Kasus Perundungan di Cirebon, Jumlah Pelaku 9 Orang, Berawal Sandal Korban Sering Disembunyikan

AES (12) menjadi korban perundungan teman sepermainannya. Peristiwa itu terjadi di Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon.

Penulis: Eki Yulianto | Editor: Giri
Tangkapan layar
Tangkapan layar perundungan yang terjadi di Cirebon. Kasus ini sudah dilaporkan ke pihak kepolisian. 

Pengakuan korban, perundungan terjadi karena seringnya sandal korban disembunyikan oleh teman-temannya.

"Mungkin korban merasa kesal terhadap teman-temannya dan menantang untuk perang sarung," katanya.

Sampai saat ini, polisi memastikan bahwa kasus ini sedang ditangani secara serius untuk memberikan keadilan bagi korban perundungan tersebut.

Ibu korban, Endang, saat diwawancarai media menceritakan, kronologi kejadian yang menimpa putranya.

Baca juga: Agak Panas Dingin Semua Bupati Nina Harap Kasus Perundungan di Indramayu Berakhir Damai

"Sore hari Senin itu katanya dua jam dipukulin sampai jam enam sore," ujarnya.

Menurutnya, putra pertamanya itu mengalami pemukulan tidak hanya sekali, tapi dua kali dalam satu hari.

"Lokasinya di kuburan biru (pemukulan kedua), tapi enggak ada video pemukulannya. Adanya yang sore itu yang viral sekarang (selama 2 jam pemukulan). Kan tega sekali," ucapnya sambil menahan air mata.

Istri dari Cahyadi ini menceritakan, bahwa usai kejadian perundungan pertama itu, putranya kemudian pamit dari rumah bibinya menuju rumah mereka di daerah perempatan yang akan ke Plered.

Namun, AES menerima pesan dari temannya melalui WhatsApp untuk datang kembali.

"Anak saya nurut dan katanya dipukulin lagi sampai jam 11 malam. Itu berarti dua kali, selama tiga jam kalau pemukulan malam," jelas dia.

Ironisnya, sambung Endang, sang anak selalu terdiam saat diinterogasi.

Endang mengatakan, dia tahu anaknya dipukulu dari gurunya di sekolah.

"Wali kelas anak saya datang ke rumah memperlihatkan video pemukulan terhadap anak saya," kata Endang.

Sang ayah, kata Endang, yang mengetahui kejadian tersebut sangat marah, sehingga langsung mencari ke Sungai Cipager karena mengira video tersebut dilakukan secara langsung.

"Saya enggak terima, sangat terpukul atas apa yang telah dialami anak saya. Saat itu, anak saya enggak nangis enggak apa, cuma memang kondisi badannya memar-memar, seperti yang ada di tangannya, terus di kepala seperti benjolan," ujarnya.

Endang pun berharap, pihak berwenang bisa memberi efek jera terhadap para pelaku.

Ia pun menginginkan kesembuhan terhadap mental dan psikis anaknya yang masih duduk di kelas 7 SMP itu. (*)

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved