Kasus Pembunuhan Satu Keluarga di Penajam, Apa Pendorong Junaedi Berperilaku Sadis? Ini Kata Ahli

Satu keluarga yang terdiri dari lima orang ditumpas oleh seorang pelajar SMK berusia 16 tahun.

Editor: Ravianto
tribun kaltim
Junaedi, remaja SMK yang menghabisi nyawa satu keluarga berisi 5 orang di Desa Babulu Laut, Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Selasa (6/2/2024) dini hari. 

Seperti faktor internal dari sisi kepribadian atau ada dorongan agresi yang sudah lama dipendam.

Tentu saja Junaedi kesulitan mengendalikan diri ketika merasakan emosi negatif sehingga perilakunya cenderung merusak dan menyakiti.

Ia menjelaskan, karakter itu bisa muncul ketika anak tumbuh dalam lingkungan yang penuh kekerasan

"Pelajari latar belakang keluarganya. Bisa jadi anak ini pernah menjadi korban kekerasan dari orangtuanya atau lingkungannya, sehingga dia melewati proses belajar yang salah," jelas Ayunda.

Ia juga menjelaskan, usai ditetapkan menjadi tersangka dan terus mendapat tekanan dari lingkungan sosial, Junaedi berpotensi menyimpan dendam yang membuatnya bisa mengulangi hal yang sama.

Oleh sebab itu, untuk menghindari hal tersebut, Ayunda menekankan pentingnya pendampingan psikolog terhadap Junaedi.

Dimana dalam pendampingan itu, Junaedi diberi edukasi dan diajari cara mengelola emosi yang lebih baik.

Cara Hindari Perbuatan Berulang

Selain itu, lanjutnya, ada beberapa cara untuk meminimalisir faktor risiko perbuatan berulang oleh Junaedi.

Pertama, apabila Junaedi pernah menjadi korban KDRT, maka orangtuanya pun perlu diberi edukasi agar ketika sang anak bebas bukan dikucilkan tetapi dirangkul oleh keluarga terdekat.

Kedua, masyarakat juga diminta untuk aware atau peduli. Sebab, meskipun pelaku terbilang sadis namun secara biologis dia tetaplah anak di bawah umur yang belum bisa mengelola emosi dengan baik.

"Saya banyak lihat komen netizen di IG. Ngeri-ngeri. Itu pengaruh lho. Sangat berpengaruh ke psikis si pelaku. Bisa jadi dia semakin marah dan dendam sehingga perbuatannya bisa berulang," ucapnya.

Juga selama proses hukum para penyidik diharapkan memberikan sisi humanis karena pelaku masih di bawah umur.

"Bukan membela tapi dia masih di bawah umur. Jangan dibully karena itu sangat berpengaruh ke psikis dia," tegas Ayunda yang juga sebagai dosen Psikologi di Universitas Mulawarman Samarinda ini.

Baca juga: Viral Potret Junaedi Pojokan, Siswa SMK yang Bunuh Satu Keluarga di Babulu Terancam Hukuman Mati

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved