Menebak Langkah Anas Urbaningrum Setelah Keluar Sukamiskin, Pengamat: Berpeluang Serang Demokrat

Saat itu, Majelis Halim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta menghukum Anas delapan tahun penjara dan denda Rp 300 juta subsider tiga bulan kurungan.

Anas dinyatakan terbukti melakukan tindak pidana korupsi dan pencucian uang terkait proyek Hambalang dan proyek APBN lainnya.

Tak terima atas vonisnya, Anas mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi DKI Jakarta.

Hukumannya lantas dipangkas menjadi tujuh tahun penjara.

Belum juga puas, pada pertengahan 2015 Anas mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung (MA). Oleh MA, hukumannya justru diperberat menjadi 14 tahun penjara.

Namun, lima tahun berselang, MA mengabulkan permohonan peninjauan kembali (PK) yang diajukan Anas.

Hukuman Anas disunat denam tahun sehingga hanya tersisa delapan tahun penjara.

Jelang akhir masa hukumannya, Anas bermanuver bersama loyalisnya.

Muncul baliho raksasa yang memuat foto Anas, hingga beredar surat tulisan tangan mantan komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) itu.

Terkait ini, Gede Pasek yang merupakan Ketum Partai PKN dan mantan politisi Demokrat, mengatakan, baliho tersebut merupakan inisiatif dari rekan-rekan Anas.

Pasek mengaku, bukan partainya yang memasang reklame tersebut.

"Kita nggak bisa melarang karena memang banyak temannya Mas Anas," katanya kepada Kompas.com, Kamis (2/3/2023).

Saat ditanya apakah reklame itu sengaja dipasang di dekat rumah SBY, Pasek menyebut, baliho serupa tak hanya terpampang di Cibubur, tetapi juga wilayah lainnya.

"Ada juga baliho dipasang di Jawa Timur dengan tulisan dan desain yang beda," ujarnya.

Tulis surat