Di Pesantren Miftahun Najaa Al-Musri 1 Sumedang, Pengurus Rajin Live TikTok Saat Ada Acara
Di Pesantren Miftahun Najaa Al-Musri 1, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, tak semua santri bisa mendapat izin untuk pulang saat Ramadan.
Penulis: Kiki Andriana | Editor: Hermawan Aksan
Saat ini, ada 320 santri yang mondok di pesantren, sementara yang 'ngalong', yakni datang ke pesantren hanya waktu mengaji, tidak makan dan tidur di pesantren, jumlahnya mencapai 100-an orang.
Selain menyediakan kurikulum salafiyah dengan kajian-kajian kitab bercetakan kertas kuning, di pesantren ini juga ada sekolah formal setingkat SMP dan SMA.
Dalam hal pendidikan, Agus mengatakan pesantren menyediakan metode yang berjenjang untuk para santri.
Misalnya, pada bidang fiqih, dimulai dengan mengkaji kitab-kitab berhalaman tipis, supaya santri mengenal dan memahami istilah.
Ketika masuk ke kitab yang lebih tebal dengan bahasan lebih rumit, mereka sudah punya fondasi untuk memahami kaidah-kaidah hukum yang dipelajari.
"Dengan metode yang sudah teruji, rata-rata santri itu sampai lima tahun mereka sudah bisa mukim, yaitu bermasyarakat menyampaikan kepada masyarakat,"
"Adapun kalau SDM-nya terbilang cerdas bisa kurang dari 5 tahun, bisa dikatakan santri akselerasi," kata Agus.
Meski pesantren salafiyah, Ponpes Miftahun Najaa Al-Musri 1 Cimanggung telah didesain seperti pesantren modern dengan sistem makan yang para santrinya tidak membuat sendiri, melainkan disediakan oleh pengasuh pesantren.
"Santri tinggal bawa alat makan saja, nanti porsinya diberikan oleh pihak kantin. Untuk kebutuhan lain seperti jajan dan perlengkapan mandi seperti sabun dan pasta gigi, di sini ada koperasi, sehingga santri tidak perlu keluar yang bisa membuat mereka kehabisan waktu," kata Agus.
Istimewanya, pesantren ini juga mengikuti perkembangan teknologi.
Meski harus ada izin khusus bagi santri untuk memegang ponsel, pengurus pesantren punya akun tiktok dan instagram.
Acara-acara pesantren disiarkan live tiktok sehingga orang tua santri di berbagai tempat di Indonesia ini, bisa menyaksikan kondisi anak-anak mereka dalam mengikuti kegiatan pesantren.
Di sini memang ada santri dari Palembang, Jambi, dan Maluku. Daerah-daerah di Jawa Barat, ada juga dari Ciamis dan Bekasi.
Ai Nurrohmah (23), santriwati asal Ambon, mengatakan selain untuk memperdalam ilmu agama, ia memilih mondok di pesantren ini karena ingin memperbaiki akhlak dan memperbanyak tali silaturahmi.
"Saya lahir dan besar di Ambon, ke sini baru-baru. Umur saya sudah dikatakan dewasa, 23 tahun. Tapi alhamdulillah menuntut ilmu tak pandang usia," ujarnya.
Ai baru tujuh bulan mondok di pesantren ini, tapi dia merasa sudah punya keluarga baru.
"Mondok di sini banyak kesan, di sini penuh kekeluargaan, saling merangkul, dan dari segi belajar, disamakan dengan kemampuan. Keahlian juga dibina di sini," katanya. (kiki andriana)
Identitas 4 Korban Tabrakan Beruntun di Jatinangor Sumedang, Satu Keluarga, 1 Orang Luka Berat |
![]() |
---|
Tabrakan Beruntun di Jatinangor Sebabkan Jalur Arteri Sumedang Tersendat |
![]() |
---|
Tabrakan Beruntun di Jatinangor Sumedang, Libatkan 3 Kendaraan, 4 Pemotor Luka-luka |
![]() |
---|
Gowes Kemerdekaan Anshor Jabar 2025 , Ribuan Pesepada Jajal Rute Sepanjang 20 Kilometer di Sumedang |
![]() |
---|
Perangkat Desa Cikahuripan Sumedang Bacok Warganya Sendiri, Kesal Terima Duit 'Japrem' Tak Sesuai |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.