Benarkah Patah Hati Itu Penyakit? Inilah Fakta di Balik Sindrom Broken Heart, Kenali Gejalanya

Sindrom Broken Heart, atau yang secara medis dikenal sebagai Kardiomiopati Takotsubo, bukanlah sekadar metafora puitis tentang patah hati.

Editor: Siti Fatimah
freepik
Ilustrasi sindrom patah hati- Sindrom Broken Heart, atau yang secara medis dikenal sebagai Kardiomiopati Takotsubo, bukanlah sekadar metafora puitis tentang patah hati. 

Namun, berbeda dari serangan jantung, penyumbatan arteri tidak sering ditemukan pada pasien dengan Sindrom Broken Heart.

Faktor Risiko

Faktor risiko utama Sindrom Broken Heart adalah stres emosional berat, seperti kematian orang yang dicintai, perceraian, atau bahkan kejutan yang menyenangkan seperti menang lotere.

Wanita menopause memiliki risiko lebih tinggi, meskipun ini bisa terjadi pada siapa saja, dari berbagai usia

Dampak pada Kesehatan

Meskipun banyak pasien pulih sepenuhnya dalam beberapa minggu, kondisi ini bukan tanpa risiko. Komplikasi bisa termasuk gangguan irama jantung, gagal jantung, dan dalam kasus yang sangat jarang, kematian mendadak.

Penyembuhan dan Pencegahan

Pengobatan Sindrom Broken Heart sering melibatkan obat-obatan yang sama dengan yang digunakan untuk mengobati gagal jantung atau serangan jantung, seperti beta-blocker dan ACE inhibitor.

Aspek penting lainnya adalah manajemen stres, yang dapat mencakup terapi, meditasi, dan latihan fisik.

Bukan Sekadar Patah Hati

Sindrom Broken Heart adalah peringatan penting tentang betapa kuatnya hubungan antara kesehatan emosional dan fisik kita.

Ini membuktikan bahwa trauma emosional tidak hanya mempengaruhi kesehatan mental kita, tetapi juga memiliki efek yang sangat nyata dan kadang-kadang berbahaya pada kesehatan fisik kita, khususnya jantung kita.

Dengan meningkatnya kesadaran dan penelitian, kita semakin memahami bahwa Sindrom Broken Heart bukan hanya soal perasaan, tetapi sebuah kondisi medis yang serius.

Penting bagi kita untuk tidak hanya memperhatikan kesehatan fisik kita, tetapi juga kesehatan emosional, karena keduanya saling terkait erat.

Sindrom Broken Heart membuka mata kita tentang betapa rapuhnya tubuh manusia terhadap guncangan emosional.

Meningkatnya pemahaman ini tidak hanya penting bagi dunia medis, tetapi juga bagi masyarakat umum, untuk menyadari bahwa mengelola stres dan menjaga kesehatan emosional sama pentingnya dengan menjaga kesehatan fisik.

Dengan memahami dan merespon secara adekuat terhadap kondisi ini, kita dapat tidak hanya menyelamatkan nyawa, tetapi juga meningkatkan kualitas hidup banyak orang.

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved