Teknologi AI Berpotensi Bahaya di Masa Depan, 'Guru Besar AI' Geoffrey Hinton Mundur dari Google

Kemajuan teknologi AI yang terus berkembang, bisa membuat potensi bahaya yang besar bagi kehidupan manusia. Hal ini membuat penemu AI mundur.

The New York Times
Geoffrey Hinton, Guru Besar AI, memutuskan untuk mengundurkan diri dari Google dan menghabiskan waktunya untuk berdiskusi terkait risiko dan dampak AI di masa mendatang 

TRIBUNJABAR. ID - Kehadiran teknologi kecerdasan buatan Artificial Intelligence (AI) memang begitu memudahkan segala kebutuhan dan pekerjaan seseorang di era digital saat ini.

Namun siapa sangka jika kemajuan teknologi AI yang kian hari kian berkembang, bisa membuat potensi bahaya yang besar bagi kehidupan manusia.

Hal ini diungkapkan oleh tokoh ilmuwan penting yang dijuluki “Guru Besar AI” alias The Godfather of AI, Geoffrey Hinton.

Karena alasan bahaya AI di masa depan ini pula yang membuat Geoffrey Hinton mengundurkan diri dari Google, setelah lebih dari beberapa dekade mengabdi. D

Menurut Geoffrey Hinton,  perjalanan karier membuat dia menyesal dan takut terhadap konsekuensi produk kecerdasan buatan yang ia kembangkan. Selama di Google, Hinton bisa dikatakan sebagai pelopor dari produk-produk yang mengandalkan kecerdasan buatan AI

Pada 2012 lalu, Hinton dan dua kerabatnya dari lulusan Universitas Toronto menciptakan teknologi AI yang diyakini perusahaan bisa menjadi kunci di masa depan, yaitu jaringan saraf pembelajaran dari sebuah teks digital.

Hinton menganggap hal tersebut dapat menjadi solusi yang ampuh bagi mesin untuk memahami hingga menghasilkan teks dan bahasa.

Namun, selama beberapa tahun mengembangkan produk berteknologi AI, tepatnya saat Google dan OpenAI mulai mengembangkan chatbot AI, pandangan Hinton terhadap teknologi yang ia buat pun berubah.

“Apa yang ada di dalam sistem ini, sebenarnya jauh lebih baik daripada apa yang ada di otak (manusia),” ujar Hinton, dirangkum KompasTekno dari The New York Times, Rabu (3/5/2023).

Ilustrasi ChatGPT
Ilustrasi ChatGPT, chatbot berbasis kecerdasan buatan OpenAI. (KOMPAS.com/ Galuh Putri Riyanto)

Produk generatif AI juga dinilai dapat menjadi alat menyebarkan informasi yang salah (misinformasi). Teks, foto, video yang keliru dan tidak sesuai faktanya akan mulai berseliweran di dunia maya.

Dalam waktu singkat, produk serupa juga memiliki risiko menggantikan pekerjaan manusia, atau bahkan bisa berdampak bagi umat manusia.

“Susah untuk mencegah aktor jahat menggunakannya (produk AI) untuk hal-hal buruk,” tambah Hinton.

Hinton juga menyoroti beberapa hal lain saat melihat perkembangan dan persaingan industri teknologi yang semakin meningkat. Masifnya produk-produk serupa berteknologi AI adalah sesuatu yang tidak dapat dihindarkan atau dicegah.

Tantangan dan kesulitan tersebut pada akhirnya, menurut Hinton, dapat menghasilkan dunia yang tidak dapat diketahui kebenarannya. Per tahun kemarin, Hinton menyebut bahwa pengembangan AI di Google masih di “jalur yang aman”, dengan berupaya memperkenalkan produk AI yang tidak berbahaya bagi publik.

Selama proses pengembangan, ternyata Microsoft lebih dulu memperkenalkan chatbot Bing yang terintegrasi langsung dengan mesin pencariannya. Hal tersebut pun mendorong Google melakukan hal serupa karena berdampak signifikan pada bisnis perusahaan.

Halaman
12
Sumber: Kompas
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved