Kisah Inspiratif dari Pencuci Motor di Sumedang: Bosan Jadi Buruh Pabrik, Mang Tisna Banting Setir

Ini kisah inspirtif pencuci sepeda motor di Jalan Cimanggung-Jatinangor. Musim kemarau menjadi berkah tersendiri bagi Tisna Senjaya (49).

Penulis: Kiki Andriana | Editor: Januar Pribadi Hamel
TRIBUN JABAR/ Kiki Andriana
Tisna Senjaya (49) tengah mencuci motor pelanggannya, Minggu (22/10/2023) sore. 

Laporan Kontributor TribunJabar.id Sumedang, Kiki Andriana

TRIBUNJABAR.ID, SUMEDANG - Ini kisah inspirtif pencuci sepeda motor di Jalan Cimanggung-Jatinangor.

Musim kemarau menjadi berkah tersendiri bagi Tisna Senjaya (49).

Debu-debu jalanan yang menempel pada sepeda motor, membuat pemiliknya ingin mencuci kendaraannya itu.

Mang Tisna yang membuka pencucian sepeda motor di Jalan Cimanggung-Jatinangor, tepatnya di Dusun Baturumpil, Desa Mangun Arga, Cimanggung, Sumedang, kebanjiran 'pasien'.

Baca juga: Mengukir Sukses dari Bisnis Dimsum bersama Ninja Xpress, Simak Kisah Inspiratif Ujang

"Sehari kalau lagi sepi bersihnya dapat Rp75 ribu. Itu sudah di luar makan, beli bahan bakar buat kompresor air, dan beli sabun," kata Tisna kepada TribunJabar.id, Minggu (23/10/2023) sore.

Jika pendapatan bersih minimal itu dikalkulasi, Tisna akan mendapatkan Rp2,2 juta per bulan dengan waktu kerja yang fleksibel.

"Kalu musim hujan lebih banyak lagi yang mencuci karena kendaraan cepat kotor," kata Tisna.

Sudah lima tahun Tisna menjalani pekerjaan itu. Dia merasa lebih gembira sebab tidak bekerja di bawah tekanan siapapun. Dia bekerja untuk diri sendiri.

Baca juga: Kisah Inspiratif Pemilik HYRAE Indonesia, Bantu Perajin Kulit Bangkit di Tengah Keterpurukan Ekonomi

Kisah inspiratif Tisna ini berwal dari perbincang dengan orang yang sudah menjalani usaha serupa, ditambah kemampuan Tisna menangkap peluang.

Tempatnya membuka pencucian sepeda motor ini banyak dilewati para pekerja pabrik dan masyarakat umumnya. Maka, orang yang akan mencuci sepeda motor selalu ada.

"Saya dari 2018. Hampir lima tahun kerja ini, lebih bebas," katanya.

Sebelumnya, Tisna bekerja sebagai buruh pabrik. Pekerjaan itu tidak terlalu dihayatinya sebagai pekerjaan yang menyenangkan.

Dia menilai bahwa bekerja di pabrik banyak tekanan dan tidak ada masa depan karier yang jelas.

"Ya sekarang ini banyaknya sistem kontrak (outsourching). Tak ada masa depan karier. Yang ada penghentian kontrak, dirumahkan," katanya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved