Kisruh PPDB di Subang, Orangtua 11 Siswa yang Gagal Masuk SMAN 1 Kalijati Tolak SMA Terbuka

Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) khususnya melalui jalur zonasi di semua daerah menuai sorotan.

Penulis: Ahya Nurdin | Editor: Ravianto
Tribun Jabar/ Ahya Nurdin
KCD Wil IV Purwakarta, Budi Hermawan (Kemeja Putih) bersama Anggota Komisi V DPRD Jabar, saat melakukan sidak ke SMAN 1 Kalijati. 

TRIBUNJABAR.ID, SUBANG - Kisruh PPDB SMAN 1 Kalijati, masih terus memanas.

Kabarnya para orangtua 11 siswa menolak solusi yang ditawarkan oleh pihak Komisi V DPRD Jabar dan KCD Pendidikan Wilayah IV Purwakarta.

Seperti diketahui, pihak Komisi V DPRD Jabar dan KCD Pendidikan Wilayah IV Purwakarta, mengambil solusi membuka SMA Terbuka(SMATER).

Solusi tersebut diambil tanpa ada musyawarah dengan pihak orangtua siswa. Pihak DPRD Jabar dan KCD hanya bermusyawarah dengan pihak SMAN 1 Kalijati.

Solusi yang ditawarkan oleh pihak KCD tersebut tidak sesuai apa yang diusulkan oleh Kadisdikbud dan Bupati Subang kepada Kadisdik Jabar yang meminta ke 11 anak ini ditampung di SMAN 1 Kalijati dengan menambah ruang kelas baru atau menggunakan ruang yang ada untuk sementara waktu.

Namun keputusan dari pihak KCD dan Komisi V DPRD malah membentuk SMATER untuk 11 siswa yang tak bisa sekolah ke Swasta karena terkendala ekonomi keluarga tersebut.

Suasana lingkungan SMAN 1 Kalijati Subang saat didemo puluhan orang tua siswa yang tak diterima di sekolah tersebut beberapa hari lalu.
Suasana lingkungan SMAN 1 Kalijati Subang saat didemo puluhan orang tua siswa yang tak diterima di sekolah tersebut beberapa hari lalu. (Tribun Jabar)

Andi Lukman Hakim, mewakili para orang tua siswa, mengaku para orangtua menolak solusi yang diambil oleh KCD Pendidikan Wilayah IV Purwakarta dan Komisi V DPRD Jabar, tentang SMATER.

"Penolakan tersebut didasari karena kegiatan Belajar mengajar di SMATER  tak efektif, hanya seminggu 2 kali yakni akhir pekan saja," ujar Andi Lukman Hakim, Kamis(27/7/2023)

Selain itu, para orangtua juga menilai dengan 11 siswa, pembelajaran tak akan efektif dan guru juga tak akan bisa maksimal.

Baca juga: BREAKING NEWS, Puluhan Orang Tua Ontrog SMAN 1 Kalijati Subang, Protes Anaknya Tak Diterima PPDB

"Guru mengajar 11 siswa di akhir pekan, saya rasa gak akan seserius mengajar di kelas seperti di SMAN 1 Kalijati, selain materi pelajaran yang disampikan juga gak akan maksimal bisa ditangkap oleh siswa dengan keterbatasan sarana prasana di SMATER yang rencananya menggunakan sekolah SD," katanya

Tak hanya itu, solusi membentuk SMATER juga tak memikirkan dampak psikologi para siswa yang selama ini ingin bersekolah di SMAN 1 Kalijati bersama teman-temamnya diwaktu SMP.

"SMATER ini memberikan dampak psikologis yang cukup berat bagi anak, mereka bisa malas belajar karena sekolah hanya seminggu dua kali di waktu anak sekolah lainnya libur, dan diwaktu anak lain sekolah resmi, ke 11 anak ini hanya diam dirumah," tuturnya

Berdasarkan keterangan para orangtua siswa, akhirnya mereka memutuskan untuk menolak SMATER yang diwacanakan berjalan Agustus karena masih menunggu SK Gubernur.

"Para orangtua ke 11 siswa tersebut akhirnya memilih tak menyekolahkan anaknya ke SMATER maupun ke Swasta, mereka memilih menunggu tahun depan setelah ada Ruang Kelas Baru(RKB) atau penambahan rombel," ujarnya.

Satu Desa Tak Ada yang Diterima

Halaman
12
Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved