Sejarah Kelam Berdarah Masjid Tegal Kalong Sumedang, Masjid Tertua di Sumedang, Munculkan Mitos Ini
Ada sejarah kelam yang menyertai perjalanan Masjid Tegal Kalong yaitu peristiwa berdarah ketika ada serangan di hari Idulfitri
Penulis: Kiki Andriana | Editor: Seli Andina Miranti
Laporan Kontributor TribunJabar.id, Kiki Andriana
TRIBUNJABAR.ID, SUMEDANG - Masjid Tegal Kalong di Alun-alun Tegal Kalong, Kecamatan Sumedang Utara, Kabupaten Sumedang, adalah masjid tertua di Sumedang.
Masjid itu dibangun ketika Kerajaan Sumedang Larang beribu kota di Tegal Kalong, sebelum akhirnya pindah ke Kutamaya, di dekat Alun-alun Kabupaten Sumedang sekarang.
Ada sejarah kelam yang menyertai perjalanan Masjid Tegal Kalong yaitu, peristiwa berdarah ketika ada serangan di hari Idulfitri dari tiga kekuatan gabungan: Kesultanan Banten, Kesultanan Cirebon, dan Kesultanan Demak pada tahun 1675 M.
Kisah berdarah ini dituturkan Radya Anom Karaton Sumedang Larang, Luky Djohari Soemawilaga.
Baca juga: Sejarah Masjid Agung Kasepuhan Cirebon, Ada Pesan Spiritual dari 9 Pintu dengan Tinggi 1,5 Meter
Dampak dari peristiwa itu adalah kepedihan berlarut-larut sehingga ibu kota Kerajaan Sumedang Larang pindah.
Apa peristiwa kelam itu? Luky berkisah, sudah menjadi tabiat kerajaan-kerajaan untuk ekspansi ke kerajaan lain. Pada tahun 1600-an itu, ketika Sumedang dipimpin Pangeran Panembahan, Sumedang melepaskan diri dari pengaruh Mataram.
Melihat situasi itu, datanglah rongrongan dari tiga kekuatan gabungan untuk mengekspansi ke Sumedang. Dua kali serangan, kekuatan musuh dapat ditepis. Pada serangan ketiga, Sumedang kecolongan.
"Ketika serangan ketiga itu, Pangeran Panembahan bersama warga Sumedang sedang melakukan salat Idulfitri yang bertepatan pada hari Jumat. Serangan yang ditambah pasukan bayaran dari Bali itu datang dan tidak ada kesiapan sama sekali," kata Luky kepada TribunJabar.id, Senin (18/3/2024).
Masjid Tegal Kalong 'banjir' darah. Namun beruntung, Pangeran Panembahan bisa selamat dengan berlari ke arah sungai. Pangeran menyusur Sungai hingga ke Indramayu yang ketika itu masih dalam wilayah Sumedang Larang.
Menurut Luky, luas wilayah Kerajaan Sumedang Larang adalah seluruh Priangan. Batasnya di utara dan selatan adalah laut. Batas barat adaah Sungai Cisadane di Tangerang, Banten saat ini. Dan batas timur adalah Kesultanan Cirebon.
Di Indramayu, Pangeran Panembahan bertemu uwaknya dan merumuskan serangan balik. Kecolongan itu membuat Sumedang sempat dipimpin oleh pasukan Bali selama setahun sebelum akhirnya direbut kembali.
"Tapi ketika kembali, tidak mungkin beribu kota di Tegal Kalong lagi karena pedih jika mengingat peristiwa itu. Maka dipindahkan ke Srimanganti di Kutamaya," kata Luky.
Baca juga: Sejarah Penyebaran Islam di Sumedang Larang: Berawal dari Pernikahan
Larangan saat Idulfitri Hari Jumat
Karena peristiwa berdarah terjadi pada Idulfitri yang bertepatan dengan hari Jumat, maka ada mitos untuk tidak melaksanakan salat Id di Tegal Kalong, jika kebetulah Id bertepatan dengan hari Jumat lagi.
Masjid Tegal Kalong
Alun-alun Tegal Kalong
Kabupaten Sumedang
Masjid tertua
sejarah kelam
Idulfitri
Luky Djohari Soemawilaga
70 Pengusaha Tambang Dipanggil Kejari Sumedang, Izin dan Pajak Usahanya DIperiksa |
![]() |
---|
Sukasari Sumedang Dekat Sesar Lembang, Bupati Rapat soal EWS, Waspada namun Tak Panik |
![]() |
---|
Puluhan Pengusaha Tambang 'Mengantre' Diperiksa di Kejari Sumedang, Ada Apa? |
![]() |
---|
Identitas 4 Korban Tabrakan Beruntun di Jatinangor Sumedang, Satu Keluarga, 1 Orang Luka Berat |
![]() |
---|
Tabrakan Beruntun di Jatinangor Sebabkan Jalur Arteri Sumedang Tersendat |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.