Gaya Art Deco Masjid Cipari Garut, Karya Gagah Abikoesno Tjokrosoejoso dan Perseteruan Dua Sahabat

Masjid bergaya perpaduan Eropa dan Jawa itu terletak di Kampung Cipari, Desa Sukarasa, Kecamatan Pangatikan, Kabupaten Garut, Jawa Barat.

Tribun Jabar/ Sidqi Al Ghifari
Masjid Asy-Syuro atau Masjid Cipari Garut, karya arsitek Abikoesno Tjokrosoejoso. Terletak di Pondok Pesantren Cipari, Desa Sukarasa, Kecamatan Pangatikan, Kabupaten Garut, Jawa Barat. 

Laporan Kontributor Tribunjabar.id Garut, Sidqi Al Ghifari

TRIBUNJABAR.ID, GARUT - Masjid Asy-Syuro atau yang dikenal dengan Masjid Cipari di Kabupaten Garut menjadi salah satu masjid bersejarah yang hingga kini berdiri gagah.

Masjid bergaya perpaduan Eropa dan Jawa itu terletak di Kampung Cipari, Desa Sukarasa, Kecamatan Pangatikan, Kabupaten Garut, Jawa Barat.

Bangunan berbentuk empat persegi panjang didirikan di atas tanah seluas 75x30 meter itu dirancang pada tahun 1933 oleh adik dari HOS Tjokroaminoto yaitu Abikoesno Tjokrosoejoso.

Pada masa itu Abikoesno ikut berkunjung ke Garut bersama Tjokroaminoto lalu bertemu dengan pengasih Pondok Pesantren Cipari K.H. Yusuf Tauziri.

Dari pertemuan tersebut memunculkan ide membangun sebuah masjid di Pesantren Cipari.

"Beliau Abikoesno yang ke sini waktu itu dengan Pak Tjokroaminoto, muncullah ide untuk membuat masjid ini," ujar Dewan Kemakmuran Masjid (DKM), KH Dadang Priatna kepada Tribunjabar.id, Sabtu (26/3/2023).

Masjid tersebut didirikan di atas tanah wakaf dari KH Bustomi yang merupakan sesepuh di Cipari, kemudian untuk biaya pembangunan dibantu masyarakat dengan lebih banyak dibantu oleh Haji Sambas sesepuh asal Kecamatan Bayongbong Garut.

Masjid tersebut kemudian selesai pembangunannya pada tahun 1936, saat itu diresmikan langsung oleh H.O.S Tjokroaminoto.

"Masyarakat sempat berpendapat bahwa masjid ini menyerupai atau seperti gereja, karena mungkin melihat menaranya, ya memang seperti ini lah," ucapnya.

"Ini masjid sudah masuk dalam warisan budaya, ada budaya eropanya di sini, art deco," lanjut KH Dadang.

Mengutip dari halaman kebudyaan.kemdikbu.go.id, munculnya para arsitek sudah dimulai sejak zaman belanda, para perancang bangunan adalah insinyur-insinyur militer.

Kemudian pada abad ke-19 mulai muncul arsitek-arsitek dari kalangan sipil yang berasal dari Kantor Pekerjaan Umum atau Burgerlijke Openbare Werken (BOW).

Saat itu tenaga lokal banyak dicari untuk memenuhi kebutuhan tenaga terampil pembantu para insinyur BOW. Tenaga lokal tersebut kemudian bisa naik pangkat menjadi pengawas pembangunan.

Abikoesno Tjokrojoso adalah seorang insinyur bangunan otodidak pertama yang berhasil lulus mendapat izin praktik sebagai arsitek melalui ujian BOW.

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved