Hari Jadi Kota Bandung, 70 Pelaku UMKM Ikuti Mandalajati Creative Fest 2023, Ada Inspirasi Baru

ebanyak 70 pelaku usaha mikro kecil dan menengah mengikuti kegiatan Mandalajati Creative Fest 2023, Sabtu (30/9/2023) di Plaza Bandung City View

Penulis: Muhamad Nandri Prilatama | Editor: Darajat Arianto
TRIBUNJABAR.ID/MUHAMAD NANDRI PRILATAMA
Founder Bandung Youth Enterpreneur (BYE), Acep Lulu Iddin atau biasa dikenal dengan panggilan Kang Acel saat meninjau usaha dari pelaku UMKM yang ikut serta dalam Mandalajati Creative Fest 2023, Sabtu (30/9/2023). 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Muhamad Nandri Prilatama

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Sebanyak 70 pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) mengikuti kegiatan Mandalajati Creative Fest 2023, Sabtu (30/9/2023) di Plaza Bandung City View 2, Kota Bandung.

Kegiatan ini bagian dari memeriahkan Hari Jadi ke-213 Kota Bandung atau HJKB sekaligus hari jadi pertama bagi Bandung Youth Enterpreneur (BYE).

Founder BYE, Acep Lulu Iddin atau biasa dikenal dengan panggilan Kang Acel menjelaskan bahwa acara tersebut bertujuan ingin memberikan kesempatan kepada para pelaku UMKM guna mempromosikan produknya sekaligus dapat meningkatkan omzet mereka.

"Esensi acara ini sebenarnya temu UMKM, lalu harapan kami ada inspirasi baru buat pelaku UMKM sehingga ketika mereka saling bertemu, maka ada inspirasi baru untuk saling berbagi," ujarnya.

BYE, kata dia, menginginkan para pelaku UMKM bisa skill up dan tumbuh bersama.

Pelaku UMKM yang ikut serta dalam Mandalajati Creative Fest 2023 merupakan dari sekitar Mandalajati juga member BYE yang diundang.

Baca juga: Dada dan Ayi Hadiri Peringatan Hari Jadi Kota Bandung di Balai Kota, Bambang: Masih Banyak PR

"Kami setiap melaksanakan acara tak berdiri sendiri tapi berkolaborasi. Kami ingin mengajarkan ke masyarakat dan pelaku UMKM bahwa tak bisa menjadi superman tapi supertim sehingga perlu kolaborasi jangan one man show," ujar Acel.

Pelaku UMKM yang hadir memeriahkan Mandalajati Creative Fest 2023 ini, kata Acel, tentunya sudah melewati kurasi dengan terpenting masalah legalitas, semisal NIB, sertifikasi halal, PIRT, dan lainnya.

"Kami ingin ajarkan ke UMKM bahwa berbisnis boleh tapi harus perhatikan aspek legalnya, kepatutan, dan kelayakan, serta aspek lingkungan harus diperhatikan," katanya.

Tantangan yang saat ini ditemui pelaku UMKM, Kang Acel menyebut paling banyak setelah melihat langsung ke lapanhan dan hasil studi, ialah pola pikir.

"Mereka (pelaku UMKM) masih yang asal berjualan, laku, dan selesai. Dalam berbisnis itu miliki aspek yang perlu dikembangkan," ujarnya.

Baca juga: Menengok Sundanesse Lady, Kopi UMKM Kota Cirebon yang Dikenal di KTT G20 Disukai Tamu Kehormatan

Baca juga: Barang Impor yang Murah Dapat Menggilas Produk UMKM, Dosen UPI Bilang Perlu Adanya Political Will

"Kami beri ulasan ke mereka bahwa bisnis mudahnya itu usaha jalan dan yang punyanya bisa jalan-jalan. Itulah pola pikir sederhana. Akhirnya, kami paksa mereka buat sistem keuangan, produksi, pemasaran, dan SDM," kata Acel.

Hal kedua yang biasa ditemui pelaku UMKM, lanjutnya, ketika mempunyai pola pikir, maka tantangan berikutnya pengembangan yang tentunya berkaitan dengan modal.

"Kami sedang mencoba hadirkan solusi bagi UMKM dan sedang mencoba mengembangkan bisnisnya," katanya.

"BYE juga tentu adakan pelatihan digital, seperti digital marketing dengan memperkenalkan marketing komunikasi ke member dan biasanya sekali pelatihan ada 30-50 UMKM," ucap Acel. (*)

Baca juga: KemenKopUKM Perkuat Jaringan dan Kemitraan PLUT-KUMKM, Siapkan Solusi Agar UMKM Dapat Bersaing

 

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved