Manis Legit Bajigur, Kuliner Sunda yang Dijual Fahmi, Tiap Hari Menjelajah Perkampungan di Sumedang
Bajigur adalah minuman khas Sunda yang dibuat dari jerangan santan kelapa dicampur air dan gula merah. Rasa bajigur manis dan gurih
Penulis: Kiki Andriana | Editor: Seli Andina Miranti
Laporan Kontributor TribunJabar.id Sumedang, Kiki Andriana
TRIBUNJABAR.ID, SUMEDANG - Dari kejauhan, sayup-sayup terdengar suara suling Sunda. Semakin mendekat, suara yang berasal dari sebuah gerobak di atas sepeda motor itu semakin jelas.
Suara suling lalu diikuti sebuah kalimat: Bajigur dongkap, kadarieu!
Ya, itu adalah sebuah rekaman suara yang diputar terus menerus untuk menarik pembeli, sambil penjual bajigur berkeliling kompleks.
"Tak bisa mangkal. Harus terus berpindah-pindah. Kalau mangkal akan habis waktu," kata Fahmi Muhammad Ramdhan (33), penjual bajigur yang dijumpai TribunJabar.id, Rabu (18/10/2023) di Jatinangor.
Baca juga: Festival Kuliner Jajanan Raos Bandung Diserbu Pengunjung, dari Nasi Ceplok Viral Hingga Es Lilin
Warga Bandrek, Kecamatan Kersamanah, Kabupaten Garut, itu baru dua bulan jualan bajigur.
Dari pekerjaan ini, dia mendapatkan untung lebih dibandingkan dari pekerjaan sebelumnya sebagai penjual nasi di Jakarta.
Bajigur adalah minuman khas Sunda yang dibuat dari jerangan santan kelapa dicampur air dan gula merah. Rasa bajigur manis dan gurih. Lidah akan mencecap lembutnya santan itu saat bajigur diminum.
Dalam gerobak yang dibawa Fahmi, selain ada bajigur, ada pula penganan pendukung yang cocok disantap bersama minuman tersebut.
Penganan-penganan itu di antaranya kelepon, ubi rebus, katimus, kacang rebus, dan gorengan comro atau oncom di jero.
Penganan-penganan dibanderol seharga Rp 1000 hingga Rp 2000 ribu.
Namun, Fahmi hanya sebagai penjual. Dia punya bos. Juragan di tempat dia bekerja yang menyiapkan gerobak beserta bajigur dan penganan-penganan itu.
Isian satu gerobak nilainya Rp 500 ribu. Jadi, jika habis semuanya, Fahmi akan setor senilai itu. Di luar setoran, dia dapat untung Rp 150 ribu.
"Ya untungnya disimpan. Apalagi kalau saya berhemat untuk tidak banyak membeli jajanan. Buat nafkahi keluarga di rumah," katanya.
Fahmi pulang sepuluh hari sekali. Kepada istrinya, dia bisa memberikan nafkah uang pada kisaran Rp1 juta.
Di Sumedang, Fahmi bekerja berkeliling di dua kecamatan. Dia berjualan menggunakan sepeda motor menjelajah perkampungan-perkampungan di Kecamatan Cimanggung dan Jatinangor.
Baca juga: Harga Beras yang Makin Melambung Bikin Warga Pangandaran dan Pemilik Resto Pusing
Hanya Rp5 Ribu
Begini bagaimana Fahmi menyiapkan bajigur jika ada pembeli. Mula-mula, dia akan menawarkan porsi apa yang dimaui pembeli.
Ada porsi Rp 5 ribu ada porsi Rp 3 ribu. Keduanya sama-sama di dalam kemasan bungkus plastik yang nanti setelah plastik itu isi, disempatkan padanya sebuah sedotan.
Bajigur disimpan pada sebuah panci tinggi bertutup, lebih mirip gentong. Panci itu terbuat dari alumunium dan di bawahnya ada kompor menyala yang berguna untuk membuat bajigur tetap hangat.
Untuk meraih bajigur di dalam gentong alumunium itu, Fahmi menggunakan centong bergagang panjang. Di ujungnya, centong itu seperti gelas.
Centong itu juga yang menjadi ukuran bagi Fahmi untuk mengisi plastik. Misalnya, jika porsi Rp5 ribu berarti tiga cidukan bajigur, maka yang Rp3 ribu cukup dua.
"Harus habis pokoknya. Makanya enggak bisa mangkal. Kalau enggak habis pasti kebuang. Ini kan mengandung santan," katanya.
Kemenkum Jabar Gelar Penyuluhan Hukum, Kenalkan Paralegal Justice Award dan Posbakum di Sumedang |
![]() |
---|
Sambut Hari Kemerdekaan, PLN UP3 Sumedang Pastikan Listrik Andal dan Aman |
![]() |
---|
Sinergi PLN UP3 Sumedang dan Pemkab, Tingkatkan PAD dan Kualitas Layanan untuk Masyarakat |
![]() |
---|
Jelang Hari Kemerdekaan, PLN dan Polres Sumedang Kolaborasi Amankan Jaringan Listrik |
![]() |
---|
Janji Dedi Mulyadi Buat Transportasi Publik Terintegrasi di Bandung hingga Sumedang, 2 Tahun Lagi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.