Galendo Jeletot, Oleh-oleh Kuliner Khas Ciamis, Ditawarkan untuk Kaum Milenial

Galendo adalah kuliner khas Ciamis yang sudah dikenal warga Tatar Galuh sejak berabad-abad lalu.

Penulis: Andri M Dani | Editor: Januar Pribadi Hamel
tribunjabar/andri m dani
Galendo jeletot - varian baru kuliner tradisional khas Ciamis, galendo dengan rasa pedas buatan Tini Kartini dari Handapherang Ciamis. Cocok untuk penggemar rasa pedas sekaligus penyuka galendo (foto/tribunjabar/andri m dani) 

TRIBUNJABARA.ID,CIAMIS – Galendo adalah kuliner khas Ciamis yang sudah dikenal warga Tatar Galuh sejak berabad-abad lalu.

Kuliner yang lahir dari tradisi ngeletik (tradisi membuat minyak kelapa) yang berkembang dengan suksesnya gerakan massal menanam kelapa pada zaman Bupati ke-16 Galuh, Kanjeng Prebu RAA Kusumadiningrat (1839-1886).

Meski sekarang tradisi ngeletik sudah tergerus zaman menyusul dominannya minyak goreng yang berbahan baku CPO, di Ciamis masih banyak pengrajin yang bertahan memproduksi galendo.

Alhasil sampai sekarang galendo masih tetap eksis. Masih jadi buruon para pemburu oleh-oleh khas.

Baca juga: Brolendo, Kuliner dari Ciamis Perpaduan Bronis dan Galendo, Cocok untuk Takjil dan Kue Lebaran

Tidak hanya galendo rasa asli, kini pun bermunculan bermacam galendo varian baru dengan tampilan khas kekinian.

Varian-varian kekinian sebagai penyambung lidah cita rasa galendo yang perkembangan selera masa kini.

Di tangan ibu-ibu kreatif, di Ciamis beberapa tahun terakhir lahirlah berbagai varian galendo.

Seperti galecok, galendo yang dikolaborasi dengan cokelat. Ada pula brolendo, brownies tapi galendo.

Lain-lagi buah kreatif dari Tini Kartini (45), ibu rumah tangga yang tinggal di Perum Bumi Ciamis Lestari Handapherang Ciamis.

Lewat dapur Alibil yang dikelolanya, Tini kini mulai memproduksi galendo jeletot atau galendo pedas.

“Selama ini galendo lebih banyak dikenal sebagai camilan. Sementara galendo jeletot adalah rencang sangu atau lauk pauk,” tutur Tini Kartini kepada Tribun Minggu (11/6).

Menurut Tini, ia sudah mulai uji coba galendo jeletot ini sejak setahun lalu.

“Tapi itu baru untuk dikonsumi keluarga di rumah. Baru sekarang coba-coba merintis pemasarannya. Jualnya secara online lewat medsos.

"Atau ikut pameran seperti sekarang ini. Rencana ke depan juga dititip di toko oleh-oleh yang ada di Ciamis,” katanya saat ditemui di arena stand UMKM kreatif acara Galuh Digital Festival (GDF) yang digelar BI bersama Bapenda dan Pemkab Ciamis di Taman Lokasana Ciamis Minggu (11/6).

Terinspirasi dari tutug oncom yang beberapa tahun terakhir ngehit, populer.

Tini mencoba membuat tutug berbahan baku galendo dengan rasa pedas. Sehingga kemudian lahirlah galendo varian baru, galendo jeletot yakni galendo dengan rasa pedas.

Kebetulan pamannya menurut Tini adalah seorrang perajin VCO (virgin coconut oil) dan minyak kletik. Yang tentunya juga menghasilkan galendo.

Berbahan galendo yang masih hangat yang baru keluar dari jerangan tungku usai membuat minyak kletik dan VCO kemudian dibuatlah galendo jeletot.

Galendo yang masih berbentuk butiran (granular) dan masih hangat tersebut dicampur dengan berbagai macam bumbu berupa kencur (cikur), cabai rawit (cengek), bawang putih, bawang merah, garam serta penyedap rasa (berupa royco). Dengan takaran yang sudah terukur.

Berbagai macam bumbu tersebut menurut Tini dihaluskan terlebih dahulu dan ditumis tapi tidak sampai matang dan jangan sampai gosong.

Di samping itu juga disiapkan ikan teri medan yang sudah digoreng.

Lantas ikan teri yang sudah digoreng tersebut dicampurkan ke dalam galendo yang sudah menyatu dengan berbagai macam bumbu tadi. Dicampur dengan merata.

“Hasilnya ya itu tadi, galendo jeletot. Untuk galendo jeletot hanya ada satu rasa. Yakni rasa pedas,” ungkap Tini.

Mengingat kalangan anak muda, para belia generasi milenial sekarang kebanyakan penggemar pedas. Tini berharap galendo jeletot ini menjadi jembatan penyambung cita rasa galendo dengan para milenial yang gemar rasa pedas.

Itung-itung galendo yang notabenenya makanan tradisional khas Ciamis tersebut tetap eksis, serta juga digemari kalangan generasi penerus.

Semacam upaya melestarikan kuliner tradisional khas Ciamis tersebut, agar galendo tetap eksis dan digemari kalangan generasi penerus para belia.

Selain kalangan belia, menurut Tini, galendo jeletot ini sebenarnya bisa menjadi pilihan menu saat bersantap siang atau sarapan pagi di rumah masing-masing.

Galendo jeletot yang tersedia di meja makan bisa jadi pilihan sebagai lauk pauk, rencang sangu saat santap siang. Maupun saat makan malam atau sarapan pagi.

“Apalagi saat makan, nasinya hangat. Lebih nikmat lagi kalau di meja makan juga tersedia tempe mendoan dan acar timun,” imbuhnya.

Galendo jeletot dengan rasa pedas yang kental, cocok untuk penggemar galendo sekaligus juga penyuka pedas.

Satu kemasan ukuran 100 gram, galendo jeletot buatan Tini Kartini ini dijual dengan harga Rp 18.000. (andri m dani)

Artikel TribunJabar.id lainnya bisa disimak di GoogleNews.

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved