Sejarah Kelam Berdarah Masjid Tegal Kalong Sumedang, Masjid Tertua di Sumedang, Munculkan Mitos Ini

Ada sejarah kelam yang menyertai perjalanan Masjid Tegal Kalong yaitu peristiwa berdarah ketika ada serangan di hari Idulfitri

Penulis: Kiki Andriana | Editor: Seli Andina Miranti
Tribun Jabar/Kiki Andriana
Suasana di Masjid Besar Tegal Kalong, Sumedang, Senin (18/3/2024) petang. 

Laporan Kontributor TribunJabar.id, Kiki Andriana

TRIBUNJABAR.ID, SUMEDANG - Masjid Tegal Kalong di Alun-alun Tegal Kalong, Kecamatan Sumedang Utara, Kabupaten Sumedang, adalah masjid tertua di Sumedang.

Masjid itu dibangun ketika Kerajaan Sumedang Larang beribu kota di Tegal Kalong, sebelum akhirnya pindah ke Kutamaya, di dekat Alun-alun Kabupaten Sumedang sekarang.

Ada sejarah kelam yang menyertai perjalanan Masjid Tegal Kalong yaitu, peristiwa berdarah ketika ada serangan di hari Idulfitri dari tiga kekuatan gabungan: Kesultanan Banten, Kesultanan Cirebon, dan Kesultanan Demak pada tahun 1675 M.

Kisah berdarah ini dituturkan Radya Anom Karaton Sumedang Larang, Luky Djohari Soemawilaga.

Baca juga: Sejarah Masjid Agung Kasepuhan Cirebon, Ada Pesan Spiritual dari 9 Pintu dengan Tinggi 1,5 Meter

Dampak dari peristiwa itu adalah kepedihan berlarut-larut sehingga ibu kota Kerajaan Sumedang Larang pindah.

Apa peristiwa kelam itu? Luky berkisah, sudah menjadi tabiat kerajaan-kerajaan untuk ekspansi ke kerajaan lain. Pada tahun 1600-an itu, ketika Sumedang dipimpin Pangeran Panembahan, Sumedang melepaskan diri dari pengaruh Mataram.

Melihat situasi itu, datanglah rongrongan dari tiga kekuatan gabungan untuk mengekspansi ke Sumedang. Dua kali serangan, kekuatan musuh dapat ditepis. Pada serangan ketiga, Sumedang kecolongan.

"Ketika serangan ketiga itu, Pangeran Panembahan bersama warga Sumedang sedang melakukan salat Idulfitri yang bertepatan pada hari Jumat. Serangan yang ditambah pasukan bayaran dari Bali itu datang dan tidak ada kesiapan sama sekali," kata Luky kepada TribunJabar.id, Senin (18/3/2024).

Masjid Tegal Kalong 'banjir' darah. Namun beruntung, Pangeran Panembahan bisa selamat dengan berlari ke arah sungai. Pangeran menyusur Sungai hingga ke Indramayu yang ketika itu masih dalam wilayah Sumedang Larang.

Menurut Luky, luas wilayah Kerajaan Sumedang Larang adalah seluruh Priangan. Batasnya di utara dan selatan adalah laut. Batas barat adaah Sungai Cisadane di Tangerang, Banten saat ini. Dan batas timur adalah Kesultanan Cirebon.

Di Indramayu, Pangeran Panembahan bertemu uwaknya dan merumuskan serangan balik. Kecolongan itu membuat Sumedang sempat dipimpin oleh pasukan Bali selama setahun sebelum akhirnya direbut kembali.

"Tapi ketika kembali, tidak mungkin beribu kota di Tegal Kalong lagi karena pedih jika mengingat peristiwa itu. Maka dipindahkan ke Srimanganti di Kutamaya," kata Luky.

Baca juga: Sejarah Penyebaran Islam di Sumedang Larang: Berawal dari Pernikahan

Larangan saat Idulfitri Hari Jumat

Karena peristiwa berdarah terjadi pada Idulfitri yang bertepatan dengan hari Jumat, maka ada mitos untuk tidak melaksanakan salat Id di Tegal Kalong, jika kebetulah Id bertepatan dengan hari Jumat lagi.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved