Nilai Tukar Rupiah Kian Melemah, Pengamat: Tidak Bisa Dianggap Biasa Saja

Selain menguatnya indeks mata uang AS, konflik Israel-Iran dapat memicu peralihan dana investor berbagai negara dan berinvestasi ke AS.

Penulis: Nappisah | Editor: Seli Andina Miranti
istimewa
Pengamat Ekonomi Unpas, Acuviarta Kartabi, membeberkan faktor nilai tukar rupiah yang terus anjlok. 

Laporan Wartawan TribunJabar, Nappisah

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Nilai tukar rupiah terhadap dolar kian melemah hingga menyentuh angka Rp 16.220 ribu per Jumat (19/4/2024).

Stabilitas nilai tukar terus anjlok dalam sepakan terakhir. Dampaknya, mata uang berbagai negara terdepresiasi seiring menguatnya indeks dolar Amerika Serikat (AS).

Pengamat Ekonomi Unpas, Acuviarta Kartabi, membeberkan faktor nilai tukar rupiah yang terus anjlok.

Acu, mengatakan, saat ini menguatnya indeks dollar AS yang melampaui level tertingginya sejak November tahun lalu.

Baca juga: Pengamat Sebut Serangan Rudal Israel ke Iran Akan Berdampak Global, Pengaruhi Dolar dan Harga Minyak

Kemudian, dampak yang dirasakan kenaikan harga komoditas, sehingga pemerintah memerlukan dana cadangan devisa yang lebih tingggi.

Acu menuturkan, selain menguatnya indeks mata uang AS, konflik Israel-Iran dapat memicu peralihan dana investor berbagai negara dan berinvestasi ke AS.

"Data terbaru di Amerika bahwa inflasi di sana masih cukup tinggi, sehingga The Fed atau Bank Sentral Amerika, bunga yang ditetapkan tidak akan turun dalam waktu dekat," ujarnya, saat ditemui Tribunajabar.Id, Jumat (19/4/2024).

Kemudian, Acu menilai, faktor politik di Indonesia masih kentara selepas Pemilu 2024.

"Banyak kekhawatiran setelah Pemilu, janji-janji yang digaungkan pemerintah akan mempengaruhi kebijakan fiskal," ucapnya.

Ditinjau dari data, kata Acu, aliran dana bersih yang diinvestasikan ke luar negeri atau Net Capital Outflow (NCO) selisihnya lumayan tinggi dengan Capital Inflow atau aliran masuk modal asing.

"Selisih antara uang asing yang masuk dengan keluar nominalnya Rp 3 triliun sejak Lebaran 2024," tuturnya.

Acu membidik, dalam jangka menengah nilai tukar rupiah yang semakin melemah ini dapat berlangsung tidak sebentar.

"Harus dicermati, tidak bisa dianggap biasa saja karena kenaikan nilai tukar rupiah akan berpengaruh pada import BBM, bahan pangan, belum lagi pembayaran utang yang transaksinya menggunakan dolar,” ungkapnya.

Baca juga: Rupiah Terus Melemah Terhadap Dolar, Indeks Harga Saham Tertekan, Baru Akan Stabil Setelah Pemilu

Dia menegaskan, Pemerintah harus waspada dan antisipasi saat nilai tukar rupiah anjlok dalam kurun waktu yang lama.

“Berharap pemerintah mampu menghadirkan sosok yang kredibel dalam formasi kabinet yang akan datang. Sehingga berbagai kebijakan dapat diperhitungkan secara matang,” tandasnya. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved