Peneliti Unpad dan UNS Sebut Bioplastik Limbah Udang dan Rajungan Harganya Bisa Lebih Mahal

Produksi bioplastik berbahan dasar limbah udang dan rajungan yang dipadukan dengan rumput laut perlu melalui beragam tahapan.

Penulis: Kiki Andriana | Editor: Januar Pribadi Hamel
Humas Universitas Padjadjaran (Unpad)
Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unpad, Dr, Emma Rochima, M.Si. 

Laporan Kontributor TribunJabar.id Sumedang, Kiki Andriana

TRIBUNAJABAR.ID, SUMEDANG - Produksi bioplastik berbahan dasar limbah udang dan rajungan yang dipadukan dengan rumput laut perlu melalui beragam tahapan.

Proses panjang itu berpengaruh kepada harga pokok penjualan (HPP).

Kendala terkait HPP pasti akan berpengaruh jika produk bioplastik itu diproduksi untuk umum dengan tujuan menggantikan penggunaan kantong plastik yang materialnya sulit terurai.

Tim peneliti dari Universitas Padjadjaran (Unpad) dan Universitas Sebelas Maret (UNS) yang membuat bioplastik dari limbah udang saat ini baru melakukan produksi bioplastik untuk pabrik cokelat.

"Kita tahu, cokelat mungkin konsumsi kalangan tertentu. Maka yang berani untuk itu (akan membeli)," kata Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unpad, Emma Rochima sekaligus Ketua Tim Peneliti kepada TribunJabar.id, Rabu (27/9/2023).

Emma sendiri mengatakan tim masih menghitung visibilitas studi bioplastik itu. Sebab, saat ini permintaan bioplastik baru datang dari buyer yang merupakan industri.

Namun, Emma dan tim akan terus mencoba ada penelitian dan produknya sampai pada spesifikasi lain yang lebih murah, terjangkau oleh masyarakat, namun tetap punya manfaat yang sama.

"Itu masih dikaji juga, terkait bahan baku, mungkin mereka ada industri bahan baku, kita di hilir."

"Saya berharap bisa murah," kata Emma.

Emma mengatakan, buyer yang meminta bioplastik bukan hanya untuk pembungkus makanan, namun juga untuk polybag sebagai tempat media tanaman.

"Ke depan, kami menyasar supermarket juga yang masih menggunakan plastik bergulung-gulung untuk bungkus telur, misalnya,"

"Juga penelitian akan berlanjut ke bungkus bumbu dan minyak mi instan yang mungkin ke depan, bungkus itu terbuat dari bahan yang bisa dikonsumsi. Jadi bungkusnya tidak dibuang, dicelup air, langsung bisa dimakan, seperti agar-agar," katanya. (*)

Artikel TribunJabar.id lainnya bisa disimak di GoogleNews.

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved