Ada Cahaya dan Harapan di Balik Keterbatasan di Pesantren Tahfidz Tunanetra Sam'an Darushudur

Pesantren juga menggagas program "pondok inklusi" yang mengajarkan nilai-nilai kebersamaan dan penerimaan terhadap perbedaan.

Editor: Ravianto
Adi Ramadhan Pratama/Tribun Jabar
Pesantren Tahfiz Tunanetra Sam'an Darushudur 

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - KAMPUNG Sekegawir, Desa Cimenyan, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung, menjadi saksi bisu lahirnya cahaya dan harapan bagi para penyandang tunanetra mempelajari ilmu keagamaan.

DI bawah payung lembaga pendidikan Pesantren Tahfidz Tunanetra Sam'an Darushudur, para penyandang disabilitas membuktikan bahwa ketidakmampuan melihat bukanlah hambatan untuk mencari cahaya ilahi.

Didirikan oleh sesama penyandang tunanetra, Dr. Ridwan Effendi, S.S, M.Ag pada tahun 2018, pondok pesantren ini bukan sekadar tempat mencari ilmu, melainkan tempat berbagi mimpi, kegigihan yang mengalahkan rintangan, hingga cinta kasih yang mengalir tanpa batas.

Di balik nama Pesantren Tahfidz Tunanetra Sam'an Darushudur yang sederhana, terdapat nama yang mengukir harapan. Sam'an bukan hanya sebuah kata, tetapi sebuah panggilan untuk belajar dengan hati yang terbuka. Nama Sam'an diambil dari metode pembelajaran bahasa Arab yang penuh makna, yaitu mendengar. 

Melalui metode Sam'an, para santri penyandang tunanetra diajak untuk merasakan keindahan ilmu agama dengan segala kemudahannya.

"Sam'an sebenarnya bahan disertasi beliau (Ridwan Effendi) untuk S3-nya. Sedangkan nama Darushudur, diambil dari masjid di sini yang kami pakai sehari untuk kegiatan kami, masjid Darushudur," ujar Marketing Komunikasi Pesantren Tahfidz Tunanetra Sam'an Darushudur, Solehudin, Selasa (19/3).

Ridwan mendirikan Yayasan Sam'an Netra Mulia Berkah pada tahun 2014.  Yayasan tersebut tidak hanya menjadi tempat pelatihan bahasa Arab dan pembelajaran Al-Qur'an braille, tetapi juga sebuah titik terang bagi para penyandang tunanetra yang merindukan pendidikan lebih lanjut. 

Program kuliah gratis dan beasiswa bagi penyandang tunanetra adalah wujud nyata dari komitmen Yayasan Sam'an Netra Mulia Berkah. 

“Tahun 2018, temen-temen tunanetra dari berbagai wilayah Indonesia bergabung ke pesantren ini. Tidak hanya dari Jawa Barat, melainkan dari luar daerah seperti Jawa Tengah, Jawa Timur dan paling jauh di luar pulau seperti Aceh, Riau, hingga Sulawesi," katanya.

Program utama pesantren ini  membasmi buta huruf Al-Qur'an para penyandang tunanetra. Para santri, dari angkatan pertama tahun 2018 hingga kini tidak hanya diajarkan untuk membaca dengan lancar, tetapi juga diberi kesempatan untuk menghafal dan memahami makna setiap ayat suci yang mereka baca.

Tak berhenti di situ. Mereka juga mengembangkan sejumlah program untuk memastikan para santri juga keterampilan hidup yang diperlukan untuk keberhasilan dalam kehidupannya. Salah satunya program "pondok mandiri". Para santri diajarkan untuk mandiri dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari, mulai dari persiapan berangkat ke kelas hingga berkomunikasi dengan warga sekitar. 

Di samping itu, ada juga program "pondok sehat", yang mengajarkan pentingnya menjaga kesehatan melalui kebersihan, pola makan, dan olahraga. 

Pesantren juga menggagas program "pondok inklusi" yang mengajarkan nilai-nilai kebersamaan dan penerimaan terhadap perbedaan.

Di sana juga terdapat program "pondok bahasa" dan "pondok teknologi informasi (IT)", yang memperluas wawasan para santri dengan mengajarkan bahasa Arab, Inggris, dan kemampuan dasar dalam penggunaan IT.

"Di sini temen-temen santri diajarkan untuk mengoperasi komputer ataupun alat teknologi lain. Kami di sini juga memiliki channel YouTube, Instagram, yang semuanya dioperasikan oleh para penyandang tunanetra. Dan, itu semua perwujudan dari pondok IT," ujarnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved