Berkah Covid-19, Asep Irfan Kini Sukses Jadi Pembudidaya Kaktus, Ada yang Harganya Rp 15 Juta
Kaktus-kaktus itu ternyata sangat lalu, baik saat ditawarkan secara online maupun dijual lagi ke pembudidaya di Lembang.
Penulis: Andri M Dani | Editor: Ravianto
TRIBUNJABAR.ID, CIAMIS - MASA pandemi Covid-19 tahun 2020 lalu ternyata mendatangkan berkah sendiri bagi Asep Irfan (26).
Gara-gara pandemi, kini Asep Irfan menjadi pembudidaya kaktus yang sukses dengan penghasilan sekitar Rp 25 juta sampai Rp 30 juta per bulan.
ASEP mengatakan pada masa pandemi tahun 2020 lalu, ia masih berstatus sebagai mahasiswa semester akhir Fakultas Tarbiah UIN Sunan Gunung Jati Bandung.

Selama masa pandemi, kuliah tatap muka berhenti dan beralih ke daring. Ini membuat hampir seluruh harinya ia habiskan di tempat kos.
“Awal masa pandemi saya masih bertahan di Bandung. Untuk mengisi waktu di rumah, saya coba membudidayakan kaktus. Benihnya dibeli dari Lembang,” ujar Asep saat ditemui di stand pameran Ciamis Creative Festival di Komplek IC Ciamis, Rabu (31/5).
Tidak disangka, mengisi waktu dengan membudidayakan kaktus ternyata sangat mengasyikan. Tak hanya itu, hasilnya bisa mendatangkan uang.
Kaktus-kaktus itu ternyata sangat lalu, baik saat ditawarkan secara online maupun dijual lagi ke pembudidaya di Lembang.
Karena ada peluang yang menjanjikan, akhirnya Asep pun serius melakoni budidaya kaktus ini. Ia membuat green house (rumah kaca) ukuran 8 x 10 meter persegi di rumahnya di rumahnya di Jalan Tegal Panjang, Lingkungan Sikuraja, Kelurahan Linggasari, Kabupaten Ciamis.
Setelah tiga tahun menjadi pembudidaya kaktus di green housenya tersebut kini Asep memiliki seribuan pot kaktus siap jual. Tidak hanya jenis kaktus lokal, kebanyakan malah impor yang harganya lumayan.
“Paling murah Rp 20 ribu per pot. Tapi ada juga yang harga Rp 8 juta bahkan Rp 15 juta,” ujarnya.
Di green housenya, Asep membudidayakan 10 jenis kaktus. Seperti kaktus jenis gymnocalycium, astrophytum, agave maupun sansevieria. Ada juga jenis hotmen.
Dari berbagai jenis kaktus itulah, kata Asep, kemudian lahir berbagai varian kaktus yang menjadi incaran para kolektor.
“Saya hanya membidik pasar para kolektor. Yakni para penggemar kaktus,” ujar Asep Irfan.
Para kolektor tersebut, menurut Asep, memburu kaktus karena senang, karena gemar.
“Kalau sudah senang, soal harga adalah nomor sekian,” imbuhnya sembari mencontohkan kolektor lukisan maupun penggemar burung.
Asep mengatakan, satu pot kaktus jenis Coryphanta elephentra yang baru berusia tujuh bulan ia tawarkan dengan harga Rp 8 juta.
“Ini kaktus langka dan pertumbuhannya lambat. Pada usia delapan tahun, kaktus jenis ini bahkan belum berbunga dan belum menghasilkan biji sehingga belum bisa dikembangbiakkan. Harus menunggu empat sampai enam tahun lagi,” ujar Asep Irfan.
Untuk menambah koleksi budaya kaktusnya, Asep kerap mendatangkan benihnya dari luar negeri. Itu semata untuk membidik pasar para kolektor.
Para kolektor yang memburu kaktus hasil kembangbiakan Asep sebagian besar dari Surabaya. Tapi banyak juga dari Bandung, Jakarta, bahkan Medan.
Dari budaya kaktus tersebut, menurut Asep, ia bisa meraup penghasilan sekitar Rp 25 juta sampai Rp 30 juta setiap bulan.
Asep yang kini bekerja sebagai bagian pemasaran makanan ringan sebuah perusahaan di Kawali Ciamis tersebut, sukses menjadi pembudidaya kaktus tersebut dari belajar secara otodidak, secara online melalui youtube .
‘Intinya sih saya memang gemar bercocok tanam sejak masih SD. Bercocok tanam sayur, kembang dan sebagainya. Sekarang fokus di kaktus,” tutus Asep yang ditemui
Asep, lewat bendera “Karikatus”-nya adalah segelintir pembudidaya kaktus yang sukses di Ciamis.
“Masih jarang yang membudidaya kaktus di Ciamis. Masih langka,” imbuh ASep yang kini mempunyai empat karyawan ini.(Andri M Dani/Tribun Jabar)
Berkaca Kasus Ponpes Al Khoziny, DPMPTSP Ciamis Dorong Pesantren Urus Izin dan Kelaikan Gedung |
![]() |
---|
Pria Lansia Diamuk Massa di Tasikmalaya, Diduga Lakukan Asusila pada Sesama Kakek-kakek |
![]() |
---|
Tatang Hidayat ASN Ciamis yang Ubah Limbah Tahu Jadi Solusi Hijau, Masuk 10 Besar Inovasi Jabar 2025 |
![]() |
---|
Bayi Sehat Ditinggalkan di Panawangan Ciamis, Polisi Buru Orang Tua yang Tega Membuang |
![]() |
---|
Ledakan Oven MBG di Rancah Ciamis: Pekerja Alami Luka Bakar saat Sterilisasi Wadah Makanan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.