Penemuan Tes Darah Dapat Membantu Diagnosis Dini Penyakit Alzheimer, Akan Tersedia Secara Komersial
Tes Alzheimer akan didistribusikan secara komersial untuk bisa mendeteksi penyakit melalui test darah.
Penulis: Magang Tribunjabar | Editor: Giri
TRIBUNJABAR.ID - Tes alzheimer akan didistribusikan secara komersial untuk bisa mendeteksi penyakit melalui tes darah.
Dengan adanya tes ini, para profesional medis dapat mengidentifikasi penyakit lebih awal dan memberikan intervensi untuk memperlambat perkembangannya.
Tetapi para ahli lain juga mengatakan, tes ini masih rancu karena orang dengan kondisi alzheimer memiliki otak yang sama dengan otak orang normal yang meninggal.
Dilansir dari medicalnewstoday.com, tes darah memiliki potensi untuk meningkatkan akurasi dan kenyamanan dalam mendiagnosis dan melacak penyakit alzheimer.
Dengan lebih dari enam juta orang Amerika yang saat ini terkena penyakit alzheimer, jumlah yang diproyeksikan meningkat menjadi hampir 13 juta pada tahun 2050. Maka deteksi dan intervensi dini sangat penting.
Metode diagnostik yang ada saat ini, seperti pemindaian MRI, tes kognitif, dan pemeriksaan fisik memiliki keterbatasan karena membutuhkan klinik khusus dan staf terlatih.
Baca juga: 5 Cara Merawat Penderita Alzheimer, Termasuk Memastikan Mereka Dapat Kasih Sayang dan Empati
Dengan memungkinkan konsumen untuk mengambil kendali atas penilaian kesehatan kognitif mereka, Quest Diagnostics mengeklaim dapat memfasilitasi pendekatan proaktif untuk identifikasi risiko alzheimer.
Secara tradisional, deteksi penyakit alzheimer mengandalkan skrining gejala yang diikuti dengan tes invasif dan mahal.
Namun, Tes AD-Detect™ Quest menghadirkan alternatif yang lebih mudah diakses, terutama bermanfaat bagi mereka yang mengalami penurunan kognitif,.
Dengan menunjukkan gejala gangguan kognitif ringan atau dengan riwayat keluarga alzheimer.
Cara kerja tes ini yakni dengan secara khusus. Tes ini mengukur dua peptida protein amiloid-beta - A-beta 42 dan A-beta 40 - untuk mendapatkan skor rasio.
Hasil rasio yang lebih rendah dari A-beta 42 ke A-beta 40 di otak dikaitkan dengan risiko yang lebih besar terkena penyakit alzheimer.
Pengujian tes penyakit ini menggunakan spektrometri massa tandem, sebuah metode yang sangat sensitif.
Tes AD-Detect untuk penyakit alzheimer dapat dilakukan oleh konsumen, tetapi harus dipesan dan diawasi oleh dokter.
Jaringan dokter independen mengelola proses pemesanan tes dan pengiriman hasil.
Setelah membeli tes secara online, individu perlu menjadwalkan janji temu di pusat layanan pasien Quest Diagnostics untuk pengambilan darah.
Menurut situs web perusahaan, tes itu sendiri dihargai kurang lebih Rp 6 juta, yang ditambahkan dengan biaya layanan dokter.
Individu dapat mendiskusikan hasil tes mereka dengan dokter berlisensi untuk mendapatkan wawasan tentang implikasinya dan merencanakan perawatan berkelanjutan.
Hal ini dapat melibatkan tindak lanjut dengan dokter biasa atau dokter spesialis. Tersedia pilihan untuk berbagi hasil dengan dokter pribadi mereka.
Pakar alzheimer lain Dr. Raymond J. Tesi, CEO dan CMO INmune Bio menyebutkan bahwa ada kemungkinan pro dan kontra dari tes darah yang berfokus pada pendeteksian beta-amiloid.
Dia mencatat bahwa "hampir setengah dari orang dengan kognisi normal meninggal dengan amiloid di otak mereka" dan "semua pasien dengan (penyakit alzheimer) memiliki amiloid di otak mereka."
"Pemutusan ini berarti bahwa banyak orang dengan tes darah positif tidak akan memiliki [penyakit Alzheimer],"
"Artinya, sensitivitas tes adalah kemampuan tes untuk membuktikan bahwa Anda memiliki amiloid. Itu tidak (membuktikan) Anda menderita (penyakit Alzheimer)," katanya. (*)
Unisa Bandung Hadir di Tengah Aksi, Pimpinan Kampus: Kemanusiaan Tak Boleh Dikesampingkan |
![]() |
---|
Fakta-fakta Penemuan 5 Jasad Sekeluarga di Kelurahan Paoman Indramayu, Satu Korban Bernama Sahroni |
![]() |
---|
Peran Mahasiswa TLM Pada Implementasi Mata Kuliah Wajib Kurikulum Berbasis Project |
![]() |
---|
Agenda Thom Haye Bersama Persib Bandung Hari Ini, Bobotoh Siap-siap Saksikan Debut Sang "Profesor" |
![]() |
---|
Kanker Leher Rahim Ancam Perempuan Indonesia, 36.000 Kasus Baru dan 21.000 Kematian per Tahun |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.