Kisah KH Zainal Musthafa, Pahlawan Nasional Tasikmalaya, Pendekar Cina dan Asal Usul Ereveld Ancol
KH Zainal Musthafa yang namanya diabadikan menjadi jalan paling beken di pusat Kota Tasikmalaya.
Laporan Jurnalis TribunPriangan.com, Aldi M Perdana
TRIBUNJABAR.ID, TASIKMALAYA - KH Zainal Musthafa yang namanya diabadikan menjadi jalan paling beken di pusat Kota Tasikmalaya sebagai Jalan Hazet atau HZ merupakan Pahlawan Nasional asal Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat.
Tak banyak yang tahu, bahwa Pahlawan Nasional kita ini tertuang di 3 disertasi yang berasal dari Cornell University di Amerika Serikat.
Bahkan, pada saat dieksekusi oleh Jepang di Ancol, Jakarta Utara pada era kemerdekaan, seorang pendekar Cina menjadi saksi kejadian tersebut, sehingga jenazah KH Zainal Musthafa dapat dipindahkan ke Tasikmalaya sampai saat ini.
Dilansir dari buku karya Iip Dzulkipli Yahya berjudul Ajengan Sukamanah: Biografi KH Zainal Musthafa Asy-Syahid, sebanyak 22 pasukan inti KH Zainal Musthafa ditangkap oleh Jepang karena melakukan perlawanan pada 1943 sampai 1944 silam.
Selama 8 bulan, mereka dipenjara dan disiksa secara berpindah-pindah, mulai dari Tasikmalaya, Bandung, hingga Cipinang.
Peristiwa tersebut mengakibatkan 5 di antaranya meninggal dunia selama masa di penjara, sedang 18 lainnya tetap bertahan, termasuk KH Zainal Musthafa sendiri.
Sampai kemudian, 18 orang tersebut dieksekusi di tepi pantai di Ancol, Jakarta Utara, di bawah sebuah pohon besar dan dikubur begitu saja pada 25 Oktober 1944.
“Akan tetapi, saat eksekusi, ternyata ada yang melihat. Tidak jauh dari lokasi eksekusi, ada Kelenteng Cina yang didirikan oleh anak buah Cheng Ho yang tidak ikut ke Semarang dan menetap di situ, jadi beranak pinak di situ hingga membuat Kelenteng,” jelas Iip seperi dikutip TribunPriangan.com melalui kanal Youtube NU Online pada Jumat (10/11/2023).
“Saksi tersebut adalah salah satu penjaga Kelenteng yang bernama Mpek Gagu, Mpek ini julukan untuk pendekar. Dia tidak pandai bicara namun ahli bela diri,” lanjutnya.
Setelah Jepang kalah dan pergi dari Tanah Nusantara, kemudian Belanda kembali masuk ke Indonesia bersama Nica, dan secara administratif, Jakarta atau Batavia ini kembali ke tangan Belanda.
“Ini ketika Republik Indonesia masih sangat awal. Di Jakarta masih sangat tidak aman, sehingga nanti pemerintahan pindah ke Yogyakarta. Pada 1946, Mpek Gagu ini melapor kepada Belanda bahwa di bawah pohon itu adalah tempat eksekusi,” terang Iip.
Kemudian, sambung Iip, Belanda menggali lokasi tersebut dan menemukan tulang belulang di sana.
“Belanda juga menemukan data siapa saja yang dieksekusi di sana. Akhirnya ketahuan yang berada di sana jenazah siapa saja, termasuk jenazah KH Zainal Musthafa,” terang Iip.
“Otoritas Belanda akhirnya memutuskan, tempat dikuburnya KH Zainal Mustafa ini kemudian dijadikan Tempat Makam Pahlawan korban Perang Dunia ke-2,” lanjut dia.
Melestarikan Budaya Lokal, Dompet Dhuafa Adakan Voluntrip "Kaulinan Barudak" di Kampung Naga Tasik |
![]() |
---|
Innalillahi Yetty Widjaja Penyanyi Lawas asal Tasikmalaya Ditemukan Meninggal Dunia, Tenar Era 80-an |
![]() |
---|
Apes Nasib Maling Motor di Pangandaran, Terjun ke Jurang, Nyaris Diamuk Massa, Ujungnya Ditangkap |
![]() |
---|
Tingkatkan Budaya Literasi, Kemenkum Jabar Beri Catatan Penting Raperda Perpustakaan Tasikmalaya |
![]() |
---|
Remaja Cisayong Tewas dalam Kecelakaan Maut di Indihiang Tasikmalaya, Motornya Dihantam Doa Ibu |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.