Manis dan Empuk Sawo Sukatali Sumedang, Oleh-oleh Khas Sepulang dari Waduk Jatigede

Warga di Desa Sukatali memang sekitar 90 persennya menggantungkan hidup dari budidaya sawo yang terkenal manis ini

Penulis: Kiki Andriana | Editor: Seli Andina Miranti
Tribun Jabar/ Kiki Andriana
Tayu (kanan), pemilik kios sawo di seberang Kantor Desa Sukatali, Situraja, Sumedang saat ditemui TribunJabar.id, Minggu (1/10/2023) malam. 

Laporan Kontributor TribunJabar.id Sumedang, Kiki Andriana

TRIBUNJABAR.ID, SUMEDANG - Jika berkesempatan berkunjung ke Waduk Jatigede, cobalah menempuh jalan Situraja dan berhenti di sekitar Balai Desa Sukatali, Kecamatan Situraja, Kabupaten Sumedang.

Di sepanjang kiri dan kanan jalan, ada kios-kios kecil yang menjajakan buah sawo khas Sukatali. Sawo-sawo yang manis dan empuk saat dimakan ini, merupakan hasil panen petani-petani lokal.

Warga di Desa Sukatali, menurut pengakuan penjual sawo, memang sekitar 90 persennya menggantungkan hidup dari budidaya tanaman buah itu.

Para petani berkelindan dengan pemilik warung sawo, saling menguatkan rantai distribusi. Karenanya, sawo Sukatali akan bisa habis hanya untuk pasar lokal saja.

Baca juga: Waduk Jatigede Surut, Neng Aan Nostalgia di Puing Rumah yang Muncul Kembali: Masa Kecil Saya di Sini

"Semuanya (masyarakat) menggantungkan hidup dari mengelola sawo dan menjualnya," kata Tayu (51), pemilik kios sawo di seberang Kantor Desa Sukatali, Minggu (1/10/2023) malam.

Sawo adalah tanaman buah yang mudah tumbuh di daerah tropis seperti Indonesia. Merujuk kepada Wikipedia, tanaman sawo berasal dari Amerika Tengah.

Di Sukatali, sawo tumbuh dengan baik. Namun, menurut Tayu, cuaca yang semakin kemarin semakin tak menentu, berpengaruh juga pada hasil panen.

"Panen raya itu Februari dan Agustus. Sekarang agak berkurang ya hasilnya, mungkin karena cuaca jadi terlalu panas,"

"Adanya Jatigede memang berpengaruh kepada penjualan. Banyak wisatawan yang mampir dan membeli sawo, tapi juga berpengaruh ke hasil panen sebab udara menjadi panas," kata Tayu.

Sawo Sukatali dibanderol Rp20 ribu per kilogram. Sawo ini punya khas rasa manis yang panjang di lidah. Berbeda dengan Sawo Manila (Manilkara zapota) yang ditanam di daerah lainnya di Jawa Barat yang rasa manisnya cenderung lebih pendek saat dicecap.

TribunJabar.id mencoba sawo yang datang dari daerah di luar Sukatali di kios milik Tayu itu. Sawo dibelah empat. Benar, rasa manisnya lebih cepat selesai di lidah dari pada sawo Sukatali.

Baca juga: Zlatan Ibrahimovic Kais Rezeki Manfaatkan Waduk Jatigede Sumedang yang Surut, Kumpulkan Bata Merah

"Kalau lagi bukan musim sawo, kami datangkan sawo dari daerah lain. Memang ada perbedaannya. Juga harga yang menjadi lebih mahal karena harus ada ongkos,"

"Kalau sawo petani lokal di sini harga jualnya lebih murah, karena ya tidak perlu ongkos," kata Tayu.

Selain sawo, untuk menambah diversitas dagangan, Tayu menjual pula alpukat, mangga, dan penganan buatan UMKM di Sukatali.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved