Kasus Balita di Samarinda Diberi Minum Air Campur Sabu, Bayi N Direhabilitasi 24 Jam Dikawal Perawat

Peristiwa bayi diberi air campur sabu ini bermula ketika sang balita dan ibunya di rumah tetangga.

Editor: Ravianto
ist
ilustrasi sabu. Seorang bayi di Samarinda diberi minum air dari bong atau tempat mengkonsumsi sabu. 

Pertama dokter umum yang akan mengobservasi kondisi tubuh secara umum.

Lalu ada dokter gigi. Ia menjelaskan, zat metamfetamina memiliki tingkat keasaman yang begitu tinggi yang dapat merusak gusi dan gigi.

"Kita akan observasi gigi si balita ini. Karena jika tidak segera ditangani, nanti gusi akan terinveksi bakteri dan virus. Setelah merusak gigi, dia masuk mengganggu syaraf pusat," bebernya.

Dikawal Perawat Selama 24 Jam

Kemudian ada tim perawat yang akan siap sedia selama 24 jam untuk memantau kondisi secara terus menerus.

Sebab jelasnya, meski secara fisik terlihat sehat, namun tidak dengan psikologis sang balita tersebut.

"Metamfetamina ini efeknya ke susunan syaraf otak. Mempengaruhi dopamin. Makanya dampaknya ke emosi, susah tidur ataupun makan," paparnya.

Lalu ada pula psikologis klinis untuk mengobservasi apakah berpengaruh kepada kecerdasan.

Karena ungkapnya, kasus balita positif atau terpapar sabu baru pertama kali terjadi di Kalimantan Timur.

"Metamfetamina ini merusak otak. Dan balita ini pertumbuhan biologis dan syaraf pusatnya masih belum sempurna. Makanya perlu diperhatikan sungguh-sungguh," beber Kombes Pol Sutarso.

Ada juga ahli gizi. Ia menjelaskan orang yang terkontaminasi narkotika harus mendapatkan asupan makanan yang sehat, memadai dan tepat guna mempercepat proses penyembuhan.

Kemudian akan dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui apakah balita tersebut memiliki riwayat penyakit yang memerlukan penanganan khusus. 

Upaya Penguatan Mental

Selain untuk bayi N, Balai Rehabilitasi BNN Tanah Merah juga akan menghadirkan konselor adiksi untuk mendampingi orangtua korban yang memerlukan penguatan mental dan edukasi agar dapat memberikan didikan dan intervensi yang tepat kepada balita tersebut.

"Itu adalah tindakan awal yang kami lakukan. Jika dalam perkembangan observasi ada hal terkait trauma atau hal lain, dapat kami berikan rujukan sesuai kondisi yang ada," imbuhnya.

Sumber: Tribun Kaltim
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved