Bulan Bung Karno

Berkunjung ke Rumah Inggit Garnasih, Kenangan Cintanya pada Soekarno Terekam di Setiap Sudut

HINGGA kini, rumah tua di Jalan Ciateul, Astana Anyar, Kota Bandung, itu masih sangat terawat.

|
Penulis: Putri Puspita Nilawati | Editor: Ravianto
Tribunjabar.id/Putri Puspita
Suasana rumah Inggit Garnasih yang merupakan bangunan cagar budaya di Jalan Ciateul, Kota Bandung, Jumat (23/6/2023). Rumah ini pernah ditempati bersama presiden pertama RI, Ir Soekarno sekitar tahun 1926-1929. 

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Inggit Garnasih menemani Soekarno sejak Pemimpin Besar Revolusi itu masih  kuliah hingga akhirnya menjadi Presiden.

Kebersamaan Inggit dan Soekarno terekam di rumah yang mereka tinggali selama bersama sejak tahun 1926 sampai dengan pertengahan 1934. 

HINGGA kini, rumah tua di Jalan Ciateul, Astana Anyar, Kota Bandung, itu masih sangat terawat. Tak hanya bangunannya, tapi juga barang-barang di dalamnya.

Di dalam Rumah Inggit Garnasih, pengunjung masih bisa melihat potret kebersamaan dan keadaan Inggit Garnasih ketika masih  muda hingga ujung usia.

Selain foto-foto, pengunjung juga dapat melihat replika batu pipisan yang digunakan Inggit Garnasih untuk membuat bedak dan jamu.

"Bedak dan jamu dibuat Bu Inggit dari campuran beras serta ramuan. Sebua bahan digiling dengan menggunakan batu pipisan," ujar Juru Pelihara Rumah Inggit Garnasih, Jajang Ruhyat saat ditemui di Rumah Inggit Garnasih, Jumat (23/6).

Suasana rumah Inggit Garnasih yang merupakan bangunan cagar budaya di Jalan Ciateul, Kota Bandung, Jumat (23/6/2023). Rumah ini pernah ditempati bersama presiden pertama RI, Ir Soekarno sekitar tahun 1926-1929.
Suasana rumah Inggit Garnasih yang merupakan bangunan cagar budaya di Jalan Ciateul, Kota Bandung, Jumat (23/6/2023). Rumah ini pernah ditempati bersama presiden pertama RI, Ir Soekarno sekitar tahun 1926-1929. (Tribunjabar.id/Putri Puspita)

Bedak dan jamu ini, diberi nama Kansai dan Ningrum, yang kemudian dijual Inggit dengan cara dititipkan pada warung dan pengecer.

Ayah  angkat Soekarno di Ndalem Pojok, Kediri, Jawa Timur, RM Soemosewojo adalah orang yang mengajarkan Inggit ilmu obat-obatan, doa-doa, dan rajah. Ia pula pula yang menjadi wali saat menikahkan Soekarno dan Inggit di Bandung.

"Selain jamu, bedak, dan daleman kebaya, Inggit juga menjual tembakau yang ia  racik sendiri dan diberi nama Ratna Djuami, yang diambil dari nama anak angkatnya," tuturnya.

Tampilan replika batu pipisan yang digunakan Inggit Garnasih untuk membuat bedak dan jamu
Tampilan replika batu pipisan yang digunakan Inggit Garnasih untuk membuat bedak dan jamu (Tribun Jabar/ Putri Puspita)

Jajang menuturkan, batu pipisan ini adalah saksi bisu perjuangan Inggit Garnasih sepanjang hidupnya bersama Soekarno, bahkan sebelum itu, saat Inggit masih bersama H Sanoesi.

Batu pipisan ini pula yang menjadi modal utama Inggit saat memutuskan untuk mendampingi Soekarno hingga ke gerbang kemerdekaan Indonesia.

Soekarno, yang masih berstatus mahasiswa, tak memiliki penghasilan saat menikahi Inggit.

Suasana rumah Inggit Garnasih yang merupakan bangunan cagar budaya di Jalan Ciateul, Kota Bandung, Jumat (23/6/2023). Rumah ini pernah ditempati bersama presiden pertama RI, Ir Soekarno sekitar tahun 1926-1929.
Suasana rumah Inggit Garnasih yang merupakan bangunan cagar budaya di Jalan Ciateul, Kota Bandung, Jumat (23/6/2023). Rumah ini pernah ditempati bersama presiden pertama RI, Ir Soekarno sekitar tahun 1926-1929. (Tribunjabar.id/Putri Puspita)

Ditambah dengan kesibukannya menjadi aktivis yang bercita-cita memerdekakan Indonesia, Soekarno muda nyaris tak memiliki waktu untuk mencari nafkah.

Maka, Inggit lah yang menjadi tulang punggung keluarga. Membiayai kehidupan dan pergerakan yang mereka lakukan.

Beban itu semakin bertambah saat Soekarno ditangkap dan di penjara, baik di Banceuy maupun di Sukamiskin.

Selain harus mencari uang demi penghidupan keluarga, Inggit juga harus pandai-pandai membesarkan hati suaminya agar tidak patah semangat saat di penjara.

Inggit juga ikut menanggung beban yang berat saat Soekarno diasingkan, baik di Ende maupun di Bengkulu. Namun, semua itu dilakukan Inggit dengan kerelaan, demi suaminya, demi cita-cita bersama mencapai kemerdekaan Indonesia.

Seperti yang dikatakan budayawan, Ramadhan KH, jalan yang ditempuh Inggit Garnasih adalah jalan yang tak bertabur bunga. Namun, pengorbanan itulah yang ditempuh Inggit, atas nama cinta kepada rakyatnya.

Sempat Dijual

Jajang, saat Inggit dan Soekarno membelinya, dulu, rumah ini masih berbentuk rumah panggung.

"Karena Bung Karno harus diasingkan, rumah ini sempat dijual dan dijadikan uang bekal di pengasingan. Namun, tanah ini kembali lagi kepada Ibu Inggit pada 1949 dari hasil perkumpulan kawan-kawan perjuangan untuk membelikan rumah untuk Inggit," ujar Jajang.

Pada saat itu, Inggit sempat ditanya mau rumah di mana dan Inggit memilih rumah dan tanah yang pernah ia tempati bersama Soekarno.

"Saat itu dia bilang saya ingin menghabiskan masa hidup saya dengan kenangan indah waktu masih dengan Bung Karno," ujarnya.

Di rumah Inggit Garnasih menghabiskan sisa umurnya dan berpulang pada 13 April 1984 di umur 96 tahun. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved