Pemilu 2024

Pengamat Politik Bilang Jabar Memang Lumbung Suara, Tapi Caleg Sulit Dapat Suara Karena Kondisi Ini

Pengamat politik dari Universitas Al Azhar, Ujang Komarudin memberikan analisisnya terkait Jabar sebagai penyumbang DCS legislatif baik DPR maupun DPD

Penulis: Muhamad Nandri Prilatama | Editor: Darajat Arianto
Tribun Jabar/Muhamad Syarif Abdussalam
Ilustrasi pendaftaran bacaleg. Pengamat politik dari Universitas Al Azhar, Ujang Komarudin memberikan analisisnya terkait Jawa Barat sebagai penyumbang daftar calon sementara (DCS) terbanyak untuk legislatif baik DPR maupun DPD RI di Indonesia. 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Muhamad Nandri Prilatama

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Pengamat politik dari Universitas Al Azhar, Ujang Komarudin memberikan analisisnya terkait Jawa Barat sebagai penyumbang daftar calon sementara (DCS) terbanyak untuk legislatif baik DPR maupun DPD RI di Indonesia.

Menurutnya, fenomena itu karena jumlah pemilihnya besar sehingga jumlah calegnya atau kursinya banyak sesuai dengan ketentuan undang-undang.

"Tapi, dengan banyaknya DCS itu bukan berarti mereka dapat dengan mudah meraih suara, justru sulit. Karena, semakin banyak DCS semakin banyak pula suara atau pilihan coblosan dari masyarakat," katanya saat dihubungi, Jumat (18/8/202).

"Jabar ini menjadi pertarungan yang sengit lantaran jumlah pemilihnya banyak, sekaligus menjadi perhatian nasional," ujar Ujang.

Selain itu, lanjutnya, Jabar bisa menjadi lumbung suara bagi partai politik.

Baca juga: 126 Bacaleg DPRD Jabar Tidak Lolos Verifikasi Administrasi, Calon dari 10 Partai Lolos 100 Persen

Sebab, biasanya elit partai politik di Jakarta melihat Jabar menjadi area pertarungan khusus dengan suara terbanyak, kedua Jawa Timur, dan ketiganya Jawa Tengah.

"Saya melihat DCS banyak ya karena pemilihnya banyak. Jadi, untuk menang di Jabar bagi calegnya itu agak berat, tak ada yang mudah setiap daerah pemilihan apalagi di Jabar," kata dia.

"Intinya, tak ada korelasi DCS yang banyak dengan tingkat kemudahan untuk bisa diraih caleg, justru sangat berat Jabar ditaklukan," ucapnya.

Ujang menilai paling enak itu dapil-dapil yang jumlah pemilihnya sedikit alias kecil. Tapi, jumlah calegnya pun sedikit. Hal yang mesti dilakukan parpol, kata Ujang, perlu memunculkan caleg berkualitas, bagus, dan mempunyai uang.

Disinggung terkait intelektual masyarakat di Jabar yang masih rendah, kondisi tersebut diakui Ujang yang menyebut berdasar data Badan Pusat Statistik (BPS), rata-rata masyarakat di Indonesia umumnya lulusan SMP.

Untuk di Jabar, Ujang mengatakan banyak masyarakat yang tinggal di desa sehingga banyak yang masih rendah secara intelektualitas.

Baca juga: Hasil Penetapan DCS untuk Pemilu 2024 di Purwakarta, 732 Bacaleg Lolos, 110 Calon Tak Penuhi Syarat

"Disadari atau tidak, soal caleg itu sosialisasi justru sulit kepada intelektual yang rendah. Pasalnya, caleg butuh kerja ekstra menjelaskan misalnya cara mencoblos di kertas suara karena tak ada foto, hanya ada nomor urut dan nama," katanya.

"Jika sosialisasi ke intelektual rendah, maka tantangan yang dihadapi caleg besar. Sebaliknya, jika intelektual tinggi justru sosialisasi jadi mudah," ujarnya.

Kemudian, Ujang pun memberikan tanggapan terkait banyak suara anggota legislatif asal Jabar suaranya tak terdengar di parlemen.

Menurutnya, hal itu lantaran kemungkinan suara caleg tersebut lebih mengikuti arahan partainya dibanding kehendak rakyat di daerah pemilihannya. (*)

Baca juga: Tak Perbaiki Dokumen yang Janggal, 132 Bacaleg di Sumedang Tak Memenuhi Syarat, Dicoret dari DCS

 

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved