Kisah Pilu Ibu dan Bayi Meninggal
'Biar Saya Saja yang Sakit Hati' Ardiansyah Memaafkan Dokter yang Menangani Istrinya saat Persalinan
Ardiansyah sebelumnya akan membawa kasus meninggalnya istri dan anaknya akibat kelalaian itu ke ranah hukum
Penulis: Kiki Andriana | Editor: Ravianto
TRIBUNJABAR.ID, SUMEDANG - Ardiansyah Afandi (30) suami yang harus kehilangan istri dan jabang bayinya di Sumedang sudah memaafkan dokter yang menangani persalinan.
Ardiansyah memilih memaafkan dokter setelah shalat istikarah dan menemui guru pesantrennya di Sumedang. Kasus ibu dan jabang bayi meninggal saat persalinan ini berakhir damai.
Istri Ardiansyah diketahui meninggal setelah dokter yang menanganinya terus memberikan induksi sehingga berakibat pada kematian.
Meninggalnya Mamay Maida, istri Ardiansyah juga membuat jabang bayi yang akan dilahirkan ikut meninggal.
Ardiansyah memaafkan sang dokter setelah dokter tersebut datang menemuinya.
Pertemuan dilakukan di Balai Desa Buana Mekar, Kecamatan Cibugel, Kabupaten Sumedang, tempat tinggal keluarga Mamay Maida.

Dalam pertemuan, Rabu (4/10/2023) malam itu, suami Mamay, Ardiansyah Afandi (30) menjadi sentral. Dia mengatakan bahwa dokter yang bersangkutan telah mengakui lalai.
"Dokter menyampaikan bela sungkawa. Dokter juga mengakui ada kelalaian. Dan saat itu saya tidak bawa bab pidana," katanya, Kamis (5/10/2023).
Ardiansyah sebelumnya akan membawa kasus meninggalnya istri dan anaknya akibat kelalaian itu ke ranah hukum. Namun, sebelumnya, dia mendatangi gurunya di Pesantren Cikalama, Kecamatan Cimanggung, Sumedang.
Baca juga: Dokter RSUD Sumedang Akui Lakukan Kelalaian, Temui Keluarga Ibu dan Anak yang Meninggal Dunia
Oleh gurunya, Ardiansyah diminta salat istikharah. Dia juga diberi wejangan bahwa jika kasusnya berlanjut, akan ada autopsi. Gurunya menyampaikan bahwa dia tidak rela, jenazah Mamay digali untuk lalu diautopsi.
"Itu pun kalau kamu masih menganggap Ama sebagai guru," kata Ardiasnyah menirukan perkataan gurunya.
Dia lalu istrikharah. Hasilnya adalah Ardiasnyah harus berani memaafkan.
"Dalam impian, datang istri, dia katakan biar Allah yang membalas," katanya.
Ardiansyah memang tidak terpuaskan dengan jawaban-jawaban dokter atas diagnosa dan tindakan yang dilakukan kepada istrinya. Namun, ketidak puasan itu cukup ditelan sebagai kenyataan pahit.
"Saya memaafkan. Harapannya supaya tidak terjadi Mamay-Mamay berikutnya, biar saya saja yang sakit hati," katanya.
Pelaksana Tugas (Plt) Direktur RSUD Sumedang, dr. Enceng membenarkan telah menyelesaikan permasalahan tersebut secara kekeluargaan.
Namun, saat disinggung soal pemberian sanksi terhadap dokter yang telah mengakui kelalaian tersebut. Enceng tak menjawab secara detail.
"Akan dibuat program peningkatan hospitality," kata Enceng saat dihubungi TribunJabar.id, Kamis siang.
Wasiat Mamay
Wajah orang terkasih, Mamay Maida (27) masih terus terbayang di benak Ardiansyah Afandi (30) suaminya. Lima hari lalu, Mamay dan jabang bayinya meninggal dunia.
Keduanya meninggal saat Mamay menjalani persalinan di RSUD Sumedang pada Minggu (1/10/2023). Pihak RSUD Sumedang dinilai keluarga almarhumah telah lalai dalam penanganan medis.
Namun, ada potongan peristiwa yang menggetarkan hati Ardiansyah tentang Mamay. Sewaktu di ruang persalinan, Minggu pukul 10.00, Mamay memeluknya erat sambil menyampaikan sejumlah keinginan.
Keinginan-keinginan itu akhirnya menjadi wasiat sebab ternyata Mamay pingsan setelah lepas dari pelukan Ardiansyah. Pukul 13.14, Mamay dinayatakan meninggal dunia.
Isi wasiat itu ada lima. Di antaranya, jika bisa, Ardianysah diminta untuk tidak menikah sebelum anak cikal mereka yang perempuan, Azura Khansa Maria Apandi (5) menikah.
"Tangannya begitu erat memeluk saya," kata Ardiansyah kepada TribunJabar.id, Rabu (4/10/2023).
Ardiasnyah mengatakan, saat di ruang bersalin, dia masih bisa mengobrol dengan istrinya. Istirnya yang merupakan guru PNS di Kecamatan Cibugel, Kabupaten Sumedang itu bahkan tampak begitu sehat sebelum akhirnya melemah akibat rasa sakit yang teramat.
"Bahkan ngobrol pengen pepaya, dikasih. Teh manis ya disuapin, ngobrol. Saya berpaling mau ambil minum, pas berpaling lagi ke istri, dia sudah pingsan," katanya.
Ardiasnyah yang merupakan guru di SDN Nanjungmekar, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung itu memerinci lima wasiat itu.
1. Jaga dek Zia (anaknya yang pertama).
2. Solat lima waktu
3. Bangun subuh jangan terlambat.
4. Ngajar yang benar.
5. Tidak boleh nikah sebelum dek Zia nikah.
"Saya terima bahwa tidak ada yang abadi di dunia ini, tapi (meninggalnya Mamay dan bayinya) ini kelalaian, seharusnya bisa diantisipasi," kata Ardiansyah.
Buntut Mamay dan Bayinya Meninggal, Pj Bupati Herman Datangi RSUD: Terapkan Filosofi Sumedang |
![]() |
---|
Kualitas Pelayanan di RSUD Sumedang Dibanjiri Hujatan Warganet, Pj Bupati Herman Minta Maaf |
![]() |
---|
Pemkab Sumedang Pastikan Kelalaian Ibu & Bayi Meninggal Tak Terulang, 1.000 Gelang buat Ibu Hamil |
![]() |
---|
Kasus Ibu dan Bayi Meninggal Dunia, Pj Bupati Sumedang Akui Pelayanan RSUD Tak Optimal |
![]() |
---|
Penjelasan IDI Jabar soal Permintaan Caesar pada Mamay Sebelum Meninggal |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.