Ahli Biokimia Sebut BPA yang Tidak Sengaja Masuk ke Dalam Tubuh, Dikeluarkan Lewat Urine

Pada dasarnya semua bahan kimia bersifat endocrine disruptor, yaitu komponen kimiawi yang bisa mengganggu fungsi sistem endokrin dan..

|
Editor: Dicky Fadiar Djuhud
shutterstock
Illustrasi, sampel urine. 

TRIBUNJABAR.ID - BPOM mengatur batas aman, batas migrasi BPA dalam kemasan plastik polikarbonat. 

BPA atau Bisfenol A adalah bahan kimia yang  berfungsi sebagai precursor (pendahulu) yang digunakan dalam pembentukan plastik Polikarbonat (PC). Ketika sudah terbentuk PC, maka BPA tidak ada lagi dalam ikatan polimer. 

Jika ada BPA memasuki tubuh, senyawa ini diproses oleh hati dan kemudian diekskresikan melalui urine. Proses ini membantu mengurangi akumulasi BPA di dalam tubuh.  

Baca juga: BAZNAS Jabar Gelar Pelayanan Kesehatan Keliling Gratis bagi 100 Lansia di Subang

Hasil studi menunjukkan bahwa tingkat BPA dalam urine umumnya rendah pada individu yang mengonsumsi AMDK, menunjukkan bahwa tubuh dapat menangani dan mengeluarkan BPA dengan efektif.  

"BPA yang secara tidak sengaja masuk ke dalam tubuh akan diubah di dalam hati menjadi senyawa lain. Sehingga dapat lebih mudah dikeluarkan lewat urine," kata Dosen Biokimia dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) IPB, Syaefudin PhD dalam keterangannya, Sabtu (12/10/2024). 

Pada dasarnya semua bahan kimia bersifat endocrine disruptor, yaitu komponen kimiawi yang bisa mengganggu fungsi sistem endokrin dan reproduktif dalam tubuh. Namun, kandungan BPA dalam galon guna ulang hanya 0,001 persen dari ambang batas yang bisa mengganggu.  

Untuk menimbulkan gangguan metabolisme dan endokrin, butuh kadar yang sangat besar dalam satu waktu secara bersamaan. Jadi, butuh hingga 10.000 galon dalam satu sekali minum untuk mencapai batas yang dapat mengganggu hormon dalam tubuh.  

Baca juga: Implementasi Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan Kader Kesehatan Menuju Zero Stunting

"Artinya, kecil sekali yang bisa menjadikan BPA (dalam galon) jadi endocrine disruptor yang bisa mengganggu metabolisme," kata dokter spesialis penyakit dalam, Laurentius Aswin Pramono. (*)

 

 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved