Lindi Beracun Masih Mengalir dari TPA Sarimukti, Tak Ada Respons Gubernur, Warga Mengadu ke Presiden

Sungai Cipanawuan dan Ciganas patut diduga tercemar rembesan dari air lindi yang mengandung bahan beracun berbahaya dari TPA Sarimukti.

Penulis: Hilman Kamaludin | Editor: Hermawan Aksan
Dok. TMP-TPAS
Tim dari TMP-TPAS saat melakukan penelusuran pencemaran air lindi TPA Sarimukti ke satu sungai, Minggu (30/7/2023). 

Terkait kondisi itu, tim TMP-TPAS melayangkan surat terbuka kepada Presiden Joko Widodo karena mereka sudah tidak ada lagi tempat untuk mengadu.

Sebelumnya, ujar Wahyu, mereka telah melakukan empat tuntutan ke Gubernur Jabar Ridwan Kamil selaku Dansatgas Citarum Harum.

Namun, sejauh ini, mereka merasa tuntutan itu tak mendapat respons.

"Maka per 21 Juli 2023, kami sampaikan surat terbuka kepada Presiden RI karena ke mana lagi kami harus mengadu di saat alam dan manusia terus menjadi korban," ujar Wahyu.

Kulit GatalĀ 

Dampak buruk pencemaran air lindi beracun dari TPA Sarimukti juga sudah dirasakan oleh warga di sekitar aliran Sungai Cipicung.

Salah seorang warga RW 13 Desa Sarimukti, Hari Hartono (43), mengatakan sebelum tercemar air lindi dari TPA Sarimukti, Sungai Cipicung jadi sumber air yang bisa digunakan untuk mencuci, mandi, dan mengairi lahan pertanian.

"Sekarang, jangankan itu, baunya saja sudah enggak tahan. Apalagi kalau airnya kena (kulit) pasti langsung gatal-gatal, bahkan kalau kena luka bisa infeksi sampai borok," ujarnya di Cipatat, Senin (31/7/2023).

Ia mengatakan, pencemaran limbah lindi di Sungai Cipicung ini terjadi sejak tahun 2006 atau sejak awal TPA Sarimukti difungsikan

"Sekarang ada tiga RW yakni RW 12, 13 dan 15 yang sudah enggak bisa memanfaatkan air," kata Hari, yang juga anggota BPD Sarimukti tersebut.

Untuk mendapatkan air bersih, kata Hari, warga terpaksa membuat jaringan pipa, sedangkan untuk memenuhi air di lahan pertanian, warga membangun irigasi dari hulu Sungai Cipicung yang belum tercemar.

Warga berharap kondisi air Cipicung kembali jernih dan tak menimbulkan bau sehingga bisa kembali dipakai bermain, berenang, atau memancing ikan.

"Sekarang ikan pun enggak ada, kita pun takut kalau berenang di sana bisa kena penyakit borok," ucap Hari.

(hilman kamaludin)

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved