Banjir di Bojongasih Bukan dari Luapan Sungai Citarum tapi dari Sungai Cipalasari yang Tak Terpompa

tinggi muka air banjir tersebut mulai 30 centimeter, hingga mencapai 1 meter, paling dalam banjir menggenang di RW 4.

Penulis: Lutfi Ahmad Mauludin | Editor: Ravianto
lutfi ahmad mauludin/tribun jabar
Banjir di Kampung Bojongasih, Desa Dayeuhkolot, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Jumat (1/12/2023). 

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Meski sudah terdapat Polder Air Cipalasari, namun Kampung Bojongasih, Desa Dayeuhkolot, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, masih terendam banjir

Sejak Kamis (30/12023) malam hingga Jumat (1/12/2023) malam, Dayeuhkolot masih terendam banjir.

Banjir masih menggenang delapan RW yang ada di Dayeuhkolot

tinggi muka air banjir tersebut mulai 30 centimeter, hingga mencapai 1 meter, paling dalam banjir menggenang di RW 4.

Kepala Desa Dayeuhkolot, Yayan Setiana, mengungkapkan, memang banjir yang terjadi di Dayeuhkolot kali ini, khususnya di Bojongasih bukan merupakan luapan Sungai Citarum. 

"Tapi banjir ini merupakan luapan Sungai Cipalasari yang tak terpompa ke Sungai Citarum," ujar Yayan, saat ditemui, di kantornya. 

Yayan menjelaskan, jika debit air Sungai Citarum kecil, air dari Sungai Cipalasari, yang berasal dari Kota Bandung ini langsung masuk ke Sungai Citarum. 

"Namun jika debit air Sungai Citarum tinggi, seperti sekarang, pintu air ditutup. Air yang dari Sungai Cipalasari tak bisa langsung masuk Citarum," kata Yayan.

Yayan mengatakan, jadi air Sungai Cipalasari masuk ke polder air, lalu disedot dengan menggunakan mesin pompa untuk dialirkan ke Sungai Citarum.

"Akibat debit air tinggi di Sungai Cipalasari, polder tak mampu menampung dan pompa tak kuat untuk menyedotnya ke Sungai Citarum, padahal sudah ada penambahan mesin pompa fortable, " ujar dia. 

Sehingga, kata Yayan, akibatnya air dari Sungai Cipalasari menggenag permukiman warga di Dayeuhkolot.

Memang dengan adanya polder dan pompa, kata Yayan, ada pengaruhnya, tapi belum sepenuhnya. 

"Di sini polder Cipalasari ada dua, yang satu di dekat Sipur itu terasa pengaruhnya karena di wilayah RW 8 dan 7 sekarang tak banjir. Tapi yang satu lagi di belakang dekat Sungai Citarum di RW 4, tak sanggup menampung derasnya air dari Sungai Cipalasari, " katanya. 

Yayan mengungkapkan, Polder tersebut ukurannya sekitar 20 meter x 15 meter dilengkapi dengan mesin pompa. 

"Dengan itu tak mampu menampung dan mengalirkan air Cipalasari saat debit air tinggi. Jadi harus dibuat yang lebih besar lagi, mungkin kolam retensi atau danau retensi, " tuturnya. 

Menurut Yayan, jika pemerintah akan membuat danau retensi di wilayah tersebut, seperti di Andir atau Cieunteung, ada lahannya. 

"Warga juga pasti setuju, tinggal nego saja dengan pemilik lahan. Kalau kami warga ya, berharap ada pembangunan itu, supaya bisa mengatasi banjir, " ucapnya. (*)

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Lutfi Ahmad Mauludin

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved