Nyamuk Wolbachia di Bandung

Nyamuk Wolbachia Akan Disebar di Bandung, Masyarakat Justru Dibikin Takut Meski untuk Tekan DBD

Masyarakat dibikin takut dengan penyebaran sekitar 60 ribu telur nyamuk jenis Aedes aegypti wolbachia di Kelurahan Pasanggrahan, Ujungberung, Bandung.

|
Penulis: Putri Puspita Nilawati | Editor: Giri
Pixabay.com
ILUSTRASI - Masyarakat dibikin takut dengan penyebaran sekitar 60 ribu telur nyamuk jenis Aedes aegypti wolbachia di Kelurahan Pasanggrahan, Kecamatan Ujungberung, Bandung. 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Putri Puspita

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Masyarakat dibikin takut dengan penyebaran sekitar 60 ribu telur nyamuk jenis Aedes aegypti wolbachia yang akan dilakukan di Kelurahan Pasanggrahan, Kecamatan Ujungberung, Bandung.

Pengiriman itu dilakukan Kementerian Kesehatan untuk menekan tingginya kasus demam berdarah dengue (DBD).

Sebab, demam berdarah masih cukup tinggi di Jawa Barat.

Dinkes mencatat ada 7.512 kasus DBD di Jabar pada periode Januari-Juni 2023. Dari jumlah itu, sebanyak 49 orang meninggal dunia.

Kota Bandung penyumbang kasus DBD terbanyak di Jabar dengan 1.021 kasus. Sedangkan yang paling sedikit Kota Banjar dengan 20 kasus.

Namun, hadirnya nyamuk wolbachia untuk menekan kasus DBD menuai pro dan kontra di masyarakat karena informasi yang didapatkan masih simpang siur.

Banyaknya kabar hoaks yang beredar pun membuat masyarakat merasa takut dengan kehadiran dari nyamuk wolbachia ini.

Seperti yang diungkapkan oleh Maulidiani (28), warga Cibiru. Dia mengaku belum tahu betul apa itu nyamuk wolbachia.

"Setiap cari info di media sosial kebanyakan isinya malah nakutin, apalagi kalau baca komentar. Banyak  yang bilang ini kan nyamuk buatan Bill Gates. Tapi saya juga kurang paham apa itu maksudnya. Cuma takut saja kalau jadi penyakit yang aneh-aneh. Kan pandemi baru beres, ada cacar monyet, jadi bikin takut," kata Maulidiani saat dihubungi Tribun Jabar, Kamis (23/11/2023).

Ibu satu orang anak ini mengatakan ketika ada jenis penyakit baru, hal yang dikhawatirkan adalah sang anak karena masih berusia dua tahun.

Baca juga: Ratusan Warga KBB Terjangkit Demam Berdarah, Paling Banyak Terjadi di Cikalongwetan dan Cililin

"Kalau punya anak kecil kan jadi banyak khawatir, daya tahan tubuh mereka belum kuat. Jadi saya berusaha untuk menekuni gaya hidup sehat bersih untuk keluarga supaya tidak terjangkit  penyakit," ucapnya.

Informasi  mengenai nyamuk wolbachia juga masih awam bagi Tina (38) warga Mohammad Toha.

Ibu rumah tangga dua anak ini mengatakan, ia mendengar kabar mengenai nyamuk wolbachia dari grup WhatsApp grup dan obrolan ibu-ibu di sekolah.

"Katanya nyamuk wolbachia aman untuk menurunkan kasus DBD. Tapi  ya namanya nyamuk memang ada yang aman? Apalagi dimasukin virus yang enggak tahu nanti virusnya bermutasi jadi apa," ujarnya.

Meskipun nyamuk wolbachia ini tidak lagi memiliki virus dengue, tetapi ia merasa khawatir akan dampak jangka panjang dari pelepasan ternak nyamuk wolbachia.

"Mungkin bisa menekan angka DBD, tapi dampak jangka panjangnya seperti apa? Apa bisa menjadi wabah atau jadi pandemi seperti tahun-tahun sebelumnya? Kita kan enggak pernah tahu virus itu bisa bermutasi jadi apa," ucapnya.

Warga Dago, Nur Khansa (29), mengatakan, kebanyakan informasi yang menakutkan lebih banyak dan mudah ditemukan di media sosial.

"Kalau baca artikel berita saya bisa dapat informasi yang lebih lengkap tentang apa itu nyamuk wolbachia dan dampaknya apa. Tetapi kalau cari informasi di media sosial isinya menyeramkan semua, bahkan ada yang katanya anak kecil sampai radang otak gara-gara nyamuk ini," kata Khansa.

Baca juga: DBD Masih Jadi Ancaman, Kini Ada Vaksin Demam Berdarah untuk Pencegahannya

Sebagai masyarakat yang terkoneksi dengan media sosial setiap hari, Khansa mengatakan tidak mudah untuk memilah dan memilih informasi yang didapatkan tentang nyamuk wolbachia ini karena semuanya bisa didapatkan secara bersamaan.

"Jujur sih agak khawatir karena masih belum tahu juga ini tuh nyamuk apa kok diternak? Dampak jangka panjangnya seperti apa? Negara lain seperti Singapura menolak, kok Indonesia tetap disebarkan? Apa memang aman?" ujarnya.

Ia pun mengatakan sebaiknya pemerintah gencar melakukan sosialisasi akan nyamuk wolbachia ini supaya masyarakat tidak merasa khawatir dan termakan berita yang menyimpang. 

Kadinkes Kota Bandung: Nyamuk Wolbachia Aman

Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kota Bandung, Anhar Hadian mengatakan program nyamuk wolbachia ini diharapkan akan menjadi salah satu ikhtiar yang bisa menekan kasus DBD di Kota Bandung.

Anhar mengajak warga Kota Bandung mendukung Program "ce Woli Jawara" Cegah DBD, Wolbachia Jagi Wargi Bandung Juara.

"Program Wolbachia untuk mencegah terjadi peningkatan kasus DBD di Kota Bandung pada awal musim penghujan ini," ujar Anhar, Kamis (23/11/2023).

Menurutnya, telur wolbacia sudah disebar di Kelurahan Pasanggrahan ditempatkan di 300 ember.

Dalam satu ember ada telur yang didatangkan dari laboratorìun UGM.

"Tidak perlu khawatir wolbachia sudah diuji coba UGM. Jika telor wolbachia sudah jadi nyamuk akan berkembang biak bersatu dengan nyamuk lokal Ujungberung," ujarnya.

Nyamuk-nyamuk hasil perkawinan dengan nyamuk wolbachia bisa mencegah DBD karena tidak bisa menggigit manusia sehingga tak bisa menyebarkan virus DBD.

"Bukan saya saja yang menjamin tapi semua pakar dan UGM menjamin nyamuk wolbachia aman dan tidak berbahaya bagi manusia, " ujarnya.

Anhar mengatakan, lima kelurahan yang menjadi pilot project nyamuk wolbachia di Ujungberung adalah Kelurahan Pasanggrahan, Kelurahan Pasirendah, Kelurahan Cigending, Kelurahan Pasirwangi dan Kelurahan Pasirjati.

Ia menambahkan, wolbachia adalah salah satu genus bakteri yang hidup sebagai parasit pada hewan artropoda.

Infeksi wolbachia pada hewan akan menyebabkan partenogenesis, kematian pada hewan jantan, dan feminisasi.

Pemerintah Kota Bandung telah mengimplementasikan inovasi bakteri wolbachia ke dalam telur-telur nyamuk aedes aegypti di Kecamatan Ujungberung.

Kecamatan Ujungberung termasuk dalam 10 kecamatan dengan Kasus DBD terbanyak di Kota Bandung pada tahun 2022 sehingga dijadikan pilot project Wolbachia di Kota Bandung.

Anhar mengatakan, perwakilan World Mosquito Program (WMP),telah melakukan monitoring dan evaluasi di Kelurahan Pasanggrahan dengan persentase 60 persen berhasil.

Selanjutnya baru kita akan lanjut ke empat kelurahan lainnya. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved