Longsor di Jatigede Sumedang

''Masih Rawan'' Ini Langkah Pemkab Sumedang Setelah Terjadi Longsor Jalan Lingkar Timur Jatigede

Pemerintah Kabupaten Sumedang telah melakukan sejumlah langkah cepat atas peristiwa tanah longsor di Jalan Lingkar Timur Jatigede, Minggu (25/2/2024).

Penulis: Kiki Andriana | Editor: Giri
Dok BPBD Sumedang
Longsor terjadi di Dusun Cipicung dan Dusun Burujul, Desa Cipicung, Jatigede, Sumedang, Minggu (25/2/2024). 

Laporan Kontributor TribunJabar.id, Kiki Andriana 

TRIBUNJABAR.ID, SUMEDANG - Pemerintah Kabupaten Sumedang telah melakukan sejumlah langkah cepat atas peristiwa tanah longsor di Jalan Lingkar Timur Jatigede, Minggu (25/2/2024) pagi. 

Longsor tersebut menimbulkan satu korban terluka dan menghancurkan warung serta menyeret dua sepeda motor.

Penjabat Bupati Sumedang, Herman Suryatman, mengatakan, pemerintah telah bertindak cepat menangani korban dan mengantisipasi timbulnya korban lagi di lokasi longsor. 

"Kami telah membawa korban luka ringan ke puskesmas dan sekarang sudah kembali ke rumah. Korban masih trauma dengan kejadian longsor itu," kata Herman, Senin (26/2/2024). 

Dia mengatakan, pemerintah juga telah memasang garis pembatas di jalan Lingkar Timur Jatigede, agar kendaraan besar tidak melalui jalur tersebut.

Baca juga: Lima Keluarga Diungsikan, Tanah Longsor di Rongga Bandung Barat Ancam Puluhan Rumah

"Masih rawan longsor susulan," katanya. 

Lalu, Pemkab Sumedang juga berkoordinasi dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk-Cisanggarung untuk penanganan lebih cepat. 

"Koordinasi langsung dengan BBWS dan pihak BBWS sudah observasi ke lokasi. Besok diputuskan solusi atau treatment untuk mengatasi longsor tersebut," katanya. 

Baca juga: Ojo Terkubur hingga Seleher, Masih Trauma Setelah Jadi Korban Tanah Longsor Jatigede Sumedang

Herman mengimbau kepada warga agar waspada terhadap potensi bencana, khususnya longsor dan banjir. 

"Apalagi sekarang memasuki puncaknya musim penghujan. Di sisi lain agar memanfaatkan musim penghujan ini untuk melakukan penghijauan,"

"Kalau dalam falsafah Sunda mah leuweung kaian, gawir awian, lebah sawahan, legok balongan, darat kebonan," katanya. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved