranggapan bahwa filateli sudah mulai redup seiring dengan perkembangan teknologi digital, Albertus melihat bahwa minat terhadap hobi ini tetap ada.

“Meskipun era digital telah mengurangi frekuensi penggunaan prangko, masih banyak yang menganggap filateli sebagai kegiatan yang menarik dan mengedukasi,” ujarnya. 

Bahkan, Pos Indonesia baru-baru ini meluncurkan prangko dalam bentuk digital seperti NFT (Non-Fungible Token) yang menjangkau pasar internasional, sebagai upaya untuk mengikuti tren digital yang sedang berkembang.

Sebagai bentuk dukungan terhadap kegiatan filateli, Bandung juga memiliki Museum Pos yang menyimpan koleksi perangko dan alat-alat komunikasi masa lalu. 

Halaman
12
Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved