Breaking News

Konflik Palestina vs Israel

Hamas dan Israel Setuju Gencatan Senjata 4 Hari, 6.800 Orang Masih Hilang Diduga Terkubur Reruntuhan

Jumlah tersebut belum termasuk korban tewas di Tepi Barat, yakni sebanyak 219 orang dan lebih dari 2.750 korban luka.

Editor: Ravianto
mahmud hams/afp
Sejumlah roket ditembakkan Hamas dari Kota Gaza menuju Israel pada 7 Oktober 2023. Hamas dan Israel setuju gencatan senjata selama 4 hari. 

Perkembangan Positif

Direktur Human Right Watch (HRW) untuk Israel dan Palestina, Omar Shakir, menyambut gembira tercapaikan kesepakatan gencatan senjata ini. Ia mengatakan, penyanderaan dan pemblokiran bantuan kemanusiaan memang harus dihentikan. Namun, ujarnya, manusia bukanlah alat tawar-menawar. 

"Gencatan senjata atau tidak, serangan melanggar hukum harus dihentikan untuk selamanya,"ujarnya dikutip dari Al Jazeera.

Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, juga menyambut baik perjanjian gencatan senjata Israel-Hamas. Biden berterima kasih kepada Qatar dan Mesir atas upaya mereka mencapai kesepakatan.

"Saya sangat bersyukur bahwa beberapa dari jiwa-jiwa pemberani ini (sandera), yang telah mengalami penawanan dan cobaan, akan dipertemukan kembali dengan keluarga setelah kesepakatan gencatan senjata dilaksanakan sepenuhnya," ujarnya.

Pemimpin Senat AS, Chuck Schummer, juga menyampaikan tanggapannya atas kesepakatan perjanjian gencatan senjata Israel-Hamas. Schummer mengaku senang dan lega 50 tawanan akan segera bebas dan kembali ke keluarga mereka.

Ia pun menyinggung soal jeda pertempuran yang memungkinkan mengalirkan bantuan kemanusiaan ke Gaza bagi jutaan warga Palestina.

"Ini merupakan perkembangan positif," kata Schummer.

Seorang pejabat senior AS mengatakan, sandera yang dibebaskan akan mencakup tiga orang Amerika, termasuk seorang anak berusia tiga tahun.

Menurutnya, pembebasan sandera pertama diperkirakan terjadi pada Kamis (23/11) pagi, dan jumlah sandera yang dibebaskan bisa bertambah.

"Kesepakatan tersebut pada akhirnya disusun untuk memberikan insentif bagi pembebasan yang berusia di atas 50 tahun," kata pejabat senior tersebut, Rabu, dilansir The Guardian.

Ia menambahkan, perjanjian itu sekarang disusun untuk perempuan dan anak-anak pada tahap pertama, tetapi dengan harapan untuk pembebasan lebih lanjut. (tribunnetwork/pravitri retno/andari wulan)

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved