Buya Syakur Wafat
"Tutur Katanya Menyejukan" Kata Guru Besar Ini Soal Sosok Buya Syakur yang Pemakamannya Diiringi
Indonesia kehilangan salah satu ulama besar. KH Abdul Syakur Yasin atau yang akrab dipanggil Buya Syakur hari ini tutup usia
Penulis: Handhika Rahman | Editor: Darajat Arianto
Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Handhika Rahman
TRIBUNJABAR.ID, INDRAMAYU - Indonesia kehilangan salah satu ulama besar.
KH Abdul Syakur Yasin atau yang akrab dipanggil Buya Syakur hari ini tutup usia, Rabu (17/1/2024) pukul 02.00 WIB dini hari tadi.
Ulama kharismatik asal Indramayu ini wafat di usia 75 tahun.
Sebelum wafat, Buya Syakur sempat dirawat dua minggu di Rumah Sakit Mitra Plumbon Cirebon hingga akhirnya tutup usia.
Sebelum sakit, Buya Syakur sempat mengeluh sakit asam lambung hingga harus dirawat.
Hari ini, ribuan orang datang takziah ke Ponpes Cadangpinggan Indramayu.
Mereka mengantar Buya Syakur ke tempat peristirahatan terakhirnya.
Baca juga: SOSOK Buya Syakur, Ulama Indramayu yang Berpulang, Tak hanya Sebarkan Dakwah lewat Cara Tradisional
Buya Syakur dimakamkan di areal ponpes yang diasuhnya selama ini.
Guru Besar IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Prof Dr Adang Jumhur Salimin mengatakan, ia secara pribadi mengaku merasa sangat kehilangan.
"Beliau adalah sosok kiai, tokoh masyarakat, saya kira jejak beliau ini bisa kita lihat semua dari buku-buku yang pernah beliau buat," ujar dia kepada Tribuncirebon.com.
Prof Adang mengatakan, dalam bertutur kata dalam memberikan nasihat dan pesan-pesan pun sangat menyejukkan.
Buya Syakur juga memiliki pengetahuan yang sangat luas sehingga sosoknya sangat dicintai oleh banyak masyarakat dari berbagai kalangan.

"Ini bisa dilihat dari ribuan orang yang datang takziah di tempat ini, sangat beragam. Tidak hanya dari Indramayu tapi ada juga dari daerah lainnya," ujarnya.
Wakil Sekretaris PW Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jabar, Didi Sunardi turut menyampaikan duka cita atas meninggalnya Buya Syakur.
Hari ini ia hadir langsung melakukan takziah ke pemakaman Buya Syakur.
Bahkan disampaikan Didi, Ketua Umum Pimpinan Pusat PP Dewan Masjid Indonesia DMI Muhammad Jusuf Kalla (JK) juga menyampaikan turut berduka cita atas meninggalnya Buya Syakur.
Baca juga: Ini Wasiat Buya Syakur yang Wafat Dini Hari Tadi, Sudah Siapkan Makam Sendiri Sejak 5 Tahun Lalu
"Tentunya kami dari PW DMI khususnya di Jabar sangat kehilangan, merasa berduka atas meninggalnya Buya Syakur," ujar dia.
Didi menceritakan, beberapa bulan lalu, ia sempat bertemu dengan Buya Syakur saat pengajian.
Ia selalu terkesan dengan dakwah-dakwah Buya Syakur yang selama ini, kata Didi, nasihatnya yang sangat menyejukkan hati.
"Sangat sulit mencari sosok seperti beliau, oleh karenanya kami merasa sangat sedih, sangat kehilangan sosok Buya Syakur," ujarnya.
Selain itu, Ketua Harian DPD Golkar Jabar, Daniel Mutaqien Syafiuddin mengatakan, secara pribadi dan secara umum masyarakat Indramayu semua merasa sangat kehilangan sosok Buya Syakur.
Hari ini, Daniel datang langsung bersama ibunya sekaligus mantan Bupati Indramayu, Anna Sopanah.
"Beliau itu selalu menyampaikan dakwah-dakwah yang sejuk dan menenangkan, kami sangat kehilangan sosok kharismatik seperti beliau," ucap dia.
Detik-detik Wafatnya Buya
Kepala Pondok Pesantren Cadangpinggan, Miftahul Jannah menceritakan detik-detik sebelum KH Abdul Syakur Yasin atau yang akrab dipanggil Buya Syakur meninggal dunia.
Beberapa jam sebelum Buya Syakur wafat, beliau diketahui masih bisa berbincang dan mengobrol.
Kebetulan saat itu Miftahul mendapat tugas menemani Buya Syakur di Rumah Sakit Mitra Plumbon pada Selasa (16/1/2024) hingga pukul 20.00 WIB.
Tidak banyak yang disampaikan Buya Syakur sebelum dia menghembuskan napas terakhir.
Namun, Buya Syakur masih sanggup berbicara.
"Seperti Buya pengen duduk, terus mungkin dia gelisah, ingin minum," ujar dia kepada Tribuncirebon.com, Rabu (17/1/2024).
Miftahul menyampaikan, kondisi kesehatan Buya Syakur malam itu memang naik turun.
Bahkan selama dirawat 2 minggu di rumah sakit, Buya Syakur sempat kritis sebanyak 2 kali.
Tapi kondisinya kala itu sempat kembali baik.
"Dan pukul 02.00 WIB itu Buya tutup usia," ujar dia.
Miftahul sendiri mengaku sudah puluhan tahun menjadi santri Buya Syakur.
Kata dia, tidak terhitung berapa banyak sekali kenangan yang terlewati bersama Buya Syakur.
Menurutnya, Buya Syakur menjadi sosok yang sangat ia hormati. Beberapa santrinya bahkan ada yang diberikan berbagai hadiah, hingga fasilitas.
Buya Syakur kata dia, sangat peduli kepada sesama, ramah, santun, dan berpengetahuan sangat luas.
"Beliau sangat lemah lembut, ramah sekali," ujar dia.
Bahkan kata Miftahul, apabila ada santri yang khilaf melakukan kesalahan, Buya Syakur selalu memaafkan dengan catatan kesalahan itu tidak disengaja atau tanpa ada niat jahat.
Tidak hanya kepada para santri, sikap yang sama juga ditunjukan Buya Syakur kepada masyarakat.
Hal ini yang membuat Buya Syakur sangat dicintai oleh masyarakat walau dari berbagai kalangan.
Miftahul mengatakan, Buya Syakur selalu menekankan sikap Islam Rahmatan Lil 'Alamin.
Atau Islam yang anti kekerasan dan membuat kerusakan, pantang menghina, merendahkan atau memberi label negatif, menjauhi prejudice (su'udzan), mencari-cari kesalahan orang lain (tajassus), dan ghibah.
"Menurut versi Buya adalah berbagi kebahagiaan kepada siapa saja. Tidak terbatas pada golongan, ras, atau agama. Selama kita manusia, itu patut dihargai," ucap dia.
Sosok Ulama Kharismatik
Inilah sosok Buya Syakur, ulama Indramayu meninggal dunia, ternyata rekam jejak pendidikannya tak sembarangan.
Dikabarkan Buya Syakur wafat pada Rabu (17/1/2024) sekira pukul 02.00 WIB dini hari di Rumah Sakit Mitra Plumbon, Cirebon, Jawa Barat.
Kabar Buya Syakur meninggal dunia itu menjadi duka bagi jemaahnya khususnya warga Indramayu.
Selama ini, sosok Buya Syakur dikenal sebagai ulama Indramayu yang karismatik.
Pengajiannya yang rutin diikuti dari berbagai kalangan.
Selain memberikan ceramah secara luring, Buya Syakur juga mensyiarkan dakwahnya secara daring di kanal Youtube-nya.
Kini, pengikutnya pun berduka dan merasa kehilangan sosoknya.
Ia dikenal sebagai salah satu ulama karismatik memiliki rekam jejak pendidikan tak semarangan.
Bahkan sosok Buya Syakur juga dekat dengan sejumlah cendikiawan muslim di Indonesia.
Buya Syakur memiliki nama lengkap dan gelar Prof. Dr. KH Abdul Syakur Yasin.
Namun ia akrab dan dikenal dengan sebutan Buya Syakur.
Ia lahir pada 2 Februari 1948 di Desa Tulungagung, Kecamatan Sukagumiwang, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.
Artinya ia wafat di usianya ke 75 tahun.
Buya Syakur termasuk seorang ulama Indonesia.
Ia juga merupakan pendiri sekaligus pengasuh di Pondok Pesantren Cadangpinggang.
Sebelum menjadi ulama, tentu sosok Buya Syakur dibekali dengan ilmu agama yang tak sembarangan.
Bahkan rekam jejak pendidikan terkait ilmu agama tak main-main.
Masa pendidikan Buya Syakur dari masa kecil hingga dewasa ia habiskan di pondok pesantren.
Ia menimba ilmu di Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin, Cirebon, Jawa Barat.
Dilansir dari berbagai sumber, Buya Syakur menyelesaikan pendidikannya di Pesantren Babakan Ciwaringin itu pada tahun 1971.
Pengalamannya belajar di pesantren membuatnya mahir berbahasa Arab.
Tak ayal, Buya Syakur pun melanjutkan pendidikannya hingga ke beberapa negara di Timur Tengah.
Seperti Kairo Mesir, Libya, Irak, Suriah hingga beberapa negara lainnya di Afrika.
Karena kemahirannya berbahasa Arab, Buya Syakur juga telah berkontribusi menerjemahkan kitab-kitab bahasa Arab ke dalam Bahasa Indonesia.
Selain menimba ilmu di negara timur, bahkan Buya Syakur juga pernah menimba ilmu di negara Eropa.
Rejam jejak pendidikan
Lulusan Sarjana di Kairo, Mesir dengan skripsi “Kritik Sastra Objektif Terhadap Karya Novel-Novel Yusuf As-Siba’i (Novelis Mesir)".
Saat menjadi mahasiswa di Kairo, Buya Syakur pernah diangkat sebagai Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Kairo.
Setelah lulus Sarjana, Buya Syakur menyelesaikan pendidikan Ilmu Al Quran di Libya, Afrika Utara pada 1977.
Kemudian ia juga menyelesaika pendidikan sastra Arab pada 1979.
Lalu, menyelesaikan pendidikan magisternya dalam bidang sastra linguistik di Tunisia, Afrika Utara.
Bahkan setelah lulus, ia juga sempat diangkat sebagai staf ahli di Kedutaan Besar Tunisia.
Tak berhenti di sana, Buya Syakur melanjutkan pendidikan doktoralnya di Oxford, Inggris dan lulus pada 1985.
Dengan begitu, bisa dibilang Buya Syakur menimba ilmu selama kurang lebih 20 tahun di Afrika dan Eropa.
Setelah lama menimba ilmu di luar negeri, Buya Syakur kembali ke Indonesia.
Ternyata kembalinya Buya Syakur ke Tanah Air bersama orang-orang ternama lainnya yaitu para cendikiawan muslim Indonesia.
Diketahui Buya Syakur kembali ke Tanah Air bersama tokoh nasional lainnya yaitu Abdurrahman Wahid (Gusdur), Quraish Shihab, Nurcholis Majid hingga Alwi Shihab.
Sejak kepulangannya ke Tanah Air inilah Buya Syakur mengabdi berdakwah di kampung halamannya di Indramayu.
Tak lama kemudian, ia mendirikan Yayasan Pondok Pesantren Cadangpinggan pada tahun 2000 dan pondok pesantrennya pada tahun 2006.
Selain mengabdikan diri sebagai pendakwah lewat pondok pesantren, Buya Syakur juga sering mengisi kajian-kajian masyarakat secara luas.
Bahkan sebagian dari kajian-kajiannya tersebut diunggah melalui media sosial, seperti Youtube.
Bahkan kanal Youtube-nya itu sudah memiliki 1,16 juta subscriber. (*)
Silakan baca artikel Tribunjabar.id lainnya di GoogleNews
Buya Syakur
Pondok Pesantren Cadangpinggan
KH Abdul Syakur Yasin
RS Mitra Plumbon
Indramayu
IAIN Syekh Nurjati Cirebon
ulama kharismatik
Kecamatan Sukagumiwang
Mesir
Libya
Irak
KH Syakur Yasin Berpulang: Beliau Ulama yang Lembut dan Ramah, Kami Sangat Kehilangan |
![]() |
---|
Momen Kapolres Indramayu Tertangkap Kamera Ikut Gotong Peti Jenazah Buya Syakur ke Tempat Pemakaman |
![]() |
---|
SOSOK Buya Syakur, Ulama Indramayu yang Berpulang, Tak hanya Sebarkan Dakwah lewat Cara Tradisional |
![]() |
---|
''Beliau Ulama Besar,'' Ketua PWNU Jabar Sebut Buya Syakur Sosok Ulama yang Mengayomi Seluruh Umat |
![]() |
---|
Detik-detik Buya Syakur Meninggal Diungkap Santi yang Jaga, Ingin Duduk dan Minum |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.