Sebelum Ribut-ribut soal Nikuba, Aryanto Misel Ternyata Sudah Kembangkan APAR yang Dijual ke Jepang

Aryanto Misel ternyata tak cuma sukses mengembangkan Niku Banyu (Nikuba) yang dilirik produsen mobil di luar negeri.

Editor: Giri
Tribuncirebon.com/Ahmad Imam Baehaqi
Penemu Nikuba, Aryanto Misel, saat ditemui di rumahnya di Kecamatan Lemahabang, Kabupaten Cirebon, Jumat (7/7/2023). 

TRIBUNJABAR.ID, JAKARTA - Aryanto Misel ternyata tak cuma sukses mengembangkan Niku Banyu (Nikuba) yang dilirik produsen mobil di luar negeri.

Nikuba merupakan mesin yang mampu mengubah air menjadi bahan bakar untuk kendaraan bermesin bahan bakar minyak (BBM).

Sebelum mengembangkan Nikuba, Aryanto ternyata telah lama mengembangkan alat pemadam api ringan (APAR) berbahan baku kulit singkong.

Dia menceritakan hal itu dalam wawancara eksklusif bersama Aiman Witjaksono di Kompas TV.

"Saya membuat alat pemadam api bahan bakunya dari serbuk kulit singkong," ungkap Aryanto.

"Bapak ini nemuin semua," ujar Aiman disambut tawa Aryanto.

"APAR, alat pemadam api ringan," ujar Aryanto menyerahkan sebuah APAR berwarna merah miliknya kepada Aiman.

"Tak ada bahan lain, semuanya organik dari kulit singkong?" tanya Aiman.

"Iya, benar," ujar Aryanto.

"Kenapa kulit singkong bisa jadi pemadam api? Di dalam kulit singkong itu terdapat namanya potasium sitrat. Potasium sitrat itu untuk melawan api, nah ini kalau diaplikasikan sistem kerjanya juga bukan menutup oksigen, (tapi) memutus mata rantai pembakaran," jelas Aryanto.

Membuktikan keampuhan karya Aryanto, Aiman Witjaksono memintanya untuk menguji APAR serta bom pemadam api buatannya.

Baca juga: BRIN Respon Ucapan Viral Aryanto Misel Penemu Nikuba Sebut Tak Butuh Pemerintah, Akan Gelar Konpers

Aryanto kemudian melakukan demonstrasi proses pemadaman api dengan menggunakan APAR serta bom pemadam api di halaman rumahnya.

Drum yang dibelah setengah awalnya diisi bensin dan disulut api oleh Aryanto.

Api yang berkobar kemudian disemprotkan APAR berbahan singkong miliknya.

Hanya berselang beberapa detik, api yang semula berkobar hingga setinggi sekira dua meter itu pun padam.

Begitu juga ketika Aryanto mendemonstrasikan bom pemadam api.

Hanya dalam waktu satu detik, api yang berkobar langsung padam.

Bom pemadam api itu sukses memadamkan api meski masih tersisa bensin di dasar drum.

"Ini patennya saya jual ke Jepang," ujar Aryanto.

Baca juga: Aryanto Misel, Penemu Nikuba, Akui Hasil Kunjungannya ke Italia Tidak Sesuai Harapan

"Kenapa dijual ke Jepang, Pak? Kenapa enggak ke Indonesia," tanya Aiman.

Mendengar pertanyaan tersebut, Aryanto menjawab dengan santai.

Diungkapkannya, inovasi miliknya tak diterima di Indonesia, baik pihak swasta maupun pemerintah.

"Indonesia enggak ada yang nerima," ujar Aryanto.

"Enggak ada yang nerima?" tanya Aiman lagi menegaskan.

"Enggak ada yang nerima, barang begini bagusnya enggak nerima," ujar Aryanto.

"Karena?" tanya Aiman cepat.

"Karena, kan kalau ada barang murah kan enggak mau pemerintah kita," ujar Aryanto.

"Berapa harganya?" tanya Aiman.

"Harganya satu Rp 200 ribu," balas Aryanto.

Baca juga: Teknologi Nikuba Sudah Diterapkan di Motor Babinsa Kodam III/Slw, Pangdam: Peluang di Masa Depan

"Kalau yang APAR yang biasa itu berapa?" tanya Aiman lagi.

"Itu sampai Rp 275 (ribu) sampai Rp 300 ribu," jelas Aryanto.

Pria kelahiran Semarang 30 Agustus 1955 tersebut menjelaskan, membuat pemadam api tersebut sejak tahun 2002 dan sudah dipasarkan ke Jepang.

Untuk di Cirebon, karyanya baru dikenal beberapa tahun terakhir.

Bahkan, karyanya tersebut baru menjadi bagian dari BUMDes Lemahabang tahun ini.

"Ya, kalau BUMDes itu saya ada kerja sama dalam memasarkannya," kata Aryanto.

Sampai saat ini sudah ada 120 penemuan yang berhasil ia ciptakan sejak tahun 1987.

Ia membuat semua karyanya hanya belajar dari buku kimia dan fisika yang ia tekuni sejak SMP.

Pelajaran kimia menjadi pelajar favoritnya sejak duduk di kursi SMP.

Baca juga: Apa Itu Nikuba? Alat Pengubah Air Jadi Bahan Bakar yang Dilirik Lamborghini, Ducati dan Ferrari

Gas pemadam api tersebut dibuat dari kulit singkong yang dicuci dan dijemur kemudian digiling sampai halus.

Setelah halus, kulit singkok diputihkan dan dimasukkan ke dalam tabung.

Ia mengatakan, kulit singkong itu mempunyai kandungan potasium sitrat yang berfungsi untuk melawan api.

Satu tabung gas yang berukuran sekitar 30 cm x 5 cm antiapi tersebut dibanderol Rp 200 ribu.

Selain hobi, dia juga menciptakan karyanya untuk memajukan Desa Lemahabang.

Tak hanya APAR berbahan kulit singkong, Aryanto diketahui juga sudah menjual paten Nikuba ke industri otomotif di Kota Milan, Italia, pada 16 Juni 2023.

Alat yang mampu mengubah air menjadi bahan bakar untuk kendaraan itu dijual ke luar negeri karena tak dianggap oleh pemerintah Indonesia.

Aryanto Misel mengatakan, dia tidak membutuhkan pemerintah maupun Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Pernyataan tersebut ia utarakan dalam sebuah wawancara dengan stasiun TV berita nasional yang rekamannya beredar di media sosial.

Baca juga: Sosok Aryanto Misel Penemu Nikuba, Dulu Diremehkan, Kini Dilirik Lamborghini, Ducati & Ferarri

Aryanto membeberkan alasannya mengapa ia tidak membutuhkan pemerintah dan BRIN terkait Nikuba yang sudah dilirik negara lain.

Dikutip dari Kompas.com, Aryanto awalnya mengatakan bahwa ia merasa tidak sayang bila teknologi untuk mengembangkan Nikuba jatuh ke tangan negara lain.

Sebabnya, ia membutuhkan dana untuk melanjutkan riset dan tidak mau didanai oleh pihak manapun.

Setelah itu, ketika ditanya soal langkah yang bisa dilakukan pemerintah dan BRIN atas Nikuba, Aryanto berujar bahwa ia tidak membutuhkan kedua pihak ini.

Ia beralasan dirinya sudah 'dibantai' oleh pemerintah dan BRIN dan berencana menjual Nikuba Rp 15 miliar ke industri otomotif di Milan.

"Wah, saya enggak butuh mereka, Pak. Enggak butuh saya sudah 'dibantai' habis. Enggak mau," ujar Aryanto.

"Itu (Nikuba) mau saya tawarkan Rp 15 miliar," tambahnya.

Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengatakan, pihaknya akan menggelar konferensi pers mengenai pernyataan Aryanto yang menyatakan dirinya tidak membutuhkan pemerintah dan BRIN.

"Nanti Rabu akan ada tamu media di BRIN," kata Handoko kepada Kompas.com, Senin (10/7/2023).

Saat ditanya apakah BRIN masih akan menawari Aryanto untuk bekerja sama mengembangkan BRIN, Handoko tidak memberi jawaban.

Terpisah, keterangan BRIN yang diterima Kompas.com, Senin (10/7/2023), menyampaikan bahwa pertemuan BRIN dengan media untuk merespons pernyataan Aryanto bakal dihelat Kamis (13/7/2023).

"Betul (ada agenda membahas pernyataan Aryanto) untuk menjawab semua ini. Nanti kami agendakan untuk temu media. Hari Kamis," kata keterangan tersebut.

Diberitakan sebelumnya, Handoko mengatakan, pihaknya tidak dalam posisi memberi pengakuan atas suatu temuan saat ditanya soal ketertarikan negara lain terhadap Nikuba.

Kendati demikian, ia menegaskan bahwa BRIN dapat memfasilitasi masyarakat yang memiliki ide inovasi. Fasilitas tersebut diberikan BRIN kepada masyarakat melalui Fasilitasi Inovasi Akar Rumput (FIAR).

"Tetapi bukan memberi pengakuan," tandas Handoko, Kamis (6/7/2023).

"Yang terpenting, BRIN mendorong inventor atau inovator untuk bisa membuktikan secara ilmiah agar bisa diterima oleh komunitas," sambungnya.

Sebelumnya, pada Rabu (5/7/2023), Handoko juga sudah mengajak Aryanto untuk mengembangkan Nikuba secara bersama-sama.

Pasalnya, Nikuba adalah bahan bakar berbasis hidrogen yang memiliki banyak variasi dan temuan.

Ia menjelaskan, dalam ranah sains diperlukan kehati-hatian hingga temuan dapat dibuktikan secara saintifik.

"Kalau di sains, kita harus cukup berhati-hati, jadi kita akan melihat bersama-sama, kita kembangkan sampai terbukti secara saintifik bisa diterima oleh komunitas ilmiah," ujar Handoko. (*)

Artikel ini telah tayang di WartaKotalive.com dengan judul Tak Hanya Nikuba, Ini Karya Inovatif Aryanto yang Tak Dianggap Pemerintah-Akhirnya Dijual ke Jepang

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved