Breaking News

Kuliner Cocorot Khas Pangandaran, Unik dan Menarik, Diminati Pembeli untuk Buka Puasa

Kuliner Cocorot Khas Pangandaran, Unik dan Menarik, Diminati Pembeli untuk Buka Puasa

Penulis: Padna | Editor: Siti Fatimah
Padna
Kuliner Cocorot khas Pangandaran 

TRIBUNJABAR.ID, PANGANDARAN  - Tidak ada habisnya kuliner di Pangandaran, ada lagi satu hidangan kuliner yang bentuknya unik dan menarik. Masyarakat Pangandaran biasa menyebut kuliner unik ini dengan nama Cocorot. Jika di Jawa tengah, mungkin biasa dikenal dengan nama Celorot.

Kusdi (65) dan Tuti (60), pasangan suami istri di Dusun Girisetra RT 05/02 Desa/ Kecamatan Kalipucang, Kabupaten Pangandaran yang saat ini masih eksis membuat kuliner Cocorot tersebut.

Cocorot yang merupakan makanan khas tradisional Pangandaran ini tentu dibuat dari bahan alami.

Baca juga: Brolendo, Kuliner dari Ciamis Perpaduan Bronis dan Galendo, Cocok untuk Takjil dan Kue Lebaran

Satu di antaranya, janur atau daun kelapa yang dibuat menyerupai terompet untuk membungkus Cocorot tersebut.

Selain itu, ada bahan dasar adonan untuk membuat hidangan Cocorot, di antaranya tepung beras, santan dan gula merah.

"Untuk pengawi, kita bisa tambahkan daun pandan secukupnya," ujar Kusdi (65) ditemui Tribunjabar.id di rumahnya, Senin (27/3/2023) siang.

Ia mengatakan, Cocorot ini dulunya biasa disebut kue tradisional yang sudah ada sejak tahun 1980.

Kuliner Cocorot khas Pangandaran -1
Kuliner Cocorot khas Pangandaran -1 ()

"Sejak dulu, Cocorot ini sudah terkenal di daerah Pangandaran sebagai jajanan yang sering ada pasar," katanya.

Untuk membuat Cocorot, Ia menyebut tidak banyak bahan baku yang digunakan. Hanya, prosesnya saja yang cukup lama.

Bahan bakunya cuma janur kelapa, tepung beras, santan dan gula merah, itu cukup. Hanya, prosesnya membutuhkan waktu sekitar 6 jam.

Misalnya, untuk membuat 150 Cocorot itu jika dimulai dari persiapan menganyam janur jam 6 pagi sampai mengukus Cocorot bisa selesai jam 12 siang.

Baca juga: Sajian Kuliner Unik di Bandung, Seblak Wagyu Pedas

"Kalau jualnya itu cepat, apalagi sekarang bulan ramadan, 2 jam juga jualan langsung habis. Karena, kebanyakan pembelinya pesan duluan," ujarnya.

Kalau hari-hari biasa, kata Ia, biasanya dijual di pasar tradisional Kalipucang dan tempat orang yang hajatan.

"Satu Cocorotnya, saya biasa jual seribu. Jadi, kalau saya buat 150 Cocorot berarti dapan Rp 150 ribu. Kalau keuntungan bersihnya, paling Rp 80 ribu."

"Ya, lumayan lah. Kebetulan enggak ada saingan, karena di wilayah Kalipucang hanya saya sama istri yang buat Cocorot," ucap Kusdi. 

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved